visitaaponce.com

Komisi VII Cecar Kemenperin soal Ekspor Bahan Mentah Nikel

Komisi VII Cecar Kemenperin soal Ekspor Bahan Mentah Nikel
Foto udara kawasan pertambangan Gunung Moramo di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.(Antara/Jojon )

KOMISI VII DPR RI menyoroti proses hilirisasi oleh para perusahaan tambang nikel yang masih mengekspor bahan mentah.

Dalam rapat dengan pendapat Komisi VII dengan Kementerian Perindustrian beserta perusahan-perusahaan tambang, Anggota Fraksi PAN Nasril Bahar mengungkapkan proses hilirisasi industri belum berfokus pada barang jadi.

Lebih jauh komisi 7 menginginkan hilirisasi nikel dapat menghasilkan barang yang dapat langsung digunakan konsumen, seperti peralatan makan hingga barang otomotif. Dalam hal ini komisi 7 melihat untuk memenuhi keperluan seperti itu, Indonesia masih mengandalkan impor dari negara tetangga.

Baca juga: Proteksionisme Bukan Satu-satunya Cara Dorong Hilirisasi

"Kami melihat industri hilirisasi dari nikel hari ini masih berjalan untuk raw-nya itu sudah diproses dari sisi belum masuk kepada downstream finishing goods-nya," ujarnya saat ditemui di komplek DPR RI pada Selasa (20/6).

Dirinya menegaskan sejauh mana kehadiran tenan dalam kawasan industri dapat membentuk manufaktur yang dapat langsung mengolah bahan mentah dalam negeri. Lebih jauh tidak ada skema ekspor barang mentah kemudian mengolah hasil ekspor tersebut di dalam negeri.

Baca juga: Hilirisasi Berkontribusi Signifikan pada Neraca Perdagangan

"Sehingga tidak lagi diolah barang setengah jadi lalu dilakukan ekspor kembali lagi ke indo kita import barang tersebut. Ini yg tidak kami inginkan ke depan," jelasnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional, Eko S.A. Cahyanto, mengungkapkan kementerian perindustrian hingga saat ini mendorong proses industrialisasi menjadi barang jadi di semua kawasan industri.

Dirinya menyebut membutuhkan waktu dan proses panjang untuk bisa mengolah bahan mentah menjadi sebuah produk. Eko turut menambahkan tengah memperkuat kawasan industri untuk menarik tenan sehingga tertarik mengolah sumber daya alam di Indonesia.

"Kawasan-kawasan industri kami kembangkan agar menarik tenan. Tentu kawasan tersebut harus strategis dan dekat dengan potensi sumber daya alam yang tersedia," ujarnya

"Untuk menciptakan produk stainless steel tidak hanya 1-2 pabrik, tapi mungkin bisa 10-15 pabrik sehingga rantai nilai dari proses ini bisa terisi, dan menghasilkan produk yang kami harapkan di dalam negeri," ujarnya. (MGN/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat