visitaaponce.com

Tingkat Literasi dan Penetrasi Asuransi masih Rendah

Tingkat Literasi dan Penetrasi Asuransi masih Rendah
Kondisi yang saat ini dihadapi industri asuransi di Indonesia dan membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak.(Dokpri.)

MESKIPUN industri asuransi berpotensi terkena dampak dari kemungkinan perubahan situasi kondisi ekonomi global dan tahun politik, imbasnya dinilai tidak signifikan. Ini karena kebutuhan masyarakat terhadap solusi perlindungan asuransi akan tetap ada. 

Itu disampaikan Ni Made Daryanti, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia. "Kondisi yang saat ini dihadapi industri asuransi di Indonesia dan membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak ialah tingkat literasi dan penetrasi asuransi yang masih rendah," ujarnya dalam webinar, Kamis (15/12). 

Berdasarkan Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Perasuransian Indonesia 2023-2027 OJK, tingkat penetrasi asuransi di Indonesia pada 2022 berada pada level 2,27%. Ini masih jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan beberapa peer countries di ASEAN. Sedangkan tingkat literasi pada sektor perasuransian berada pada level 31,7% tetapi tingkat inklusinya pada level 16,6%. Jadi, masih ada gap antara tingkat literasi asuransi dengan inklusi asuransi.

Baca juga: Konsep Bansos di Indonesia Lebih untuk Menjaga Kelompok Terbawah tidak semakin Miskin

"Hingga November 2023, Allianz menggelar 613 acara literasi keuangan dan menjangkau lebih dari 635 ribu penerima manfaat. Kami juga terus menyediakan akses bagi masyarakat untuk mendapatkan proteksi asuransi yang sesuai kebutuhan. Hal ini sesuai dengan komitmen Allianz untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan literasi dan penetrasi asuransi," kata Ni Made. 

Selain itu, Allianz Group yang diakui sebagai sustainable insurer berdasarkan Dow Jones Sustainability Index 2023 memiliki perhatian khusus terhadap isu berkelanjutan (sustainability) dengan menerapkan prinsip-prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Hal ini karena bisnis asuransi bersifat jangka panjang dan fokus pada masa depan. 

Baca juga: Ancaman EUDR, CPOPC Upayakan Usaha Petani Kecil tak Terdegradasi

Dalam menjalankan proses bisnis, lanjut dia, Allianz Indonesia mengedepankan upaya penyelarasan aspek ESG yang mengarah pada cakupan keseimbangan kinerja 3P (People, Planet, dan Profit). Pendekatan ini tidak sekadar menitikberatkan pada aspek profit semata, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan. Dari sisi lingkungan, perusahaan melakukan berbagai inisiatif kepedulian terhadap lingkungan dan menjaga masa depan. Penanaman mangrove, mengumpulkan dan memilah sampah, pembuatan eco-enzyme, upaya penghematan energi dan penggunaan energi terbarukan, sampai dengan meningkatkan layanan berbasis digital untuk mengurangi pemakaian kertas.

Kemudian dari sisi dampak sosial, Allianz melakukan berbagai inisiatif untuk meningkatkan literasi dan pemahaman masyarakat tentang keuangan dan asuransi. Allianz juga melakukan beberapa program pemberdayaan untuk para pelaku UMKM dan pelaku UMKM penyandang disabilitas agar dapat lebih mengembangkan usahanya.

Dalam menjalankan operasional bisnis, Allianz mengimplementasikan good corporate governance, untuk memastikan proses yang berlangsung sesuai dengan peraturan dan menjadi budaya dalam kegiatan sehari-hari karyawan. Contohnya penetapan kebijakan dan protokol anti-fraud, komunikasi internal, serta pelatihan karyawan yang komprehensif dengan cara yang menyenangkan.

Di tahun 2024, volatilitas ekonomi global masih akan berlanjut, tetapi ada optimisme pada kondisi ekonomi Indonesia yang masih cukup kuat dalam menghadapi berbagai tantangan, walaupun akan sedikit melambat. Kondisi pasar akan memengaruhi kinerja investasi. Hal ini akan berimbas juga ke kinerja subdana asuransi jiwa unit link. Masyarakat pun akan semakin cermat dalam memilih produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Asuransi jiwa unit link masih tetap diminati karena karakteristik produknya menawarkan perlindungan yang dapat dilengkapi dengan berbagai manfaat tambahan dan fleksibilitas, tetapi pergeseran minat masyarakat ke asuransi tradisional juga terjadi.

Lalu berbagai lapisan masyarakat yang ada di Indonesia memiliki kebutuhan akan perlindungannya masing-masing, dan banyak sekali lapisan masyarakat yang belum terlindungi asuransi. Sehingga untuk dapat menjangkau dan memberikan layanan ke berbagai lapisan tersebut, tentunya pelaku asuransi harus melakukan inovasi dan ragam solusi serta layanan. 

Di sisi lain, jumlah generasi muda yang kian bertumbuh menjadi peluang bagi industri asuransi. Masyarakat yang lebih muda memiliki karakteristik yang lebih dinamis, senang dengan hal yang mudah dan cepat, serta sangat piawai dengan penggunaan digital. Oleh karena itu, pelaku asuransi perlu menyediakan solusi dan layanan yang inklusif serta memberikan kemudahan. Kemudian perkembangan ekonomi syariah dan halal lifestyle juga menjadi latar belakang terciptanya permintaan pasar terhadap asuransi syariah, yang menawarkan nilai-nilai universal dan saling berbagi kebaikan antarsesama. (RO/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat