visitaaponce.com

Transformasi Lahan Rawa Menjadi Sawah untuk Ketahanan Pangan

Transformasi Lahan Rawa Menjadi Sawah untuk Ketahanan Pangan
MI/Seno(Ilustrasi)

Menurut Laporan Global Food Security Index (GFSI) pada 2022, ketahanan pangan Indonesia masih belum memadai, dengan indeks hanya mencapai 60,2, kalah dari beberapa negara tetangga. Masalah utama adalah ketersediaan pasokan dan kualitas nutrisi. Lonjakan impor beras tahun ini yang mencapai 3,5 juta ton menunjukkan bahwa ketahanan pangan harus dibangun di atas fondasi yang lebih kuat.

Baca juga: Mentan Ingin Kembalikan Swasembada Beras di Indonesia

Inovasi teknologi Biosoildam MA 11 temuan Dr. Ir. Nugroho Widiasmadi M.Eng. peraih Kalpataru 2023 dari Pemerintah RI  telah muncul sebagai pendorong perubahan positif dalam pertanian Indonesia.

Ini adalah langkah menuju pertanian yang berkelanjutan, menggantikan metode kimia konvensional dengan praktek organik yang berkelanjutan.

Baca juga: Mentan: Program Gernas El Nino Capai 75,6% dari Target

Teknologi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas pertanian dan  mengurangi ketergantungan pada bahan kimia berbahaya dan mendukung pertanian yang lebih ramah lingkungan tetapi juga tahan hadapi iklim ekstrim pada El Nino dan La Nina baik kekeringan dan hujan badai serta banjir, karena dinding selnya lebih tebal.

Namun, tantangan besar menanti dalam mencapai swasembada pangan. Menteri Pertanian Amran Sulaiman telah menegaskan ambisinya. Ia menyebut ada sekitar 1,5 juta hektare lahan rawa baik rawa mineral maupun rawa tadah hujan yang bisa digarap untuk meningkatkan indeks pertanaman.

"Kita rencanakan akselerasi, ada potensi besar di Indonesia yakni lahan yang bisa digarap, kurang lebih 1,5 juta hektare dan kita fokus garap dulu meningkatkan indeks pertanaman (IP) lebih mudah," kata Amran.

Amran menargetkan, dengan rencana tersebut nantinya lahan rawa yang IP hanya 1 menjadi 2, dan yang sebelumnya 0 menjadi 2. "Rawa ini dijadikan lahan yang IP nya 1 jadi 2, 0 jadi 2. Ini target kita," ujarnya.

Namun, ia mengatakan pihaknya sampai dengan saat ini masih belum menghitung anggaran untuk menggarap lahan rawa tersebut. "Nanti kita anggarkan ini. Kalau ini kita lakukan InsyaAllah pertanian kita beres," lanjutnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi mengatakan, banyak potensi di lahan rawa yang siap digarap untuk menggenjot produksi, termasuk lahan tadah hujan, lahan lebak, dan lahan pasang surut.

"Banyak potensi lahan di lahan rawa yang siap, dengan perlakuan yang nggak terlalu sulit untuk kita kejar tanam, yang potensial segera diproses produksi, segera dikejar," kata Suwandi.

Ia mengatakan, penggarapan lahan rawa dilakukan secara bertahap. Sekarang ini Kementan akan mengejar terlebih dahulu 1 juta hektare di tanah mineral atau rawa yang bisa ditanami padi.

"Ini bertahap, kita kejar dulu yang 1 juta hektare di rawa mineral, atau rawa yang bisa ditanami padi,"

Adapun sejumlah daerahnya, ungkap Suwandi, ada di Sumatera Selatan, Sebagian Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.

"Pokoknya kita kerja yang maksimal, yang lebih cepat kita kejar. Pokoknya November ini sudah mulai gerak, sebelah utara khatulistiwa kan air sudah cukup, yang selatan khatulistiwa ini bulan November sudah mulai bergerak tanam. Sudah banyak petani bergerak mengolah lahan," tandasnya.

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat