visitaaponce.com

Integrasi Investasi Pembangunan Smelter Freeport dengan Smelter Tambang Lain Diapresiasi

Integrasi Investasi Pembangunan Smelter Freeport dengan Smelter Tambang Lain Diapresiasi
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan proyek Smelter Freeport di kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE), Gresik.(ANTARA/Rizal Hanafi)

MENTERI Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan investasi PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk pembangunan smelter di Gresik, Jawa Timur, telah menyentuh US$2,2 miliar (Rp33 triliun) per Mei 2023.

Proyek pembangunan smelter terbesar di dunia itu juga telah menyerap 15.000 tenaga kerja Indonesia. Sementara total investasi PTFI adalah US$3 miliar atau Rp45 triliun.

Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mendukung Menteri Bahlil agar investasi yang masuk ke Indonesia pada sektor hilirisasi dapat saling terintegrasi antara fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) yang dimiliki PT Freeport Indonesia dengan smelter tambang lainnya.

Baca juga: Jokowi Minta Smelter PT. Freeport Indonesia Rampung Mei 2024

Dengan integrasi tersebut diyakini akan memperkuat hilirisasi dalam upaya membangun ekosistem suatu industri yang akan memberikan nilai tambah serta menjadikan pijakan Indonesia menjadi negara yang maju.

“Saya kira masuk akal, asal di sini smelterisasi ini dilakukan untuk seluruh hasil tambang bukan satu-satunya dari Freeport karena tujuan lain selain menaikkan nilai tambah itu membangun ekosistem dari suatu industri,” ujar Fahmy, Sabtu (24/6).

Fahmy mencontohkan smelter Freeport itu bisa diintegrasikan dengan smelter nikel yang dapat menghasilkan produk turunan, terutama bahan baku baterai kendaraan listrik.

Baca juga: Presiden Targetkan Proyek Smelter Tembaga di Sumbawa Barat Selesai 2024

“Nikel itu produk-produk turunannya bisa menjadi komponen atau bahan baku dari industri yang lain yang saling keterkaitan. Keterkaitan industri dalam satu ekosistem inilah yang kemudian akan menghantarkan Indonesia menjadi negara maju,” ucapnya.

Dijelaskan Fahmy, hilirisasi pada nikel sudah terbukti memberikan nilai tambah yang signifikan bagi negara. Apalagi, menurutnya, nikel menjadi bahan utama baterai kendaraan listrik yang sangat dibutuhkan bagi kendaraan mobil listrik masa depan.

“Nikel misalnya, dari hulu sampai hilir, dari biji nikel nanti sampai menghasilkan baterai, baterai kemudian menjadi komponen listrik kemudian membangun mobil listrik,” paparnya.

“Indonesia berkembang ekonominya tidak hanya ditopang oleh sektor konsumsi tetapi kontribusi utamanya adalah karena produk industri tadi,” sambung Fahmy.

Fahmy kemudian mengatakan, jika kebijakan semua tambang itu secara konsisten dilarang dan harus masuk smelter di dalam negeri, investor akan berbondong-bondong membangun smelter-smelter baik oleh perusahaan dalam negeri maupun dari investor asing.

Menurut Fahmy, dengan dibukanya smelter-smelter tersebut akan menciptakan lapangan kerja baru yang besar.

“Nah, beroperasinya smelter itu memang membuka lapangan kerja yang besar sekali lagi bukan hanya Freeport tapi semua hasil tambang dan mineral tadi. Kalau pemerintah konsisten melarang ekspor bahan mentahnya dan mengolah smelter itu maka kemudian akan muncul investor-investor,” jelasnya.

Lebih lanjut, Fahmy mengatakan investasi pada smelter tidak hanya bermanfaat bagi ekonomi nasional tapi juga dapat memberikan dampak yang positif bagi ekonomi daerah.

“Dan di situ akan membuka lapangan pekerjaan dan berkontribusi bagi ekonomi daerah bagi ekonomi nasional itu akan jadi keterkaitan industri itulah yang nantinya akan mengundang investor smelter dan bagi investor produk-produk turunan lainnya,” sambung Fahmy.

Sebelumnya, Bahlil Lahadalia menyampaikan investasi PT Freeport Indonesia untuk pembangunan smelter di Gresik, Jawa Timur, ditargetkan bisa beroperasi pada Mei 2024, supaya Indonesia tidak hanya terkenal dengan sumber daya alamnya saja tetapi juga dari produk dalam negerinya.

“Melalui proyek smelter ini, kita lakukan hilirisasi untuk penciptaan nilai tambah. Kita ingin Indonesia yang tidak hanya dikenal karena sumber daya alamnya saja, tapi karena produknya,” kata Bahlil.

Bahlil mengatakan hilirisasi, termasuk terhadap sumber daya mineral, menjadi kunci agar Indonesia dapat berubah dari negara berkembang menjadi negara maju.

“Sudah terbukti, hilirisasi sumber daya mampu meningkatkan pendapatan negara. Nikel contohnya, naik dari US$3,3 miliar menjadi US$30 miliar setelah kita setop ekspor bahan mentah nikel dan lakukan hilirisasi,” tukas Bahlil. (RO/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat