visitaaponce.com

Harga Minyak Mentah Turun Karena Aksi Ambil Untung

Harga Minyak Mentah Turun Karena Aksi Ambil Untung
Ilustrasi(Antara)

HARGA minyak mentah melemah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis (20/7) pagi WIB). Hal itu terjadi karena investor mengambil untung menyusul kenaikan sebelumnya di tengah pasokan minyak mentah Amerika Serikat yang lebih ketat dan janji Tiongkok untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonominya.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September tergelincir 17 sen menjadi ditutup pada US$79,46 per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus jatuh 40 sen menjadi menetap di US$75,35 per barel di New York Mercantile Exchange.

Baca juga : Bakamla Usut Kasus Kapal Super Tanker Iran Berisi BBM Ilegal Rp4,6 Triliun

Harga minyak memangkas kenaikan di akhir sesi setelah kedua kontrak naik lebih dari satu dolar AS per barel. Pelaku pasar mengambil keuntungan dari harga yang lebih tinggi, kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group.

Kekuatan dalam indeks dolar AS juga membebani harga. Greenback yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain.

Baca juga : Alasan IEA Pangkas Perkiraan Kenaikan Permintaan Minyak Tahun Ini

Membatasi kerugian, persediaan minyak mentah AS turun 708.000 barel pada minggu lalu menjadi 457,4 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 2,4 juta barel, data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan pada Rabu (19/7/2023).

Data menunjukkan persediaan di Cadangan Minyak Strategis (SPR) naik untuk pertama kalinya sejak Januari 2021, karena AS mencoba untuk mengisi kembali cadangannya menyusul rekor penurunan tahun lalu.

"Ini adalah akhir dari sebuah era," kata Flynn, dikutip dari Reuters. "Kami diingatkan bahwa rilis SPR telah berakhir, dan pasar akan berada pada pijakan yang jauh lebih kokoh."

Dalam langkah yang dapat meningkatkan permintaan minyak, perencana ekonomi utama Tiongkok berjanji pada Selasa (18/7) akan meluncurkan kebijakan untuk "memulihkan dan memperluas" konsumsi di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Data AS pada Selasa (18/7) menunjukkan penjualan ritel naik kurang dari yang diharapkan pada Juni mendorong pandangan bahwa Federal Reserve akan berhenti menaikkan suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman dan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi serta mengurangi permintaan minyak.

Tanda positif lainnya, anggota dewan gubernur Bank Sentral Eropa Klaas Knot pada Selasa (18/7) menyatakan bahwa kenaikan suku bunga di luar pertemuan ECB minggu depan "sama sekali bukan kepastian."

"Pedagang mulai menjadi jauh lebih optimis karena inflasi mereda. ... Setiap perbaikan data inflasi juga berarti peningkatan permintaan minyak," kata Naeem Aslam dari Zaye Capital Markets.

Rusia akan mengurangi ekspor minyaknya sebesar 2,1 juta metrik ton pada kuartal ketiga, sejalan dengan rencana pemotongan ekspor sukarela sebesar 500.000 barel per hari pada Agustus, menurut kementerian energi negara itu. (Ant/Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat