visitaaponce.com

Durasi Pemberian ASI Pengaruhi Kemampuan Akademik Anak

Durasi Pemberian ASI Pengaruhi Kemampuan Akademik Anak?
Penelitian di Inggris menjajaki korelasi antara durasi pemberian ASI dan kemampuan akademik anak.(123RF)

SEBUAH penelitian terbaru dari Universitas Oxford yang diterbitkan dalam jurnal Archives of Disease in Childhood pada Senin (5/6), mengungkapkan fakta bahwa durasi ibu menyusui bayi dapat berdampak pada hasil kemampuan akademik anak di masa depan. 

Peneliti National Perinatal Epidemiology, Dr. Reneé Pereyra-Elías, menyatakan anak-anak yang mendapatkan ASI setidaknya selama lebih dari 12 bulan memiliki kemungkinan 39% lebih besar untuk mendapatkan nilai tinggi dalam ujian matematika dan bahasa Inggris, serta 25% lebih kecil kemungkinannya untuk gagal dalam ujian bahasa Inggris.

Hasil itu didasarkan pada survei yang melibatkan sekitar 5.000 anak Inggris sejak mereka masih bayi di awal tahun 2000-an hingga tahun terakhir mereka di sekolah menengah atas. Kemudian anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan berapa lama mereka disusui. 

Kelompok tersebut terdiri dari anak yang sama sekali tidak mendapat ASI, anak yang mendapat ASI hanya beberapa bulan, dan anak yang mendapat SI selama satu tahun atau lebih. Para peneliti kemudian membandingkan hasil anak-anak tersebut dalam ujian General Certificate of Secondary Education di Inggris pada tahun-tahun terakhir mereka di sekolah menengah.

Tim peneliti pun menemukan fakta baru bahwa anak yang diberi ASI selama 12 bulan lebih, mengalami sedikit peningkatan dalam nilai ujian.

Meski begitu, menurut Pereyra-Elías, bukan berarti setiap keluarga harus menyusui anak mereka. Hal itu tentu harus disesuaikan dengan kondisi ibu dan anak masing-masing. 

“Tidak setiap keluarga menyusui karena ada kondisi yang tidak memungkinkan. Ibu yang tidak menyusui juga tidak perlu merasa malu atau merasa bersalah,” katanya seperti dilansir dari CNN, Selasa (6/6)

Sementara itu, profesor emeritus statistik terapan di Universitas Terbuka di Inggris, Dr Kevin McConway mengungkapkan bahwa analisis dari penelitian ini dilakukan dengan hati-hati dan sangat kuat karena ukuran sampel yang melibatkan banyak responden. 

“Meskipun hasilnya menarik, kita harus mengingat keterbatasan yang pasti muncul dalam penelitian yang menggunakan data observasi dari studi kohort besar,” ujar McConway.

Meskipun demikian, McConway menjelaskan bahwa fakta penelitian ini bersifat observasional, artinya penelitian ini mengikuti perilaku orang dan bukannya secara acak menugaskan perilaku yang dimaksud. Akibatnya, hasil penelitian hanya menunjukkan korelasi antara menyusui dan nilai tes, bukan sebab akibat.

“Tidak mungkin untuk memastikan sebuah hubungan klausa sebab akibat, apa yang menyebabkan apa,” katanya.

Misalnya di Inggris, kata McConway, Ibu yang memiliki posisi sosial ekonomi yang lebih tinggi akan berpotensi menyusui anak-anak mereka. Kondisi sosial ekonomi serupa bisa jadi membuat anak-anak mereka lebih mungkin untuk berprestasi di sekolah. 

“Itu tidak berarti bahwa menyusui yang menyebabkan anak-anak berprestasi di sekolah. Bisa jadi ada aspek lain dari fakta bahwa keluarga mereka relatif berkecukupan,” tambahnya.

Peneliti mengamini bahwa bisa jadi ada sesuatu tentang ASI yang menyebabkan anak-anak lebih mungkin untuk mengerjakan ujian dengan baik, tetapi bisa juga ada faktor independen lain yang memengaruhi hasil anak tersebut. 

“Para peneliti mencoba mengendalikan banyak faktor yang mungkin memengaruhi hasil penelitian mereka, seperti kemampuan kognitif ibu, tetapi mereka tidak dapat menjelaskan semuanya dalam penelitian observasional ini,” kata Pereyra-Elías. (CNN/M-2) 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat