visitaaponce.com

Ekonomi Indonesia 2024 Berpotensi Tumbuh Hingga 5

Ekonomi Indonesia 2024 Berpotensi Tumbuh Hingga 5%
Suasana gedung bertingkat di Jakarta,(Antara)

DIREKTUR Eksekutif Center of Reform on Economic (CoRE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, ekonomi Indonesia masih memiliki potensi untuk tumbuh hingga 5% di tahun ini. Namun angka pertumbuhan yang lebih rendah juga memiliki peluang yang sama.

"Dari prediksi kami, di 2024 ini 4,9% sampai 5%. Jadi artinya untuk sampai 5% itu masih mungkin sebagai batas atas. Tapi sangat mungkin juga di bawah 5% dengan batas bawah 4,9% pada tahun ini," kata dia saat dihubungi, Jumat (9/2).

Faisal mengatakan, meski pun angka pertumbuhan ekonomi mampu mencapai 5%, itu belum mencukupi untuk memenuhi ambisi Indonesia menjadi negara maju di 2045. Sebab, untuk menjadi negara berpendapatan tinggi sebelum 2045, setidaknya angka pertumbuhan harus menembus 6,5%-7% setiap tahunnya.

Baca juga : Sri Mulyani Nilai Ekonomi Indonesia 2023 Tumbuh Berkualitas

Guna mencapai angka pertumbuhan tersebut, Indonesia harus bisa melakukan transformasi ekonomi, salah satunya melalui dorongan terhadap industri manufaktur untuk bertumbuh. Sektor tersebut, kata Faisal, potensial dalam mendongkrak kinerja ekonomi dalam negeri.

Upaya mendorong industri manufaktur juga tak melulu soal hilirisasi. "Tetapi juga penguatan industri hulu, juga melakukan pembenahan berbagai hambatan yang menghalangi investasi ke sektor industri manufaktur, hilirisasi pun bukan hanya di tambang, juga ke industri pertanian, perkebunan," kata dia.

"Jangan lupa industri strategis yang menyerap tenaga kerja seperti industri makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, dan juga industri yang high tech yang menciptakan nilai tambah tinggi seperti industri elektronik dan juga otomotif," tambah Faisal.

Baca juga : BI: Ekonomi Indonesia Salah Satu Terbaik di Dunia

Bila hal-hal tersebut diupayakan dan dioptimalisasi oleh pemerintah, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai bisa tumbuh lebih tinggi dari 5%.

Periset dari CoRE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan lebih rendah dari tahun lalu. Itu karena ekonomi Tiongkok yang diperkirakan melambat dan proyeksi harga komoditas primer yang akan melanjutkan tren normalisasi seperti di 2023.

"Akibatnya, sumbangan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi domestik diperkirakan akan menurun," kata dia saat dihubungi terpisah.

Baca juga : Bank Indonesia Perkirakan Ekonomi Nasional pada 2024 Tumbuh 5,5%

Sementara dari dalam negeri, beberapa faktor akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Konsumsi rumah tangga diperkirakan relatif stabil namun cenderung melemah marginal.

Efek pendapatan rumah tangga dari kenaikan harga komoditas pada tahun 2022 dan awal tahun 2023 diperkirakan akan hilang pada tahun ini. Konsumsi barang-barang tahan lama yang mengandalkan kredit, seperti kendaraan dan properti, juga akan sedikit tertekan oleh dampak pengetatan moneter Bank Indonesia (BI) pada kuartal terakhir tahun ini.

Meskipun begitu, kata Yusuf, pengeluaran terkait dengan kontestasi politik, termasuk pilpres, pileg, dan pilkada, diperkirakan akan memberikan dampak sesaat terhadap konsumsi domestik. Selain itu, tingkat inflasi yang diperkirakan berada pada rentang 2%-3% tidak akan menahan laju konsumsi tahun ini, kecuali jika terjadi lonjakan inflasi pada volatile food.

Baca juga : Ekonomi Indonesia untuk Menjadi Negara Maju Harus Tumbuh 6%

Dampak beberapa insentif fiskal pemerintah dan peningkatan anggaran bantuan sosial akan sedikit menyumbang pertumbuhan konsumsi, yang berpotensi tergerus oleh rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%, penerapan cukai minuman berpemanis dalam berkemasan (MBDK), dan kenaikan cukai hasil tembakau.

Investasi tetap atau Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) diperkirakan akan tetap stabil, didukung oleh investasi terkait hilirisasi tambang yang diperkirakan akan berlanjut tahun depan. "Proyeksi investasi ini diharapkan dapat menahan perlambatan yang mungkin terjadi pada belanja modal pemerintah dan swasta di sektor yang terpengaruh oleh dinamika ekonomi global," jelas Yusuf.

Dia menilai, belanja pemerintah diperkirakan hanya akan memberikan efek marginal pada pertumbuhan tahun ini. Penerimaan negara berpotensi melambat seiring dampak perlambatan ekspor dan konsumsi domestik yang cenderung melambat secara marginal.

Baca juga : Butuh 0,25% untuk Capai Target Pertumbuhan 5,3% di 2023

Di sisi lain, pemerintah diperkirakan akan cenderung mengurangi realisasi defisit untuk memperlambat pertumbuhan utang, terutama karena beban belanja pembayaran bunga utang tahun depan dianggarkan tumbuh paling tinggi sekaligus menjadi porsi terbesar belanja pemerintah pusat dalam dua tahun terakhir. (Z-8)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat