visitaaponce.com

Startup Bidang Konsumtif masih Menjanjikan 5-10 Tahun ke Depan

Startup Bidang Konsumtif masih Menjanjikan 5-10 Tahun ke Depan
Venture Partner Skystar Capital Gabriella Thohir (kanan) dan Venture Partner Kopital Ventures Fandy Cendrajaya di CEO Speaks on Leadership.(Ist)

STARTUP yang bergerak di bidang konsumtif masih berpotensi besar dalam meraih pangsa pasar ekonomi digital di Indonesia. Ini tak lepas dari besarnya jumlah penduduk Indonesia serta perilaku konsumtif sebagian masyarakat Indonesia.

"Karena itu, startup-startup yang baru tumbuh hendaknya bisa menggali ide-ide kreatif startup dalam bidang konsumtif," ujar Venture Partner Skystar Capital Gabriella Thohir pada acara CEO Speaks dengan konsep Startup Day bertema Untold Stories of the Tech Industry: The Hope for a Sustainable New Economy, di kampus Binus@Senayan, Jakarta, Kamis (2/11).

Acara ini merupakan hasil kolaborasi Binus Startup Accelerator (BiSA) dan Center for Innovation, Design, and Entrepreneurship Research (CIDER) Binus International serta didukung Kopital Ventures. 

Baca juga: Bantu Pengembangan Startup, Grab Indonesia Umumkan Finalis GVV Batch 6

Gabriella menjelaskan tren startup yang bergerak pada bidang konsumtif ini setidaknya untuk jangka waktu 5-10 tahun ke depan terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Consumer goods memiliki peluang dengan ukuran pasar terbesar dalam 5-10 tahun ke depan. Sektor lainnya yakni fintech (financial technology) juga memiliki pasar besar," terangnya.

Gabriella pun membagikan kiat pada mereka yang mau mendirikan startup-startup termasuk startup bidang konsumtif untuk memulai bisnis mereka terutama dalam hal mencari pendanaan dari investor.

Dia menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh founder startup. Di antaranya terkait soal model bisnis.

"Model bisnis akan menjadi hal yang paling diperhatikan oleh investor. Jika memiliki pasar cukup besar dan founder tahu bisnis apa yang akan dijalankan ke depan, investor akan lirik startup tersebut," ujarnya.

Baca juga: Ini 10 Besar Startup Indonesia 2023 Versi LinkedIn

Selain itu, pada tahap awal founder harus dapat memperkenalkan produk saat pitching. Pasalnya, pada tahap awal ketika startup baru berjalan satu atau tiga bulan maka hal yang dilihat dari venture capitals ialah pengalaman dan keterampilan tim beserta visi founder.

"Tim dan founder menjadi hal yang cukup penting bagi investor di tahap awal," ujarnya.

Hal lainnya yang juga akan dilihat venture capitals terhadap startup yakni fundraising. Venture capitals akan melihat dana yang dibutuhkan startup dan melihat perencanaan penggunaan dana tersebut.

Selanjutnya yang tak kalah penting ialah founder memiliki keterampilan publik speaking yang cukup baik. Pasalnya, investor memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam memberikan dana kepada startup yang masih sangat kecil atau baru mulai.

"Jadi, founder harus bisa meyakinkan investor. Untuk itu, perlu public speaking, percaya diri, karisma, dan pintar dalam menceritakan tentang startup yang akan dirintisnya," tutup Gabriella.

Baca juga: Daftar Perusahaan Berstatus Startup Unicorn Indonesia 2023

Pembicara lainnya, Venture Partner Kopital Ventures Fandy Cendrajaya mengatakan selain sektor konsumtif, startup yang masih memiliki prospek dalam 5-10 tahun ke depan yakni terkait shopping atau perilaku belanja.

"Kalau perilaku belanja ini, hampir semua orang punya naluri berbelanja. Dengan kehadiran startup berbasis shopping, ini memudahkan masyarakat dalam berbelanja, terutama belanja kebutuhan sehari-hari," jelasnya.

Terkait kiat startup untuk mendapatkan pendanaan dari investor, Fandy menekankan agar founder memiliki visi jelas atas startup yang dirintis tersebut termasuk bagaimana membangun tim yang solid.

Pada acara CEO Speaks on Leadership itu pun menampilkan pembicara lain yakni Co-CEO & Co-Founder Kopi Kenangan James Prananto dan Co-Founder Beautyhaul Benny Yahya.

Peringkat ke-36 Asia

Executive Dean Binus Business School Dezie L Warganegara PhD menambahkan CEO Speaks Binus Business School merupakan sebuah upaya perguruan tinggi menghubungkan mahasiswa dengan tokoh C-level dari berbagai industri.

Dengan demikian, mahasiswa dapat mempelajari pengalaman key figure secara langsung untuk dijadikan bekal mendirikan usaha sendiri di masa depan. "Sehingga, wawasan diskusi CEO Speaks juga akan melengkapi ilmu yang mereka peroleh dari bangku kelas," kata Dezie.

Apalagi, Binus Business School baru saja mempertahankan posisinya dalam daftar 250 program MBA terbaik di dunia versi QS Global MBA Rankings 2024.

"Binus Business School berada di peringkat ke-36 Asia, dan menjadi MBA program terbaik di Indonesia. Capain ini membuat kami ingin berkontribusi lebih,” ucap Dezie. (S-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat