visitaaponce.com

Puisi-puisi Sasanti Paramita

Puisi-puisi Sasanti Paramita
(Ilustrasi: Misha Most)

Sang Waktu

Bersamanya aku melewati hari denganmu
bersamanya aku membangun karaktermu
bersamanya aku mendukung belajarmu
bersamanya aku meneguhkan mentalmu
bersamanya aku mencapai titik suksesmu
bersamanya aku mencoba membahagiakanmu

Bersamanya aku menyembuhkan luka hatiku
bersamanya aku meredakan kemarahanku
bersamanya aku mengubur lukisanmu
bersamanya aku menghapus memori suaramu
bersamanya aku mengikis aroma wangimu
bersamanya aku mencari kedamaianku

2023


Cangkir dan Sendok

Hidup itu bagaikan secangkir kopi,
tanpa gula rasanya pasti pahit

Hidup itu bagaikan secangkir teh,
tanpa gula rasanya pasti sepet

Hidup itu bagaikan secangkir susu,
tanpa gula rasanya pasti hambar

Sesendok gula adalah sang bidadari,
sendok kedua adalah malaikat pencabut nyawa

2023


Mencintaimu

Adalah kepedihan bagiku
adalah kesulitan bagiku
adalah kesakitan bagiku
adalah kelelahan bagiku
adalah kelemahan bagiku
tapi selalu kulakukan dengan segenap suka citaku
dengan segenap asa kalbuku
dengan segenap bunga hatiku

2023


Bagiku Sang Cinta ialah dia yang selalu mencuci beras untuk menanak nasi bahagiaku.


Sejauh Negeri Pelangi

Dik,
tiap kali kuingat saat itu
kala kutangkap sinar dari ujung matamu
ditemani deru angin senja yang meniup rambutmu
gerimis kecil membasahi hidung dan tulang pipimu 
suara lirih daun kering tersapu langkah kakimu
dan sungging terindah dari sudut bibirmu

Dik,
hampir satu dekade aku menunggumu
tepat di dasar kawah pegununganmu
bersama hijau semak-belukarmu
masih kudengar alunan merdu senandungmu
masih kucium wangi bunga di genggamanmu
masih kupandang rona merah parasmu

Dik,
puisi ini tentang kamu
yang berdiri di ujung pelangi ungu
yang jiwaku selalu setia merindu

2023


Sang Cinta

Siapakah Sang Cinta itu bagiku?
dialah yang mencuci beras untuk menanak nasi bahagiaku
dialah yang memilih kain sutera untuk menjahit gaun hatiku
dialah yang memanen anggur untuk menyuling minuman rinduku
dialah yang menyusun batu pualam untuk membangun rumah jiwaku
dialah yang menghamparkan sajadah beludru untuk sujudku pada Maha Kekasih-ku

2023

 

Baca juga: Sajak-sajak Englandiva Akyla
Baca juga: Sajak-sajak Renggi Putrima
Baca juga: Sajak-sajak Fanny Poyk

 

 

 


Sasanti Pradnya Paramita, menulis puisi dan prosa, lahir di Malang, Jawa Timur, 11 Agustus 1970. Mantan karyawati sebuah perusahaan swasta nasional di bidang otomotif. Puisi-puisi di sini diterima redaksi dalam rangka mengikuti Lomba Cipta Puisi Media Indonesia 2023. Kini tinggal di Kota Tangerang Selatan, Banten. (SK-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat