visitaaponce.com

Saat 12 Pelatih Terjengkang dari Kursinya

Saat 12 Pelatih Terjengkang dari Kursinya
Suryopratomo Pemerhati Sepak bola(MI/Seno)

SENGITNYA pertarungan kompetisi sepak bola membuat kursi pelatih menjadi sangat panas. Enam puluh persen kursi pelatih Liga Primer membara sehingga membuat mereka pun terjengkang. Dua belas dari 20 pelatih dipaksa lengser dan ini merupakan rekor pergantian pelatih satu musim tertinggi di Liga Primer.

Nasib tragis terakhir dialami pelatih Chelsea Graham Potter. Pelatih yang membuat Brighton & Hove Albion begitu cemerlang ternyata gagal memoles The Blues. Kekalahan terakhir 0-2 dari Aston Villa membuat Potter harus melepas jabatan yang baru tujuh bulan ia pegang.

 

Rekor bayaran tertinggi transfer pelatih yang diterima Potter ternyata bukan jaminan untuk bisa bertahan. Sosok yang disebut-sebut sebagai calon pelatih Tim Nasional Inggris masa depan itu ditransfer US$21,5 juta oleh Chelsea dari Brighton.

Potter tidak menyangka perjalanan kariernya akan terpuruk seperti ini. Ia pun memilih langsung membawa anak-istrinya berlibur di Maladewa untuk menenangkan diri dan memikirkan lagi masa depannya.

Chelsea yang terpuruk di Liga Primer kini tinggal menggantungkan nasibnya di Liga Champions. Mereka masih bertahan di perempat final, tetapi lawan yang harus dihadapi pekan depan ialah raksasa sepak bola Eropa, Real Madrid.

Todd Boehly sebagai pemilik Chelsea menyadari bahwa timnya tidak mungkin melanjutkan kompetisi tanpa pelatih yang kapabel. Apalagi, Chelsea harus melewati hadangan Real Madrid. Ia akhirnya kembali memanggil Frank Lampard untuk menangani The Blue yang 26 bulan lalu ia lepas.

“Ini memang klub saya,” ujar Lampard seusai ditunjuk sebagai caretaker pelatih Chelsea. Lampard memang dibesarkan oleh Chelsea dan mempersembahkan banyak piala saat menjadi pemain.

Ia sangat menyadari penunjukan kembali sebagai pelatih Chelsea banyak risikonya. Apabila ia tidak berhasil mengangkat The Blues, otomatis kontraknya akan berakhir musim panas mendatang. Sebaliknya, apabila berhasil menjalankan mission impossible kali ini, jalan pelatihnya akan kembali terang.

"Semoga nasib saya seperti Roberto Di Matteo yang mampu mempersembahkan Liga Champions pada 2012 sebagai pelatih interim Chelsea. Saya akan mencoba melakukan yang terbaik dan memberikan hasil yang terbaik pada periode ini. Selanjutnya kita lihat saja bagaimana,” ujar Lampard.

 

Tidak sendiri

Lampard sendiri sudah dua kali merasakan pahitnya digusur dari kursi pelatih. Setelah sebelumnya didepak sebagai pelatih Chelsea, Lampard menjadi salah satu pelatih yang tergusur pada musim sekarang ini. Baru Januari lalu Lampard dipecat dari Everton karena membawa klub asal Liverpool itu ke jurang degradasi.

Sebagai sebuah industri, pemilik klub tidak mau berisiko dengan klub miliknya. Mereka tanpa ampun akan memecat sang pelatih begitu tanda-tanda prestasi klubnya terpuruk. Itu disebabkan kalau klub mereka telanjur terdegradasi atau gagal bisa tampil di ajang kompetisi musim mendatang, kinerja keuangan klub akan ikut terpuruk.

Pemilik klub tidak peduli lagi dengan nama besar pelatih. Orang sekelas Antonio Conte yang selalu membawa tim asuhannya menjadi juara pun dipecat oleh Tottenham Hotspur. Padahal, pada musim lalu Conte-lah yang menyelamatkan Spurs dari ancaman degradasi, bahkan berhasil lolos ke ajang Liga Champions.

Bintang sepak bola Prancis Patrick Vieira juga dipaksa meninggalkan Crystal Palace, padahal ia berhasil membuat the Eagles memainkan sepak bola menyerang. Sebelas pertandingan tanpa kemenangan yang dijalani Crystal Palace membuat pemilik klub Steve Parish langsung menekan panic button.

Parish berpaling kepada pelatih kawakan Roy Hodgson untuk menangani Palace. Namun, butuh waktu bagi mantan pelatih Inggris itu untuk bisa mengangkat prestasi klub asal London itu.

Tiga nama besar lain yang lebih dulu tersingkir dari kursi pelatih Liga Primer ialah Thomas Tuechel, Steven Gerrard, dan Brendan Rogers. Tuechel dipecat dari Chelsea, padahal baru saja membawa the Blues merebut trofi Liga Champions.

Gerrard yang baru merintis sebagai pelatih setelah perjalanan karier gemilang bersama Liverpool sebenarnya sukses membangun Glasgow Rangers di Skotlandia. Itulah yang membuat Aston Villa menarik pulang ke Inggris. Namun, baru 11 bulan menangani Villa, sang bintang dianggap tidak berhasil.

Nasib sama akhirnya dialami bos Gerrard di Liverpool, Brendan Rodgers. Empat tahun kepemimpinannya di Leicester City sebenarnya tidaklah buruk. Ia berhasil membangun kembali 'klub dongeng' itu masuk jajaran elite Eropa dan memenangi Piala FA 2021. Namun, terpuruknya prestasi the Foxes pada musim ini hingga berada di ujung jurang degradasi membuat pelatih asal Irlandia Utara itu meletakkan jabatan.

 

Gagal-pecat

Kejamnya kompetisi tidak hanya berlaku di Liga Primer. Hal yang sama juga terjadi di semua pengelolaan klub di Eropa. Bahkan, cara pemecatan yang dilakukan bisa sangat menyakitkan.

Pelatih muda Jerman Julian Nagelsmann dipecat dari Bayern Muenchen saat ia sedang liburan di Swiss. Saat ia sedang asyik bermain ski, Nagelsmann mendapatkan pesan bahwa dirinya diberhentikan dari pelatih Bayern.

Nagelsmann tidak bisa membantah dan hanya bisa menerima keputusan pahit itu. Sementara itu, ia merasa berhasil membawa Die Roten menjuarai Bundesliga pada musim lalu dan kali ini pun sukses menyingkirkan Barcelona di ajang Liga Champions.

Namun, manajemen Bayern menganggap prestasi Die Bavarian pada musim ini tidak konsisten. Bayern yang sempat unggul jauh dari pesaingnya dalam Bundesliga tiba-tiba bisa terpuruk dan sempat tertinggal dari musuh besar mereka, Borussia Dortmund.

Kekalahan 1-2 dari Bayer Leverkusen sebelum jeda pertandingan internasional menjadi pemicu keluarnya keputusan palu godam. Bayern Muenchen memilih memutuskan kontrak Nagelsmann dan menunjuk Tuechel sebagai penggantinya.

Karena sudah dianggap sebagai sesuatu yang lumrah, para pelatih pun tidak pernah larut dalam persoalan. Ibarat roda pedati yang berputar, mereka yakin akan mendapat kesempatan yang lain. Apalagi jumlah pelatih yang berkualitas, ternyata jumlahnya terbatas.

Tuechel yang secara mendadak dipecat Chelsea sekarang dipercaya Bayern Muenchen untuk menjadi pelatih baru. Nagelsmann pun kini diincar untuk menggantikan Potter menangani Chelsea.

Pada akhirnya sistem dan organisasi harus saling melengkapi. Sistem yang baik pada satu organisasi belum jaminan bisa berjalan dengan hasil yang sama pada organisasi yang lain. Apalagi ada faktor pemain yang harus memahami sistem permainan dan mampu untuk menjalankannya. Bagi pemilik klub, sistem dan organisasi yang terbaik ialah ketika mampu membawa klubnya menjadi juara.

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat