visitaaponce.com

Masih Tinggi, Pengamat Prediksi Harga Beras akan Baru Turun pada April

Masih Tinggi, Pengamat Prediksi Harga Beras akan Baru Turun pada April
Warga membeli Beras Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ukuran 5 kilogram.(Dok. MI/Ramdani)

BEBERAPA waktu lalu, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa harga beras di beberapa pasar seperti di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) berangsur turun. Namun, faktanya seperti di Pasar Johar Baru Jakarta harga beras masih tinggi.

Merespon hal tersebut, Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti memprediksi bahwa harga beras akan turun apabila pasokan beras bisa memenuhi permintaan pasar.

"Betul, di daerah masih tinggi. Prediksi saya harga beras turun pada saat supply beras di pasar cukup atau bisa memenuhi permintaan pasar," kata Esther saat dihubungi pada Kamis (29/2).

Baca juga : Indef: Pemerintah Gagal Menjaga Stabilitas Harga Pangan

Lebih lanjut, Esther menjelaskan bahwa berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan) yang berasal dari Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, didapati bahwa produksi beras pada Januari 2024 adalah sebanyak 0,91 juta ton sedangkan kebutuhan beras berada di angka 2,63 juta ton. Untuk Februari produksi beras berada di angka 1,39 juta ton sedangkan kebutuhan beras berada di angka 2,46 juta ton.

Sedangkan untuk Maret, lanjut Esther, berdasarkan KSA BPS yang mana memasuki musim panen raya, produksi beras berada di angka 3,51 juta ton sedangkan angka kebutuhan beras hanya 2,64 juta ton.

Sementara untuk April, produksi beras semakin tinggi yaitu di angka 4,8 juta ton dan kebutuhan beras hanya di angka 2,67 juta ton. Di momen inilah dirinya memprediksi bahwa harga beras akan mengalami penurunan.

Baca juga : Harga Beras di Sulawesi Tenggara Terus Melonjak

"Itu terjadi sekitar April Mungkin setelah lebaran. Kalo bisa turun segera lebih baik," ujar Esther.

Di sisi lain, Peneliti Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Eliza Mardian menyebut bahwa Indonesia memiliki tantangan geografis sehingga berpengaruh kepada biaya logistik dan pendistribusian logistik.

"Ini yang menyebabkan disparitas harga komoditas antar daerah, termasuk beras. Kelancaran distribusi menjadi kunci dalam mengendalikan harga," ungkapnya.

Baca juga : BLT dan Bantuan Pangan Diharapkan Bisa Tekan Inflasi

Terkait harga beras di daerah yang belum juga turun, Eliza menuturkan bahwa hal tersebut disebabkan karena ketersediaan beras di daerah yang berbeda-beda.

"Harga ini terbentuk dari penawaran dan permintaan. Untuk Pasar Induk Cipinang kemungkinan besar (harga) turun karena impor sudah banyak berdatangan," pungkasnya.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat