visitaaponce.com

Bank Sentral Jepang Tetap pada Kebijakan Moneter sangat Longgar

Bank Sentral Jepang Tetap pada Kebijakan Moneter sangat Longgar
Seorang pejalan kaki berjalan melewati gedung Bank of Japan (BoJ) di pusat kota Tokyo pada 28 Juli 2023.(AFP/Richard A. Brooks.)

BANK of Japan (BoJ) atau bank sentral Jepang tetap berpegang pada kebijakan moneter sangat longgar, Jumat (22/9/2023). Padahal, para pejabat menghadapi tekanan semakin besar untuk berubah menjadi lebih hawkish karena yen melemah dan setelah data baru menunjukkan inflasi masih sangat tinggi.

Sementara sebagian besar bank sentral besar lain terus melakukan kampanye penaikan suku bunga dalam upaya mengendalikan harga. BoJ menolak untuk beralih dari program jangka panjang biaya pinjaman di bawah nol untuk memulai ekonomi nomor tiga di dunia itu. 

Para pengambil kebijakan selama beberapa bulan mengisyaratkan bahwa mereka bersedia mengadopsi kebijakan yang lebih normal, seperti perubahan kecil pada skema pengendalian kurva imbal hasil, yang membuat bank mengontrol batasan pergerakan obligasi pemerintah. Namun terdapat seruan yang semakin besar agar pemerintah bergerak lebih cepat. 

Baca juga: Tarik Investasi, PM Thailand Temui Musk dan Perusahaan Teknologi

Hal itu tidak terpengaruh oleh data pada Jumat yang menunjukkan harga konsumen--tidak termasuk makanan dan energi--melonjak 4,3% pada Agustus. Ini merupakan level tertinggi dalam tiga dekade.

Dalam pernyataan pascapertemuan, BoJ tetap mempertahankan pendiriannya, seperti yang diharapkan, tetapi mengatakan pihaknya tidak akan ragu untuk mengambil langkah-langkah pelonggaran tambahan jika diperlukan. "Dengan ketidakpastian yang sangat tinggi seputar perekonomian dan pasar keuangan di dalam dan luar negeri, Bank Dunia akan dengan sabar melanjutkan pelonggaran moneter sambil dengan cepat merespons perkembangan aktivitas ekonomi dan harga serta kondisi keuangan," katanya.

Baca juga: Kontraksi Ekonomi Zona Euro tidak terlalu Parah pada September

Para analis mengatakan kebijakan BoJ merugikan perekonomian dengan merusak pasar obligasi dan memperburuk pelemahan yen. Ini pada gilirannya membuat impor menjadi lebih mahal. 

Pada Kamis, mata uang Jepang mencapai titik terendah dalam 10 bulan terhadap dolar AS di 148,46, sebelum sedikit pulih pada Jumat menjadi 148,11. Yen telah anjlok 11% tahun ini dan menjadikannya mata uang Kelompok 10 dengan kinerja terburuk, menurut Bloomberg News.

Hal ini memicu spekulasi bahwa Jepang mungkin akan melakukan intervensi di pasar valas untuk memberikan dukungan terhadap mata uang tersebut. Hal ini telah dilakukan pada November untuk pertama kali sejak 1998.

Ketidakpastian

Gubernur BoJ Kazuo Ueda mengatakan dalam wawancara baru-baru ini bahwa bank sentral mungkin memiliki cukup data pada akhir tahun ini untuk memutuskan akan menghentikan kebijakan ultralonggar program atau tidak. Menyusul komentar tersebut, para pengamat BoJ menaikkan perkiraan suku bunga dengan setengahnya kini memperkirakan penaikan suku bunga pada paruh pertama 2024, Bloomberg News melaporkan.

Pada Jumat, ia berusaha mengecilkan komentar tersebut. Menurutnya, bank tersebut, "Tidak berada dalam situasi kita dapat memperkirakan realisasi yang berkelanjutan dan stabil," dari target inflasi dua persennya.

"Ketidakpastian sangat tinggi," mengenai faktor-faktor risiko termasuk perekonomian global dan harga komoditas, dan, "Perlu memperhatikan dengan cermat tren pasar keuangan dan valuta asing serta dampaknya terhadap perekonomian dan harga Jepang," katanya kepada wartawan.

Perdana Menteri Fumio Kishida mengalami penurunan peringkat popularitasnya sejak menjabat dua tahun lalu. Maklum, rakyat tertekan oleh kenaikan harga.

Pekan lalu, ketika menghadapi persaingan sulit untuk pemilihan kembali internal partai tahun depan, ia menjanjikan paket ekonomi yang drastis setelah merombak kabinetnya. "Perekonomian Jepang masih rapuh dan kebijakan moneter yang ada mungkin perlu dipertahankan," kata Tom Kenny, ekonom internasional senior di ANZ Research.

"Tentu saja, kami memperkirakan inflasi akan mereda karena kondisi permintaan tidak cukup kuat untuk mempertahankan tekanan terhadap harga," katanya. "Kami tidak berpikir BoJ akan menghapus kebijakan suku bunga negatifnya pada akhir tahun ini," katanya. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat