visitaaponce.com

Runtuhnya Bank di AS Sebabkan Masalah di Eropa

Runtuhnya Bank di AS Sebabkan Masalah di Eropa
Tanda bank Credit Suisse terlihat di gedung cabang di Jenewa, RABU (15/3/2023)(Fabrice COFFRINI / AFP)

Di TENGAH runtuhnya dua bank regional di Amerika Serikat (AS), raksasa perbankan Credit Suisse kehilangan hampir seperempat nilainya pada Rabu (15/3). Peristiwa ini menandai kedua kalinya dalam tiga sesi perdagangan bahwa saham keuangan Eropa terpukul parah akibat runtuhnya bank di AS. 

Namun, dampak dramatis pada Credit Suisse dalam perdagangan tidak terduga, karena lembaganya sangat besar. Menurut data 2022 dari Insider Intelligence, Credit Suisse adalah bank terbesar kedua di Swiss dan terbesar ke-17 di Eropa, dengan aset yang dikendalikan sekitar 730 miliar euro (USD772).

Lembaga Swiss melihat harga sahamnya anjlok sebesar 24% perdagangan Rabu (15/3) kemarin dan mengakhiri hari di 1,7 franc Swiss dalam perdagangan berat. Di awal sesi saham turun lebih dari 30%. Kejatuhan ini merupakan penurunan kesepuluh berturut-turut untuk saham perusahaan. 

Baca juga: Penutupan Silicon Valley Bank Bikin Perbankan dan Industri Startup Lebih Berhati-hati

Mereka telah kehilangan hampir 40% nilainya sejak awal Maret. Perkembangan terbaru kali ini meningkatkan volatilitas franc Swiss dibandingkan dengan euro, dolar AS, dan mata uang utama lainnya.

Bursa saham di seluruh Eropa juga merugi, kndeks saham unggulan DAX 40 di Bursa Efek Frankfurt Jerman turun 3,3%; di Paris, indeks CAC 40 turun 3,6%; di Milan saham tergelincir 4,6%; di Madrid turun 4,3%; dan di Amsterdam jatuh 2,9%.

Baca juga: Kejatuhan Silicon Valley Berdampak Minor Terhadap Perbankan Tanah Air

Aksi jual Credit Suisse dilaporkan dipicu oleh laporan keuangan tahunan yang lebih lemah dari perkiraan. Serta, diikuti pengumuman bahwa pemegang saham terkemuka - Saudi National Bank - tidak akan memberikan dukungan keuangan baru melalui akuisisi lebih banyak saham.

Bank sentral Swiss menyatakan akan memberikan uang tunai kepada Credit Suisse jika diperlukan untuk bertahan. Sebab, para pejabat mengatakan bank tersebut tidak berisiko bangkrut.

Seperti yang diketahui, perbankan di Eropa telah berada di bawah tekanan selama 12 bulan terakhir. Tingkat inflasi ikut melonjak di tengah pasokan energi dan masalah perdagangan di tengah konflik Rusia dan Ukraina. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat