visitaaponce.com

Pemanfaatan Teknologi Digital Jadi Solusi Menanggulangi Kebocoran Distribusi Air Bersih

Pemanfaatan Teknologi Digital Jadi Solusi Menanggulangi Kebocoran Distribusi Air Bersih
Digitalisasi dalam manajemen distribusi air bersih milik Bima Sakti Alterra(Dok. Bima Sakti Alterra)

TEKNOLOGI digital di era industri 4.0 harus diterapkan dalam tata kelola distribusi air dari hulu ke hilir. Hal ini dilakukan untuk mengurangi tingkat non-revenue water (NRW) atau kehilangan air minum yang pada 2023 lalu adalah sebesar 0,18% atau meningkat menjadi 33,72% dari 33,90%.

Staf Khusus Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air Firdaus Ali menyampaikan, krisis air bersih merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh masyarakat global saat ini. Mengatasi isu ini memang memerlukan upaya bersama dari berbagai pihak untuk menemukan solusi yang efektif.

“Air seharusnya memberikan kesejahteraan bersama, bukan menjadi sumber konflik, dan persoalan yang perlu mengorbankan segala sumber daya yang kita miliki,” ungkap Firdaus, dalam event World Water Forum (WWF) di Bali belum lama ini. 

Baca juga : Para Pemimpin Negara Tiba di Bali Hadiri World Water Forum ke-10

Menurut Firdaus, perubahan iklim yang terjadi saat ini menyebabkan pola curah hujan yang tidak stabil, meningkatkan risiko banjir dan kekeringan, serta mempengaruhi siklus air alami. Hal ini mengancam ketahanan pangan, kehidupan masyarakat, dan ekosistem air.

“Untuk itu, dengan adanya WWF ke-10 ini diharapkan menghadirkan solusi dan teknologi untuk mengurangi penurunan jumlah distribusi air bersih kepada konsumen,” jelas dia.

Direktur Bima Sakti Alterra, salah satu perusahaan anak bangsa yang fokus pada teknologi dan transformasi digital, Putri Respati menyampaikan, masalah kebocoran distribusi air harus diatasi dengan teknologi pendeteksi kebocoran secara real time. Sehingga, program penurunan kebocoran dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2020-2024 sebanyak 25% bisa sesuai target. 

Baca juga : Masyarakat Bali Dukung Penuh Penyelenggaraan WWF ke-10

“Dengan mengatasi kebocoran distribusi air, penghematan air minum yang hilang atau non revenue water adalah sebesar 8,9%. Ini bisa dimanfaatkan untuk menambah pelanggan sebesar lebih dari 1,28 – 1,54 juta Sambungan Rumah,” kata Putri pada Media Indonesia, Senin (20/5).

Putri menjelaskan, teknologi Smart Water Grid Management atau SWGM yang diciptakan Bima Sakti Altera ini memang digunakan untuk meningkatkan pengelolaan air dari hulu ke hilir. Dengan pemanfaatan teknologi Internet of Things (IoT) di tengah era Revolusi Industri 4.0, banyak perusahaan air minum mengadopsi transformasi digital guna meningkatkan efisiensi operasional, layanan, kolektibilitas, dan meminimalisir tingkat kehilangan air.

Saat ini, sudah ada lebih dari 100 PDAM di Indonesia telah mengadopsi teknologi yang diciptakan oleh Bima Sakti Alterra. 

Baca juga : Indonesia Dorong Pembentukan Global Water Fund di Ajang World Water Forum ke-10

“Teknologi SWGM bekerja dengan mengintegrasikan infrastruktur pengelolaan air, manajemen risiko, dan analisis data untuk memberikan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan operasional yang lebih lancar melalui pendekatan multidimensi berbasis Information and Communication of Technology,” kata dia. 

Selain teknologi Smart Water Grid Management ada pula teknologi PDAM pintar yang telah terbukti membantu kinerja PDAM. Adapun, keunggulan utama dari PDAM Pintar adalah membuat proses administrasi pendaftaran pelanggan baru menjadi lebih mudah dan efisien. 

Selain itu, modul PDAM Pintar juga memungkinkan perusahaan untuk memantau kinerja keuangan, mengoptimasi dan mengotomatisasi operasional, layanan, dan sumber daya manusia secara real-time.

Baca juga : REI Bangun Fasilitas Air Bersih dan Masjid di Golo Mori

Tingkatkan Jumlah Pelanggan

Solusi digital seperti PDAM Pintar dan Smart Water Grid Management yang dikembangkan oleh Bima Sakti Alterra telah membantu industri air minum beradaptasi dengan era Revolusi Industri 4.0. Dengan teknologi ini, perusahaan air dapat meningkatkan efisiensi operasional, layanan pelanggan, dan mendukung pengelolaan air yang berkelanjutan.

“Kehilangan air memang tidak bisa sepenuhnya dihilangkan, tetapi bisa dikontrol dan diminimalkan. Tanpa teknologi yang memadai, identifikasi penyebab kehilangan air akan sulit dilakukan dengan akurat. Tanpa identifikasi yang tepat, upaya penanganannya akan membutuhkan banyak usaha dan kurang efektif,” kata Putri.

Lebih lanjut, Putri menjelaskan bahwa teknologi digital seperti sensor berbasis IoT (IoT Sakti) yang dipasang dari produksi hingga distribusi akan memberikan laporan kondisi aliran air, penggunaan air, dan kinerja aset di lapangan secara real-time. Data anomali yang terjadi dapat diterima secara langsung, sehingga peringatan, analisis akar masalah, dan saran perbaikan bisa segera dikirim ke perangkat petugas lapangan.

Direktur Utama PDAM Kota Jayapura Entis Sutisna menyatakan, selama 4 tahun terakhir, PDAM Jayapura telah mengembangkan sistem IT dan menggunakan PDAM Pintar, yang mengintegrasikan seluruh database pelanggan dan kegiatan operasional PDAM dengan baik.

“Sebelum digitalisasi dengan PDAM Pintar, tingkat kolektibilitas kami hanya 49%. Namun, secara bertahap, kolektibilitas meningkat, mencapai 76% pada tahun 2021 dan 84% pada tahun 2022. Tahun lalu, kami bahkan bisa menyumbang PAD ke pemerintah daerah, padahal 4 tahun lalu kondisi keuangan kami masih minus,” jelas Entis.

Selain menggunakan PDAM Pintar, mereka juga memanfaatkan PDAM Info dan sistem informasi geografis (GIS). Kedua solusi teknologi ini memudahkan pelayanan pelanggan untuk pendaftaran sambungan air, pembayaran tagihan, dan pengaduan secara efisien tanpa harus datang ke kantor PDAM. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat