visitaaponce.com

Ekonomi Terus Melemah, Investor Berbondong-bondong Kabur dari Tiongkok

Ekonomi Terus Melemah, Investor Berbondong-bondong Kabur dari Tiongkok
Mata uang Yuan Tiongkok.(AFP)

SITUASi yang penuh dengan tekanan di Tiongkok terus berlanjut. Sebab, perlambatan ekonomi Tiongkok semakin parah. Hal ini membuat pelaku pasar dan investor cukup gerah untuk terus menerus berada di sana dan berbondong-bondong menarik investasinya dari Tiongkok. Ditambah, minimnya bauran kebijakan fiskal dan moneter yang diberikan oleh pemerintah dan bank sentral.

Kemarin, indeks saham di Tiongkok dibuka 5,5% lebih tinggi, karena ada beberapa dukungan dari pemerintahnya untuk mendorong perekonomian. Namun, kenaikan tersebut, menjadi kesempatan bagi investor asing untuk aksi jual lebih cepat dan menciptakan capital outflow terbesar dalam 1 hari.

"Investor asing tampaknya sudah lelah menunggu jawaban dan aksi nyata pemerintah dan bank sentral Tiongkok untuk mendorong perekonomiannya bangkit dan pulih," kata Associate director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Selasa (29/8).

Baca juga: Ketua IMF akan Kunjungi Tiongkok, Indonesia, India

Minimnya stimulus yang diberikan oleh Tiongkok alih-alih ingin pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, justru menjadi alasan investor asing keluar meninggalkan Tiongkok.

Akibat dana yang keluar besar, para pengambil kebijakan telah mendesak institusi seperti dana pensiun, bank, dan lembaga keuangan lainnya untuk meningkat porsi investasi dalam bentuk saham untuk menopang penurunan pasar yang tengah terjadi.

Bahkan regulator Tiongkok memangkas biaya penanganan transaksi saham agar mendorong peningkatan transaksi.

Baca juga: Tiongkok Keluhkan Pembatasan Bisnis oleh AS

Namun, hal tersebut tidak cukup dan masih kurang dari apa yang diinginkan oleh investor. Upaya Tiongkok bisa dikatakan sudah terlambat. Pasalnya Tentu pelaku pasar dan investor sudah menunggu aksi nyata regulator sejak lama, namun tidak ada yang terjadi.

Pasar membutuhkan dukungan stimulus dalam bentuk jumlah yang lebih besar sebagai komitmen komitmen pemerintah dan bank sentral untuk menopang dan memulihkan perekonomian Tiongkok dari situasi dan kondisi yang ada.

Hal ini penting untuk membalikkan momentum. Biar bagaimanapun sebanyak sepertiga pertumbuhan ekonomi global diharapkan dapat dorongan dari pemulihan ekonomi Tiongkok. Ketika hal itu tidak terjadi, maka justru memberikan alarm peringatan bagi situasi dan kondisi yang ada di seluruh dunia.

"Sejauh ini investor asing sudah menarik lebih dari US$10 miliar dari pasar saham Tiongkok. Sebagian besar diantaranya saham blue chips," kata Nico

Beberapa lembaga keuangan sudah memangkas proyeksi, mulai dari Goldman Sachs Group Inc dan Morgan Stanley.

Dampak pada Asia

Perlambatan ekonomi Tiongkok, mungkin akan berdampak yang lebih besar kepada Asia. Sebab ketika tingkat pertumbuhan Tiongkok naik 1%, maka perekonomian global juga akan meningkat sekitar 0,3%. Hal ini membuat pelaku pasar dan investor memutuskan untuk pergi ketika pertumbuhan ekonomi Tiongkok tidak lagi berarti.

Keterpurukan Tiongkok menjadi kesempatan bagi negara-negara lain untuk bisa masuk untuk bisa berkontribusi lebih besar dalam mata rantai pasok global. Investor asing yang pergi, tidak dapat dikatakan menshifting kepemilikan yang mereka miliki, karena prospek pertumbuhan yang terus memprihatinkan.

"Oleh karena itu, kami melihat hal ini menjadi sebuah kesempatan bagi negara-negara lain untuk mendapatkan cipratan dana investor," kata Nico.

Tentu dana tersebut juga berpotensi masuk ke dalam Indonesia, meski lebih banyak repatriasi ke negara asalnya. Alasannya karena Indonesia memiliki fundamental kuat dan fiskal berjalan yang sehat, serta prospek positif di masa yang akan datang.

"Kami yakin Indonesia akan tetap menjadi negara alternatif untuk berinvestasi bagi investor asing karena daya tariknya. Ini hanya masalah waktu untuk hal tersebut akan terjadi. Hanya tinggal, apakah Indonesia bisa melihat peluang tersebut atau tidak," kata Nico.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat