visitaaponce.com

Pakar Teknik Industri Khawatirkan Nasib Buruh di Era Transformasi Digital

Pakar Teknik Industri Khawatirkan Nasib Buruh di Era Transformasi Digital
Rika Ampuh Hadiguna, Profesor Teknik Industri Universitas Andalas.(Ist)

PENGANGGURAN adalah momok terbesar bagi para buruh akibat dari kemajuan teknologi dan dorongan dunia industri untuk lebih efisien dalam memenangkan persaingan di pasar global.

"Tipe pengangguran ini dikenal dengan istilah pengangguran teknologi, yaitu hilangnnya pekerjaan para buruh disebabkan perannya telah digantikan oleh robot atau mesin cerdas lainnya," kata Rika Ampuh Hadiguna, Profesor Teknik Industri Universitas Andalas dalam keterangan pers, Kamis (4/5).

Para pengusaha, menurut Rika, merasakan penggunaan mesin atau robot diyakini lebih efektif untuk melakukan pekerjaan tertentu khususnya yang repetitif.

Baca juga: Indonesia Masih Hadapi Masalah Kemiskinan dan Pengangguran

"Misalnya, operasi pengelasan di pabrik automotif, pemeriksaan mutu produk, pemindahan barang di pabrik, pencarian barang di gudang, pengarsipan, administrasi dan pendokumentasian dan banyak lagi," jelasnya. 

Sebagian Besar Buruh Tak Menyadari Ancaman Teknologi

Rika mengatakan bahwa sebagian besar tidak menyadari ancaman ini karena keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki. Kurangnya pengetahuan tentang perkembangan teknologi:

Banyak buruh mungkin tidak memahami sepenuhnya tentang bagaimana teknologi dapat memengaruhi pekerjaan mereka. Mereka mungkin tidak menyadari potensi ancaman pengangguran yang ditimbulkan oleh teknologi yang semakin canggih.

Baca juga: Tanggulangi Masalah Pengangguran, Kemnaker Terus Perkuat Pelatihan Vokasi

"Dalam hal ini, trasnformasi digital justru menjadi ancaman bagi para buruh," kata Guru Besar dari Universitas Andalas ini.

Transformasi Digital dalam Dunia Industri

Ini adalah perubahan cara beroperasi bisnis yang mengandalkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan inovasi. Perubahan mencakup proses produksi, logistik, pemasaran, penjualan, dan layanan pelanggan.

"Wujud teknologinya seperti Internet of Things (IoT), Big Data, cloud computing, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Semuanya berorientasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas bisnis," papar Rika.

Baca juga: Growth Hacking, Strategi Perusahaan Bertahan di Tengah Bayangan Resesi 

Transformasi digital juga dapat membuka peluang baru untuk inovasi produk dan layanan, serta memungkinkan bisnis untuk merespons perubahan pasar dengan lebih cepat dan tepat sasaran.

"Transformasi digital menjadi faktor penentu keberhasilan dalam bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Dorongan inilah yang mengharuskan dunia industri beradaptasi dan berubah," terangnya.

Banyak Buruh Tidak Mengantisipasi Transformasi digital

Profesor Teknik Industri Universitas Andalas ini menjelaskan bahwa ada empat faktor.

Pertama, kurangnya informasi tentang tren pekerjaan, seperti meningkatnya permintaan untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan teknologi tertentu atau penurunan permintaan untuk pekerjaan yang dapat diotomatisasi.

Baca juga: Pro-Kontra Penggunaan AI di Industri Musik

Kedua adalah kurangnya akses ke pendidikan dan pelatihan, mungkin sulit untuk memperoleh pendidikan dan pelatihan yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan baru yang dibutuhkan di era teknologi yang berkembang pesat. Kesadaran dan komitmen para pengusaha berkontribusi dalam hal ini.

Ketiga adalah kurangnya keterlibatan dalam diskusi tentang masa depan pekerjaan, diskusi ini penting karena dapat membantu buruh memahami perubahan yang akan terjadi dan mempersiapkan diri mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan.

Baca juga: Potensi Kecerdasan Buatan Makin Dilirik Industri Manufaktur

"Siapa yang melakukannya, tentunya perusahaan harus menyediakan ruang diskusi ini, selain kemauan belajar dari buruh sendiri," katanya.

Terakhir, jebakan zona nyaman dalam pekerjaan saat ini. Mungkin mereka merasa aman dan yakin stabilitas yang cukup sehingga mereka tidak merasa perlu untuk memperhatikan ancaman pengangguran teknologi.

Apa Solusinya?

Peran pengusaha, pemerintah dan kesadaran buruh sendiri, menurut Rika, adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk mengantisipasi tsunami pengangguran ini.

"Tiga pihak ini harus menyadari bahwa dibutuhkan up-skilling dan re-skilling yang masif.Bayangkan, ada kebutuhan sekitar 17 juta techtalent di tahun 2030. Penyelarasan dunia industri, pendidikan dan lembaga kursus menjadi keharusan. Kata kuncinya adalah kebersamaan," paparnya. (RO/S-4)


 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat