visitaaponce.com

Puisi-puisi Damay Ar-Rahman

Puisi-puisi Damay Ar-Rahman
(Ilustrasi: A A Mochalova)

Menunggu Jemputan

Aku terbangun dengan air mata
usai bermimpi dalam pejaman
pengembaraan yang tak berujung
mengukur jarak jam yang tak berdetak

Purnama muncul, mengeram tangan dingin
jantung mendentumkan nyali ketakutan
aroma khas tercium mengarah ke jalan
perlahan naluri menentang penapsiran
yang tak lengah melawan kebohongan
terus menyusuri barisan malam
saat seberkas sinar meresapi rasa

Ada bisikan tangisan pada sosok
yang tiba setelah hujan reda
mengirim pesan lalu membawa diri
tentang rasa dan asa kenangan

Aku berlari dalam gemerlap bintang-bintang imaji
terus melangkah hingga mengenai hati

Kerinduan ini serupa bunga kamboja gugur di penguburan
bersatu dengan kepergian; abadi dan pasti
manusia berada dalam dua dimensi masa
sedang menanti dan menunggu dikirimkan

Kedatangan tak berarti cinta
sebab ini dunia bukan surga
yang merayu untuk kepuasan
hanya meninggalkan nada dan tanda

Januari, 2024

 


Dalam Selimut

Suasananya begitu usik
tegang dan dingin
penorama dibaluti remang
amat khas, merasuk dada
saat malam semakin dalam

Sebuah sentuhan terasa menakuti
pengap berbau anyir
terpintas sebuah ilusi
sosok tubuh besar 
menghadang tanpa bersuara
ia membungkam dengan tatapan kejam
penuh dendam, kelam, dan gelap

Kakinya berlari menjauh
kerikil bergelinting
terpijak dan terpintas
raga yang menyusup terpental
detak jantung berdentum 
tiada kunjung henti
nyata di mimpi

2024

 


Pagi di Pasar Kecil

Di tanah yang dingin
angin bersahut membelai raga
meredupkan mendung yang mulai mengikis
dan merinaikan hujan

Dedaunan mekar segar
hijau dan harum tandan tercium
di tengah-tengah para pencari nafkah;
mereka pergi dan pulang membawa 
tiga hingga lima ikat daun pisang
dibopoh sampai membungkuk

Kegaduhan kendaraan
menyemarakkan asap 
yang menggumpal

Penjual mie dan kopi mengipas asap 
membangkitkan lapar di perut ini
suara tertawa terdengar 
di kedai dekat jembatan
seorang pria tua duduk menanti pembeli
sedang perempuan di sampingnya 
mengipas-ngipas

Banyak cerita di sini
bahkan pembataian 
telah menjelma sejarah 
di tempat ini

2024

 


Noda

Sebuah noda tercoret di jalan suram
membumbui asap-asap ledakan meriam 
di malam yang menghantam
debu-debu mengerabungi hingga tak tahu petang
batu-batu raksasa pecah menjadi kaca
mengoyak siapapun yang tak punya perisai

Mereka hidup tanpa napas
kaki berjalan tanpa alas
rambut hitam tersapu puing-puing kematian
badan yang kekar semakin mencakar

Situasi telah mencekam
tak ada yang bisa melindungi 
ia berani menantang ini
tidak pergi sebelum keganasan lawan 
dibisukan dan dipertikaikan

Semua perang ialah kedudukan
walau darah merambahi tanah
harga diri berada pada kesetiaan
tak perlu bersikap demokratis

2024

 


Seremoni 

Selamat pagi
senyumanmu memberi arti
di balik awan putih
yang kau curahkan
menempati kehidupan
pada alur pengharapan
setiap jalur menggambarkan pesona
tentang pertarungan berakhir kemenangan

Pada kedatangan yang akan pergi
adalah pertanda tiada arti
mengenai hidup sia-sia
tanpa kasih sayang
dan tanpa ucapan
namun pelepas 
sebagai cerita bagi jiwa
tempat merampung kata

Oktober, 2023

 

Baca juga : Puisi-puisi Andi Wirambara
Baca juga : Puisi-puisi Fitri Wijaya
Baca juga : Puisi-puisi Resti Istiqomah

 

 

 

 


Damay Ar-Rahman, bernama asli Damayanti, penulis, lahir di Medan, Sumatra Utara, 5 Mei 1997. Alumnus Universitas Malikussaleh. Telah menerbitkan kumpulan puisi Aksara Kerinduan (2017), Serpihan Kata (2018), dan Senandung Kata (2018). Karya-karyanya telah dipublis di sejumlah media massa. Kini berdomisili dan bekerja di Lhokseumawe, Aceh. (SK-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat