visitaaponce.com

BI Punya Peluang Turunkan Suku Bunga 50 Bps di Tahun 2024

BI Punya Peluang Turunkan Suku Bunga 50 Bps di Tahun 2024
Gedung Bank Indonesia di Jakarta.(MI/Rommy Pujianto)

SUKU bunga di Amerika Serikat tampaknya sudah mencapai puncaknya namun waktu yang tepat untuk penurunan suku bunga masih belum pasti. Bagaimana dengan Indonesia?

Analis memprediksi, perlambatan ekonomi Tiongkok masih akan menjadi risiko bagi perekonomian Indonesia. Ini mengingat Tiongkok adalah salah satu mitra dagang dan mitra investasi yang utama bagi Indonesia.

Namun, apabila bank sentral AS The Federal Reserve menurunkan suku bunga AS lebih cepat, sentimen global akan membaik dan potensi kembalinya aliran dana asing ke depan semakin terbuka.

Baca juga : Suku Bunga Fed Rate Ditahan Sesuai Ekspektasi Pasar

"Sejalan dengan itu, Bank Indonesia memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bps pada tahun 2024," kata Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro, pada Bank Mandiri Outlook, Selasa (19/12).

Penurunan suku bunga akan berimbas positif pada perekonomian. Proyeksi Bank Mandiri, ekonomi Indonesia masih akan mencatat pertumbuhan yang sehat pada 5,04% pada tahun 2023 dan 5,06% pada tahun 2024.

Baca juga : Gubernur BI Paparkan Strategi untuk Jaga Stabilitas Moneter di 2024

Hal ini sejalan dengan perkiraan IMF bahwa ekonomi Indonesia pada tahun 2023 dan 2024 masih akan tumbuh pada kisaran 5%.

Konsumsi dan aktivitas masyarakat domestik diperkirakan akan tetap solid, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga tahun 2024.

"Namun, ekonomi Indonesia masih akan menghadapi risiko dari perlambatan ekonomi global dan masih tingginya ketidakpastian selama periode penyelenggaraan Pemilu Nasional," kata Asmo.

Sektor Perbankan

Dari sektor perbankan, fungsi intermediasi perbankan masih terus tumbuh positif meski mulai termoderasi. Pertumbuhan kredit tumbuh 8,99% pada bulan Oktober 2023, stabil jika dibandingkan akhir triwulan III-2023 yang sebesar 8,96%.

Di sisi lain, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga terus melambat, tercatat sebesar 3,43% pada bulan Oktober 2023 seiring perilaku nasabah yang kembali menggunakan dananya untuk konsumsi atau investasi.

Namun, likuiditas perbankan secara umum masih cukup memadai, terefleksi dari rasio Loan to Deposit (LDR) yang masih berada pada 84%.

Pemerintah dan Bank Indonesia juga terus mengeluarkan kebijakan yang akomodatif bagi perekonomian dan sektor perbankan.

Kebijakan repatriasi devisa hasil ekspor (DHE) serta insentif likuiditas diperkirakan akan menopang likuiditas sistem keuangan dan menopang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

"Kami memperkirakan penyaluran kredit pada tahun 2023 dan 2024 masih akan mencatat pertumbuhan yang sehat pada 9%. Bank Indonesia juga mengindikasikan pertumbuhan kredit tahun 2023 ini akan mencapai kisaran 9% - 11%," kata Asmo. (Z-4)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat