visitaaponce.com

Pasar Menanti Keputusan BI Rates Pekan Ini

Pasar Menanti Keputusan BI Rates Pekan Ini
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.(Antara)

Pekan ini investor dan pelaku pasar memerhatikan sentimen domestik yang berasal dari keputusan tingkat suku bunga Bank Indonesia atau BI7DRR, yang akan diumumkan pada Kamis (25/5).

"Keputusan BI menjadi perhatian investor. Seiring cukup stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dan inflasi yang cenderung turun, maka diprediksi akan Bank Indonesia akan kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%," kata Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Mino, Senin (22/5).

Ada 3 sentimen negatif yang memberatkan IHSG yaitu kembali berlanjutnya pelemahan sebagian besar harga komoditas, melambatnya kenaikan harga properti residensial dan ketidakpastian terkait plafon utang atau debt ceiling di Amerika.

Baca juga: Suku Bunga Tinggi, Commerzbank Nikmati Laba Bersih Melonjak

"Sebagian besar harga komoditas pada perdagangan pekan lalu kembali melemah dipicu oleh beberapa faktor antara lain data ekonomi Tiongkok yang lebih rendah dari ekspektasi, ketidakpastian debt ceiling di Amerika dan menguatnya nilai tukar dolar Amerika terhadap mata uang utama lainnya," kata Mino.

Harga komoditas di pekan lalu masih kembali melemah. Pelemahan terbesar dibukukan oleh nikel sebesar -5,87% disusul CPO sebesar -4,53% dan batu bara sebesar -3,34%. Hanya 2 komoditas yang naik yakni timah dan minyak mentah.

Sementara itu sentimen positif yang menjaga IHSG yakni kembali surplusnya neraca perdagangan dan aksi beli investor asing. Pada April 2023 neraca perdagangan kembali surplus sebesar US$3,94 miliar naik dari sebelumnya sebesar US$2 83 miliar. Surplus neraca perdagangan tersebut juga lebih baik dari konsensus US$3,33 miliar.

Baca juga: Pemerintah Raup Rp15 Triliun dari Lelang Tujuh Surat Utang

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat meski inflasi berada di posisi yang terkendali, bukan berarti Bank Indonesia dapat menurunkan tingkat suku bunganya saat ini.

"Spread premium yang mengecil, membuat volatilitas bertambah namun memberikan sebuah gambaran bahwa Indonesia memiliki nilai yang kompetitif saat ini untuk dapat bersaing," kata Nico. Saat ini spread atau selisih suku bunga BI dan bank sentral AS The Fed hanya sekitar Saat ini spread suku bunga acuan The Fed dan BI mulai menyempit menjadi 0,75%-0,5%, dari sebelumnya mencapai 3,25% di zaman pandemi kala suku bunga rendah.

Kepala Ekonom Regional Asia HSBC Frederic Neumann menyakini terkait dengan negosiasi plafon utang di AS bahwa negosiasi akan terjadi antara mendekati tenggat waktu atau sedikit setelah tenggat waktu.

"Lami pikir masalah ini akan diselesaikan. Tentu saja, ada risiko, tetapi kami tidak berpikir kegagalan itu akan terus berlanjut di Amerika Serikat," kata Frederic.

Jadi negosiasi terkendala secara ekstrem, tentu risiko volatilitas di seluruh dunia akan memengaruhi suku bunga dan pasar lainnya. Tetapi mereka yakin itu tidak akan terjadi.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat