Runtuhnya Bank di AS Sebabkan Masalah di Eropa
Di TENGAH runtuhnya dua bank regional di Amerika Serikat (AS), raksasa perbankan Credit Suisse kehilangan hampir seperempat nilainya pada Rabu (15/3). Peristiwa ini menandai kedua kalinya dalam tiga sesi perdagangan bahwa saham keuangan Eropa terpukul parah akibat runtuhnya bank di AS.
Namun, dampak dramatis pada Credit Suisse dalam perdagangan tidak terduga, karena lembaganya sangat besar. Menurut data 2022 dari Insider Intelligence, Credit Suisse adalah bank terbesar kedua di Swiss dan terbesar ke-17 di Eropa, dengan aset yang dikendalikan sekitar 730 miliar euro (USD772).
Lembaga Swiss melihat harga sahamnya anjlok sebesar 24% perdagangan Rabu (15/3) kemarin dan mengakhiri hari di 1,7 franc Swiss dalam perdagangan berat. Di awal sesi saham turun lebih dari 30%. Kejatuhan ini merupakan penurunan kesepuluh berturut-turut untuk saham perusahaan.
Baca juga: Penutupan Silicon Valley Bank Bikin Perbankan dan Industri Startup Lebih Berhati-hati
Mereka telah kehilangan hampir 40% nilainya sejak awal Maret. Perkembangan terbaru kali ini meningkatkan volatilitas franc Swiss dibandingkan dengan euro, dolar AS, dan mata uang utama lainnya.
Bursa saham di seluruh Eropa juga merugi, kndeks saham unggulan DAX 40 di Bursa Efek Frankfurt Jerman turun 3,3%; di Paris, indeks CAC 40 turun 3,6%; di Milan saham tergelincir 4,6%; di Madrid turun 4,3%; dan di Amsterdam jatuh 2,9%.
Baca juga: Kejatuhan Silicon Valley Berdampak Minor Terhadap Perbankan Tanah Air
Aksi jual Credit Suisse dilaporkan dipicu oleh laporan keuangan tahunan yang lebih lemah dari perkiraan. Serta, diikuti pengumuman bahwa pemegang saham terkemuka - Saudi National Bank - tidak akan memberikan dukungan keuangan baru melalui akuisisi lebih banyak saham.
Bank sentral Swiss menyatakan akan memberikan uang tunai kepada Credit Suisse jika diperlukan untuk bertahan. Sebab, para pejabat mengatakan bank tersebut tidak berisiko bangkrut.
Seperti yang diketahui, perbankan di Eropa telah berada di bawah tekanan selama 12 bulan terakhir. Tingkat inflasi ikut melonjak di tengah pasokan energi dan masalah perdagangan di tengah konflik Rusia dan Ukraina. (Z-10)
Terkini Lainnya
Dorong Peran Badan Usaha Keuangan dan Perbankan dalam Ekosistem Keuangan Berkelanjutan
BNI Luncurkan Aplikasi Wondr untuk Mudahkan Layanan Keuangan bagi Masyarakat
Mengenal Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional, Ini Penjelasannya!
Ini 6 Fakta Menarik tentang Bank Indonesia
Ini Daftar Pimpinan Bank Indonesia dari Masa ke Masa
Lembaga Pendanaan Kunci Sukses Ekosistem Kendaraan Listrik
KSPN: Sekitar 50 Ribu Pekerja Pabrik Tekstil Terkena PHK Sepanjang 2024
Bangkrut dalam Sebulan, OJK Cabut Izin Operasional 4 Bank
The Body Shop di Inggris di Ambang Kebangkrutan. Kalah Saing?
BPR Bangkrut Akibat Fraud, Perlu Langkah Konsolidasi
BPR Bangkrut di Awal Tahun, Ini Penyebabnya Menurut Pengamat Perbankan
Ganjar Soroti BUMN Karya Bangkrut di Era Jokowi
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap