Harga Minyak Tertekan, Imbas Perpecahan OPEC
![Harga Minyak Tertekan, Imbas Perpecahan OPEC+?](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/01/458d58eb40bb83c40b4ddcf507f01e30.jpg)
MENGAWALI pembukaan pekan pagi ini harga minyak terpantau bergerak terkoreksi turun dibebani potensi peningkatan pasokan OPEC+.
"Meski demikian, ancaman terjadinya kembali krisis energi di Eropa serta risiko keamanan di Laut Merah yang kian meningkat memberikan dukungan pada harga minyak," kata Analis ICDX Girta Yoga, Senin (29/1).
Presiden AS Joe Biden pada akhir pekan lalu mengambil langkah yang mengejutkan pasar dengan menghentikan persetujuan untuk permohonan ekspor gas alam cair (LNG) yang tertunda serta yang baru akan dilakukan pada masa mendatang, setidaknya hingga setelah pemilu 5 November.
Baca juga: Harga Minyak Melaju Didorong Kebijakan Stimulus Tiongkok
Selama masa penghentian, Departemen Energi AS berencana meninjau untuk melihat dampak terhadap ekonomi dan lingkungan, yang diperkirakan akan memakan waktu berbulan-bulan.
Kebijakan yang diambil Biden berpotensi memicu terjadinya kembali krisis energi terutama di Eropa, yang mengandalkan pasokan dari AS pasca penghentian impor gas alam dari Rusia.
Sentimen positif lainnya datang dari situasi keamanan di Laut Merah yang kian berisiko.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Meredup. Imbas Konflik Timur Tengah?
Pedagang komoditas utama global, Trafigura, mengatakan pada hari Sabtu bahwa pihaknya sedang menilai risiko keamanan pelayaran lebih lanjut di Laut Merah pasca petugas pemadam kebakaran memadamkan api di kapal tanker Marlin Luanda yang dioperasikan oleh Trafigura, setelah diserang oleh kelompok Houthi Yaman sehari sebelumnya.
Trafigura merilis pernyataan resmi yang mengatakan bahwa saat ini tidak ada lagi kapal yang dioperasikan Trafigura yang transit di Teluk Aden.
Sementara itu, CEO perusahaan minyak Rusia Gazprom Neft, Alexander Dyukov pada hari Sabtu melihat tidak perlunya pengurangan pasokan minyak tambahan oleh produsen minyak OPEC+.
"Pernyataan yang dilontarkan menjelang berlangsungnya pertemuan OPEC dan sekutunya pada 1 Februari nanti mengisyaratkan perpecahan internal di aliansi yang mengarah pada potensi peningkatan pasokan minyak di pasar global," kata Girta.
Dari OPEC+ dilaporkan kemungkinan aliansi produsen itu baru akan memutuskan kebijakan terkait produksi minyak bulan April dan seterusnya dalam beberapa minggu mendatang.
Alasannya, pertemuan panel tingkat menteri utama pada 1 Februari masih terlalu dini untuk mengambil keputusan mengenai kebijakan produksi lebih lanjut.
"Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level $80 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level $76 per barel," kata Girta.
Harga minyak juga terus menjadi pusat perhatian di pasar global, terutama dengan dampaknya yang luas terhadap ekonomi dan geopolitik. Analisa Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer dalam pandangannya, menunjukkan tren kenaikan yang signifikan, meskipun ada beberapa penurunan.
Menurut Fischer, prediksi harga minyak mengindikasikan bahwa pasar akan mengalami kenaikan secara berkelanjutan, dengan dukungan dari pola candlestick yang masih konsisten.
"Meskipun ada beberapa penurunan, namun pergerakan harga masih menunjukkan kecenderungan positif," kata Fischer, Senin (29/1).
Fischer menekankan meski kenaikan tidak sebesar hari sebelumnya, namun tetap terjadi. Faktor utama yang mendukung kenaikan harga adalah kelangkaan minyak dan terhentinya kerja sama dengan beberapa negara produsen minyak, termasuk Rusia dan Arab Saudi.
“Hubungan Rusia dan Arab Saudi yang sebelumnya tergabung dalam kerjasama minyak, kini cenderung menjadi satu di antara anggota BRICS. Hal ini dapat memengaruhi dinamika pasar minyak secara keseluruhan. Konflik di Timur Tengah yang meluas juga menjadi faktor penting dengan potensi dampak terhadap daya beli yang cenderung rendah," kata Fischer.
Dari sisi harga minyak hari ini, berdasarkan rangkumannya, futures gas alam mengalami penurunan pada masa dagang AS. Pada New York Mercantile Exchange, futures gas alam untuk penyerahan Maret diperdagangkan pada USD2,15 per MMBTU, mengalami penurunan sebesar 1,51%.
Meski instrumen ini sebelumnya mencapai sesi rendah, tetapi masih memiliki potensi support pada USD2.094 dan resistance pada USD2.884. Sementara itu, di Nymex, harga minyak mentah untuk penyerahan Maret naik sebesar 0,58% dan diperdagangkan pada USD77,81 per barrel. (Z-10)
Terkini Lainnya
Soal Nasib Subsidi BBM, Pemerintah Masih Cermati Perkembangan Terkini
Imbas Konflik Geopolitik Iran-Israel, Pengurangan Subsidi BBM Terbuka Lebar
Pasokan Minyak Mentah Dunia Dikhawatirkan Terguncang akibat Konflik Iran-Israel
Konflik Iran-Israel, Harga Minyak Mentah Dunia Bisa Tembus US$100 per Barel
Kronologi Bakamla Tangkap Kapal Tanker BBM Ilegal Senilai Rp4,6 Triliun di Natuna
Indonesia Sita Kapal Tanker Iran Diduga Berisi Minyak Mentah Ilegal
Harga Minyak ke Puncak dalam Lima Bulan, Emas Cetak Rekor Lagi
Tren Harga Minyak Naik Efek Pembatasan Suplai Produsen Utama
Harga Minyak +1,9% ke Level Tertinggi dalam 4 Bulan
Saudi Perpanjang Pemangkasan Pasokan Minyak Sejuta Barel Sehari
Brasil Gabung ke OPEC+ Tahun Depan
OPEC Sepakat Tingkatkan Produksi 100 Ribu Barel Per Hari pada September
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap