visitaaponce.com

Tarik Investasi, PM Thailand Temui Musk dan Perusahaan Teknologi

Tarik Investasi, PM Thailand Temui Musk dan Perusahaan Teknologi
Seorang pemandu wisata Thailand (tengah) bersama sekelompok turis Tiongkok di Grand Palace Bangkok.(AFP/Lillian Suwanrumpha. )

PERDANA menteri baru Thailand bertemu dengan bos Tesla Elon Musk dan para eksekutif dari perusahaan teknologi serta investasi AS lain, termasuk Google dan Microsoft. Ini merupakan upayanya untuk meningkatkan perekonomian negara yang sedang lesu.

Srettha Thavisin, mantan raja properti yang menjabat bulan lalu, berjanji meningkatkan keuangan kerajaan, yang terpukul oleh terhentinya pariwisata selama pandemi. Dia bertemu Musk di sela-sela Majelis Umum PBB di New York. 

Dia menekankan komitmen Thailand terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan. "Kami melakukan percakapan yang baik tentang teknologi @Tesla, @spaceX, dan @starlink," Srettha memposting di X, sebelumnya Twitter, Jumat pagi. "Kami menantikan diskusi lebih lanjut."

Baca juga: Kontraksi Ekonomi Zona Euro tidak terlalu Parah pada September

Thailand ialah salah satu produsen mobil terkemuka di Asia Tenggara dan sedang berupaya mengalihkan produksinya ke kendaraan listrik. Secara tradisional, sebagian besar produksi kendaraan didominasi oleh pabrikan Jepang, tetapi pabrikan kendaraan listrik asal Tiongkok mulai mengambil alih.

Srettha juga memposting foto pertemuan dengan eksekutif Google dan Microsoft serta CEO rumah investasi BlackRock, Larry Fink. "Pertemuan ini bertujuan untuk kemungkinan investasi di Thailand, khususnya mendukung perluasan investasi dan produksi perusahaan-perusahaan terkait energi ramah lingkungan di Thailand," tulis Srettha tentang pertemuannya dengan Fink.

Baca juga: Turki Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi dalam 20 Tahun

Perkiraan pertumbuhan Thailand untuk tahun ini berkisar antara 2,5%-3,5%. Namun Srettha bertujuan meningkatkannya menjadi lima persen di tahun-tahun mendatang setelah periode stagnasi selama hampir satu dekade pemerintahan yang didukung militer.

Itu dilakukannya ketika negara-negara lain di kawasan ini berupaya mendapatkan keuntungan dari investasi AS di bidang teknologi ramah lingkungan. Ditambah lagi, keinginan Washington untuk melakukan diversifikasi agar tidak terlalu bergantung pada Tiongkok dalam hal komponen dan sumber daya utama.

Pekan lalu Vietnam menandatangani perjanjian dengan Washington yang mencakup perjanjian mengenai mineral yang langka dan superkonduktor. Ini bertujuan membantu negara komunis tersebut meningkatkan perannya dalam rantai pasokan teknologi tinggi. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat