Kebijakan Bank Sentral AS Terlalu Agresif Ciptakan Bencana di Negara Lain
![Kebijakan Bank Sentral AS Terlalu Agresif Ciptakan Bencana di Negara Lain](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/08/ebd5ee6f618ef64c6e6425d8d362f7a5.jpg)
KENAIKAN suku bunga yang terlalu agresif oleh Federal Reserve (Bank Sentral) AS menciptakan stagflasi di seluruh dunia dan tidak serta merta akan mengatasi akar penyebab inflasi domestik, kata seorang ekonom terkenal di Amerika Serikat.
"Bank sentral di Amerika Serikat sudah terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga padahal sebenarnya tidak perlu," kata Jayati Ghosh, profesor di Departemen Ekonomi di bawah University of Massachusetts Amherst.
Dalam wawancara daring baru-baru ini dengan Xinhua, Ghosh memperingatkan bahwa jika Fed AS terus menaikkan suku bunga, seluruh dunia akan mengalami stagflasi.
Stagflasi di luar Amerika Serikat akan sangat serius karena pelarian modal ke tempat yang aman menyebabkan krisis utang dan valuta asing yang parah di banyak bagian dunia dan negara-negara berkembang menghadapi inflasi impor akibat dolar AS yang kuat, kata Ghosh.
Ghosh mencatat bahwa ketika Fed AS memperketat pasokan uangnya, ia menarik kembali modal dari negara-negara emerging markets dan berkembang, yang telah menyebabkan gagal bayar di setidaknya di tiga negara berkembang, dengan lima atau enam lainnya di ambang gagal bayar.
"Kami sudah menghadapi inflasi karena harga pangan dan bahan bakar yang tinggi. Dan depresiasi mata uang memperburuk keadaan. Sehingga menambah kecenderungan inflasi," kata Ghosh, yang bekerja sebagai profesor di Pusat Studi Ekonomi dan Perencanaan Jawaharlal Nehru Universitas, India, dari 1998 hingga 2020.
“Ketika negara berkembang belum benar-benar pulih dari pandemi dan ketika banyak dari mereka belum mampu melakukan respons fiskal seperti yang dilakukan negara maju, kita sudah mengalami perlambatan ekonomi dan kecenderungan resesi. Dan sekarang kita mengalami inflasi. Jadi itu adalah situasi stagnasi klasik untuk seluruh dunia," kata pakar ekonomi tersebut.
Inflasi saat ini tidak diciptakan oleh peningkatan permintaan tetapi oleh pencatutan dan spekulasi, yang perlu ditangani, katanya.
"Anda harus mengatasi kelebihan keuntungan yang dibuat oleh perusahaan dan spekulasi keuangan di pasar komoditas. Tanpa membahasnya, hanya menaikkan suku bunga, itu seperti menggunakan palu untuk sesuatu yang tidak ada pakunya," kata Ghosh.
"Anda mungkin akhirnya menghancurkan pemulihan ekonomi atau menciptakan stagflasi di negara lain. Tapi Anda tidak serta merta mengatasi masalah yang menciptakan inflasi," katanya.
Lamanya stagflasi "sangat tergantung pada bagaimana situasinya dan itu sangat tergantung pada kebijakan moneter G7 (Grup 7) dan apakah Dana Moneter Internasional (IMF) dapat turun tangan dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan," kata Ghosh.
Selama sekitar 60 tahun, Amerika Serikat telah mengambil keuntungan dari hak istimewanya yang luar biasa selangit, seperti yang kita sebut, memegang mata uang cadangan global karena dapat mencetak dolar sesuka hati dan akan diterima secara global, kata ekonom itu.
Tindakan AS baru-baru ini membekukan cadangan bank sentral Venezuela, Afghanistan, Rusia, dan Iran "tidak hanya ilegal secara internasional, tetapi juga menciptakan ketidakpercayaan yang meningkat di Amerika Serikat sebagai tempat yang dapat diandalkan untuk menyimpan aset Anda," Ghosh mengatakan.
Hegemoni dolar AS, yang sangat penting dalam ekspansi ekonomi Amerika Serikat sendiri, akan menjadi jauh lebih rapuh di masa depan, kata ekonom itu.
Tidak diragukan lagi bahwa semakin banyak negara dan bank sentral "akan memikirkan cara alternatif untuk menjaga cadangan mereka dan jelas itu hal yang logis untuk dilakukan," tambahnya. (Ant/OL-13)
Baca Juga: Rupiah Melemah Dipicu Rencana Banyak Penaikan Bunga The Fed
Baca Juga: AS Alami Resesi, Ekonom: bukan Momentum BI untuk Naikkan ...
Terkini Lainnya
Raksasa Permainan Video Electronic Arts Umumkan Pemotongan Pekerja
Bursa AS Terpuruk Dipicu Kekhawatiran Pengetatan Fed
Kota Tegal Masuk PPKM Level 3, Ini Aturan Pengetatannya
Pemerintah Diminta Segera Perketat Aktivitas untuk Tahan Gelombang Ketiga Covid-19
Ada Rencana PPKM Darurat, Rupiah Melemah
Rupiah Melemah, Airlangga: Fundamen Ekonomi Indonesia Kuat
BI Putuskan Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25%
Pemerintah Pastikan Kesiapan APBN untuk Respons Kenaikan BI Rate
Sri Mulyani Soroti Mahalnya Biaya Pinjaman Bank Dunia
Inflasi AS di Atas Konsensus, Ekspektasi Penurunan Fed Fund Rate Mulai Bergeser
Saham AS Terpukul Data Inflasi Terbaru, Harga Emas Melonjak
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap