visitaaponce.com

Trauma Adu Tendangan Penalti bagi Inggris

Trauma Adu Tendangan Penalti bagi Inggris
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(Seno)

ADA kehebohan besar yang terjadi di sepak bola Inggris sekarang ini. Pasalnya, Football Association memutuskan mulai musim mendatang tidak ada lagi rematch atau pertandingan ulang di Piala FA sejak babak pertama. Penentuan pemenang akan langsung dilakukan pada hari pertandingan.

FA beralasan jadwal kompetisi yang padat di Liga Primer dan liga Eropa tidak memungkinkan lagi dilakukan pertandingan ulang. Pihak penyelenggara kompetisi kesulitan untuk mencari waktu bagi pertandingan ulang dari partai yang berakhir imbang di 90 menit pertandingan.

Apalagi mulai musim mendatang, jumlah peserta kompetisi liga Eropa juga akan bertambah. Klub-klub yang terus melaju ke babak berikutnya harus menjalani jadwal kompetisi yang semakin padat dan membahayakan kondisi fisik para pemain.

Baca juga : Cinta Mati Kane kepada Spurs

“Proses pengambilan keputusan yang sangat memalukan. Ini kesepakatan yang dibuat dengan mendahulukan faktor kekuasaan,” ujar mantan Kepala Eksekutif FA Mark Palios yang kini menjadi ketua eksekutif klub Liga 2, Tranmere Rovers.

Pernyataan Palios didukung CEO Fair Game, Niall Couper, yang memimpin koalisi klub sepak bola yang berjuang agar semua klub bisa mendapatkan pendapatan yang lebih adil. “Penghapusan pertandingan ulangan semakin menyulitkan klub-klub kecil mendapatkan sumber pendapatan,” kata Couper.

Manajer Sheffield United Chris Wilder melihat format baru sekadar memenuhi keinginan klub-klub besar. “Kejuaraan ini memang dikuasai 'the big boys' dan mereka tidak menginginkan adanya pertandingan ulang, bukan?” ejek Wilder.

Baca juga : Aston Villa vs Chelsea: Enzo Fernandez Tiru Selebrasi Lionel Messi setelah Cetak Gol Spektakuler

 

Antiadu penalti 

Sejak sepak bola diperkenalkan Inggris memang yang namanya pertandingan harus ditentukan permainan. Tim pemenang ialah mereka yang bisa lebih banyak mencetak gol daripada tim lawan.

Baca juga : Beckham Optimistis Timnas Inggris Bisa Juara Piala Eropa 2024

Ketika sebuah pertandingan tidak menghasilkan pemenang, harus dilakukan pertandingan ulang. Sampai kapan? Sampai ada tim yang bisa mencetak gol lebih banyak daripada lawan mereka.

Pencapaian tertinggi sepak bola Indonesia selalu mengacu kepada pertandingan di ajang Olimpiade Melbourne 1956. Ketika itu Ramang dan kawan-kawan mampu menahan raksasa Uni Soviet 0-0. Kita tidak pernah membahas ketika keesokan harinya saat pertandingan ulang dilakukan, tim nasional Indonesia dipaksa menyerah 0-4.

Setelah 1970-an, format pertandingan memang berubah. Di ajang Piala FA pun pertandingan ulang hanya dilakukan satu kali. Kalau hasil pertandingan masih sama kuat, dilakukan perpanjangan waktu dan kalaupun hasilnya masih imbang, dilakukan adu tendangan penalti.

Baca juga : Southgate Ingin Inggris Bermarkas di Tempat yang Sunyi Selama Piala Eropa 2024

Bagi Inggris, adu tendangan penalti tidak hanya melawan esensi dari sepak bola, tetapi juga tidak disukai karena lebih banyak menjadi 'kutukan'. Berulang kali kesebelasan Inggris gagal menjadi juara karena kalah adu tendangan penalti.

Terakhir nasib nahas dialami klub Inggris Manchester City di ajang Piala Champions. Harapan Josep Guardiola untuk dua kali mencetak treble gagal setelah tim asuhannya dipaksa menyerah 3-4 dalam drama adu tendangan penalti melawan raksasa Liga Champions, Real Madrid.

Di hadapan pendukung mereka sendiri the Citizens tidak mampu memanfaatkan kegagalan algojo pertama Madrid, Luca Modric. Tendangan eksekutor kedua dan ketiga mereka, Bernando Silva dan Mateo Kovacic, mampu dipatahkan kiper asal Ukraina, Andriy Lunin.

Kegembiraan pendukung tuan rumah pun buyar karena empat penendang penalti Madrid, Lucas Vazquez, Jude Bellingham, Nacho, dan Antonio Ruediger, tidak mau melakukan kesalahan sedikit pun. Mereka memaksa kiper Ederson memungut bola dari gawangnya.

Kegagalan adu tendangan penalti di kandang sendiri mirip seperti yang dialami Three Lions di ajang Piala Eropa 1996 dan 2021. Di Piala Eropa 1996, Inggris dipaksa menyerah oleh Jerman di semifinal, sementara itu di Piala Eropa 2021 mereka dikalahkan Italia di final.

 

Semifinal Piala FA

Di tengah kekecewaan tersingkir dari ajang Liga Champions, City harus bertandang ke Stadion Wembley untuk menjalani partai semifinal Piala FA, besok malam. Kyle Walker dan kawan-kawan harus segera bangkit apabila tidak ingin kecewa dua kali karena lawan yang harus mereka hadapi tidak mudah, yaitu Chelsea.

Pengalaman final Liga Champions 2021 harus menjadi pelajaran bagi the Citizens. Mereka gagal untuk bisa mengangkat piala setelah dipaksa menyerah 0-1 oleh the Blues di final.

Walaupun prestasi Chelsea saat ini belum stabil, tim asuhan Mauricio Pochettino itu tidak pernah kalah dari klub-klub besar. Dua kali pertemuan terakhir di antara mereka di musim ini pun selalu berakhir imbang.

Chelsea datang ke Wembley tidak hanya membawa modal mampu mengalahkan klub besar, tetapi juga pelatih mereka, Pochettino, paham City sedang limbung. Meski Pep Guardiola mengatakan puas dengan penampilan tim asuhannya di Liga Champions, kegagalan di perempat final membawa kekecewaan yang mendalam.

Itulah yang coba dimanfaatkan the Blues di semifinal Piala FA nanti. Chelsea harus menekan dan bisa mencuri gol di awal-awal pertandingan untuk membuat tim asuhan Pep Guardiola merasa semakin tertekan.

Dengan Enzo Fernandez yang sudah kembali pulih dan bisa tampil, Chelsea mempunyai modal menekan lebih kuat. Bersama Conor Gallagher, gelandang muda terbaik dunia itu akan menjadi tumpuan harapan dari tiga penyerang the Blues untuk mendapatkan umpan-umpan matang.

Tampilnya kembali mantan pemain City Raheem Sterling akan membuat serangan Chelsea lebih menggigit. Apalagi jika Nicolas Jackson mau lebih bekerja sama dengan penyerang muda Cole Palmer yang menjadi mesin gol andalan the Blues.

City sendiri merupakan tim yang matang. Apabila Pep Guardiola mampu memberikan sentuhan kepercayaan diri dan membangun kebesaran hati dari anak asuhannya untuk melupakan kekalahan dari Madrid, mereka belumlah habis. Piala FA bahkan bisa menjadi ajang pelipur lara dan peluang untuk tetap mencetak double apabila mereka bisa juga kembali menjuarai Liga Primer.

Kunci kemenangan the Citizens berada di tangan Kevin de Bruyne dan Rodri. De Bruyne mempunyai tanggung jawab untuk memacu para penyerang menjebol gawang Chelsea. Rodri bertugas menjaga kedalaman permainan agar pertahanan City tidak mudah ditembus lawan.

Satu yang harus dihindari tim asuhan Pep Guardiola ialah tidak bisa memenangi pertandingan melalui permainan. Kalau sampai mereka tidak bisa mencetak gol, bahkan sampai 120 menit pertandingan sehingga harus menjalani lagi adu tendangan penalti, mimpi buruk bisa mereka alami dua kali dalam seminggu ini.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat