visitaaponce.com

Instacart Tetapkan Harga IPO US30 per Saham

Instacart Tetapkan Harga IPO US$30 per Saham
Kartu hadiah Instacart ditampilkan di toko Safeway pada 28 Agustus 2023 di San Anselmo, California.(AFP/Justin Sullivan.)

STARTUP pengiriman bahan makanan AS, Instacart, mengatakan bahwa mereka bertujuan mengumpulkan setidaknya US$660 juta dengan debut pasar saham pada Selasa dengan harga US$30 per saham. Harga saham tersebut ditetapkan pada kisaran harga tertinggi yang diungkapkan sebelumnya oleh perusahaan yang berencana menawarkan 22 juta saham untuk diperdagangkan di bursa Nasdaq dengan simbol CART, kata Instacart dalam rilisnya.

Harga tersebut menilai Instacart yang berbasis di San Francisco sekitar US$10 miliar atau turun dari US$39 miliar pada 2021. Jika permintaan kuat, jumlah saham bisa meningkat menjadi 25,3 juta dan menghasilkan US$759 juta untuk Instacart.

Baca juga: Startup Pengiriman Bahan Makanan AS Instacart IPO Akhir September

Didirikan pada 2012, startup yang didukung modal ventura ini mengalami peningkatan bisnis di awal pandemi virus korona karena masyarakat menghindari toko kelontong. Namun, bisnis perusahaan tersebut terus menurun, sehingga terjadi pengurangan tenaga kerja.

Baca juga: Starbucks Buka Pabrik Senilai US$220 Juta di Luar Shanghai

Dalam beberapa tahun terakhir, Instacart berfokus pada pesanan yang siap diambil di toko kelontong alih-alih diturunkan di depan pintu pelanggan. Meningkatnya suku bunga telah menurunkan nilai banyak perusahaan rintisan dan investasi berisiko tinggi lain.

Baca juga: OECD Lihat Pertumbuhan Global Tahun Depan Dihantui Suku Bunga

Industri teknologi pada umumnya sedang menghadapi kondisi perekonomian yang menantang karena mendorong PHK dan tindakan pemotongan biaya lain. Maplebear Inc., yang menjalankan bisnis sebagai Instacart, mengajukan menjadi perusahaan publik pada 25 Agustus.

Dikatakan dalam pengajuan bahwa mereka memiliki laba bersih sebesar US$242 juta pada paruh pertama tahun ini. Perusahaan tersebut memperingatkan bahwa mereka punya sejarah kerugian dan mungkin tidak dapat mempertahankan profitabilitas atau menghasilkan pertumbuhan yang menguntungkan di masa depan. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat