visitaaponce.com

Teknik Panenka, Keanggunan Tendangan Penalti Seorang Eksekutor

Teknik Panenka, Keanggunan Tendangan Penalti Seorang Eksekutor
Antonin Panenka(AFP)

SEMIFINAL leg pertama antara Manchester City versus Real Madrid, Rabu (27/4), kembali membuat teknik tendangan penalti kembali menjadi sorotan. Adalah striker dan kapten Real Madrid, Karim Benzema yang menjadi aktor yang memperlihatkan anggunnya teknik tendangan penalti Panenka. Benzema melakukan itu saat mencetak gol ketiga bagi Los Blancos.

Benzema merupakan satu dari sekian banyak pemain yang menggunakan teknik tendangan penalti seperti itu. Banyak pemain kelas dunia lain yang juga pernah melakukan hal yang sama dengan Benzema  
   
Antonin Panenka

Teknik tendangan penalti seperti yang dilakukan Benzema diciptakan oleh pemain Cekoslowakia, Antonin Panenka pada 1976. Ia menggunakan teknik itu, yang akhirnya dikenal dengan Teknik Panenka, untuk mengecoh kiper legendaris Jerman dan Bayern Muencheb, Sepp Maier, di dalam babak adu penalti di final Piala Eropa 1976.

Setelah tujuh tendangan pertama berhasil masuk ke gawang, Uli Hoeness gagal mengeksekusi penalti keempat Jerman. Panenka yang menjadi penendang kelima Cekoslowakia, berkesempatan untuk memenangkan tropi  bagi negaranya jika penaltinya mampu menembus gawang Jerman.

Detik-detik berikutnya, saat Maier melompat ke kiri sementara bola yang ditendang Panenka melayang lemah ke tengah gawang, menjadi momen bersejarah yang melahirkan sebuah teknik baru. Sebuah cara mencetak gol dari titik putih yang revolusioner.

Pele menggambarkannya sebagai karya "entah seorang jenius atau orang gila". Sementara Panenka sendiri dipaksa membela diri dari tudingan pamer skill di salah satu panggung terbesar sepakbola.

"Saya curiga Maier tidak terlalu senang mendengar nama saya. Saya tak pernah berniat untuk membuatnya terlihat konyol," kata Panenka kepada UEFA.com.

"Justru sebaliknya, saya memilih penalti itu karena saya melihat dan menyadari bahwa itu adalah resep mencetak gol yang termudah dan paling sederhana. Resep yang simpel," jelasnya.

Pemain-pemain besar

Sejak pertama kali dilakukan 1976 lalu, teknik tendangan Panenka kian sering digunakan oleh nama-nama terbesar di panggung-panggung terbesar sepakbola. Mungkin salah satu Panenka paling populer hadir di final Piala Dunia 2006, ketika Zinedine Zidane membuat Prancis unggul 1-0 atas Italia dengan mencungkil penaltinya ke gawang Gianluigi Buffon.

Pertandingan memang berakhir mengecewakan buat Les Bleus karena Zizou dikartu merah dan Italia menang lewat adu penalti, namun tetap saja momen itu akan selalu terpatri sebagai bagian sejarah sepakbola.

Andrea Pirlo satu lagi yang sukses mengeksekusi tendangan Panenka dari titik putih ketika gelandang legendaris Gli Azzurri itu mengecoh kiper Inggris, Joe Hart, pada adu penalti Euro 2012. "Saya membuat keputusan tepat di saat terakhir, ketika saya melihat Joe Hart, kiper Inggris, banyak tingkah di garisnya," jelas maestro yang pernah membela panji Inter Milan, AC Milan, dan Juventus itu.

"Saat saya memulai lari untuk menendang, saya masih belum memutuskan apa yang mau saya lakukan. Dan lalu dia bergerak dan keputusan saya jadi bulat. Itu semua impromptu, tidak direncanakan. Satu-satunya cara yang bisa meningkatkan peluang saya mencetak gol sampai nyaris 100 persen," ujar Pirlo.

Di sepakbola modern, legenda Barcelona, Lionel Messi, sudah sering melakukan tendangan Panenka. Sementara Eden Hazard, Memphis Depay, dan Raheem Sterling sudah pernah menggunakannya, tetapi Antonin Panenka sendiri tampaknya amat menggemari cungkilan yang dilakukan bek Real Madrid Sergio Ramos ke gawang Celta Vigo di laga La Liga 2018.

Panenka adalah opsi riskan mengingat bagaimana teknik tersebut dilakukan serta di situasi tekanan tinggi seperti apa ia biasanya digunakan. Dan benar saja: tak semua pemain seberuntung Ramos, Zidane, Pirlo, Abreu, hingga Panenka sendiri.

"Saya kemarin menonton Memphis Depay sukses menendang Panenka dan saya memutuskan untuk melakukannya di saat terakhir. Saya bodoh!" sesal Aleksandar Mitrovic setelah tendangan panenka miliknya tercungkil terlalu tinggi saat membela Serbia melawan Montenegro.

Gary Lineker juga sudah pernah menanggung malu ketika panenka-nya gagal di pertandingan uji coba antara Inggris vs Brasil pada 1992. Ia gagal menyamakan kedudukan buat The Three Lions setelah cungkilannya berhasil dibaca dan diselamatkan kiepr dengan mudah.

Mungkin Panenka gagal yang paling merugikan adalah tendangan pemain Prancis, Yann Kermorgant, saat bermain untuk Leicester dalam semifinal play-off versus Cardiff 2010 lalu, yang sejatinya bisa membawa The Foxes promosi ke Liga Primer Inggris. Tendangannya tidak cukup tinggi dan kuat, sehingga kiper Bluebirds, David Marshall menyelamatkannya dengan mudah.

Bagaimana cara teknik penalti Panenka

Mengingat keseluruhan teknik Panenka didasari asumsi bahwa kiper lawan akan melompat ke salah satu sisi, penting untuk menyelubungi niat dan tendangan kalau ingin sukses. Karena itu, penting untuk memastikan tak ada perbedaan antara persiapan tendangan biasa dengan tendangan Panenka Anda, hanya boleh ketahuan setelah bola sudah ditendang.

Usahakan menendang bola dengan area sepatu di sekitar bagian dalam jempol kaki. Menjaga kaki tetap lurus juga bisa membantu kelancaran Panenka, dan penting bahwa badan agak condong ke belakang supaya bola bisa melayang cukup tinggi.

Yang tak kalah penting, pemain mesti tetap rileks, sehingga membuat eksekusi Panenka yang sukses di panggung-panggung terbesar semakin bikin kagum. Seperti segala yang ada di dunia, semakin dilatih Teknik Panenka akan semakin sempurna dan trik ini bisa duiandalkan dengan usaha yang maksimal. (Goal/OL-15)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat