visitaaponce.com

Potensi Pasar Skincare Indonesia Bisa Seperti Korea dan Thailand, Asalkan Jenama Lokal makin Eksis

Potensi Pasar Skincare Indonesia Bisa Seperti Korea dan Thailand, Asalkan Jenama Lokal makin Eksis
Ilustrasi: pengunjung memilih produk kecantikan yang dijajakan dalam Jakarta X Beauty(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

INDUSTRI skincare (perawatan kulit) dan kecantikan di Tanah Air terus menunjukkan pertumbuhannya. Hal tersebut dapat terlihat dari data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang menunjukkan izin edar produk kosmetik yang dikeluarkan merupakan yang terbanyak dalam lima tahun terakhir dengan jumlah 411.410 produk. Pada Juli 2022, jumlah perusahaan di industri tersebut naik hingga 20,6% dibanding tahun sebelumnya. Termasuk UMKM di industri tersebut yang naik signifikan sebesar 83%. 

Menurut pengusaha sekaligus pemilik jenama Oh My Skin! Diana Fatimah Azzahro, fenomena itu menjadi momen yang bagus bagi skincare lokal untuk berkembang.

“Karena kalau yang saya amati di Korea dan Thailand, pasar skincare di sana sudah sangat berkembang, dan toko-toko skincare products menjadi salah satu destinasi wajib yang dikunjungi di negara tersebut. Itu nggak akan bisa kita wujudkan kalau hanya 1 atau 2 brand yang eksis. Semakin banyak brand lokal eksis, menunjukkan peningkatan minat pasar konsumen Indonesia terhadap skincare,” kata Diana.

Baca juga : Produk Skincare Lokal Tak Kalah Kualitasnya dan Aman

Menurutnya, saat ini banyak skincare lokal yang sudah mempunyai pasar nasional dan multinasional. Jenama-jenama asli Indonesia itu harus semakin memperkuat diri karena tak bisa dipungkiri bahwa semakin banyak produk skincare asal luar negeri yang ikut meramaikan pasar kecantikan di Tanah Air. Apalagi saat ini ia memandang pelaku usaha di sektor skincare sedang menghadapi tantangan tersendiri.

“Jika dilihat dari data BPOM, ini menunjukkan bahwa ketertarikan terhadap skincare semakin naik, sedangkan target market-nya masih sama. Oleh karena itu branding dan kreativitas harus ditingkatkan lagi. Di samping itu, biaya marketing yang semakin hari semakin mahal, kenaikan biaya marketing bisa 3x lipat namun impact-nya masih kurang signifikan,” lanjutnya.

Sebagai solusi, ia pun menyampaikan beberapa hal. Dimulai dari membuat personal marketing di mana tidak hanya mengandalkan paid traffic, namun lebih dikuatkan lagi untuk organic content-nya sehingga bisa meningkatkan awareness dan sales. Diana juga mengingatkan bahwa pelaku bisnis perlu mengubah strategi marketing di setiap bulannya karena pergantian trend/hype yang terus berubah. Hal tersebut menuntut sebuah merek untuk makin kreatif memasarkan produknya.

Baca juga : Brand Skincare Lokal Tawarkan Solusi Atasi Komedo Lebih Cepat

Selain itu, brand juga perlu berinovasi dari segi produk. Brand akan tertinggal bila hanya stuck di satu produk atau lambat dalam menghadirkan produk-produk baru. “Konsumen di pasar skincare dan kosmetik sekarang ini moving product-nya semakin cepat. Konsumen juga mudah dibuat penasaran dengan produk-produk baru yang sedang trend,” jelasnya.

Menurutnya ada satu keunggulan yang dimiliki oleh brand lokal dibandingkan brand luar, yaitu produk-produknya yang sudah bisa disesuaikan dengan kondisi kulit dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Tak lupa, Diana pun berpesan agar brand-brand lokal melengkapi produk-produknya dengan sertifikasi BPOM dan Halal MUI.

“Sangat penting bagi brand untuk menjaga kepercayaan konsumennya. BPOM sudah menentukan kadar kandungan aman yang bisa digunakan dalam skincare atau kosmetik, dan hal tersebut membuat konsumen lebih secure untuk membeli produk-produk yang sudah BPOM,” pungkasnya. (Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat