visitaaponce.com

Wregas Mengaku Brasil dan Mesir Minta Budi Pekerti Diputar di Sana

Wregas Mengaku Brasil dan Mesir Minta Budi Pekerti Diputar di Sana
Poster film Budi Pekerti(Instagram @filmbudipekerti)

SUTRADARA film Budi Pekerti Wregas Bhanuteja mengungkapkan sejumlah negara, antara lain Mesir dan Brasil, meminta agar film itu ditayangkan di festival film di kedua negara itu, usai Budi Pekerti berpartisipasi dalam program Discovery di Festival Film Internasional Toronto (TIFF) 2023.

"Setelah screening di Toronto kemarin, ada beberapa email yang masuk memberi penawaran agar film bisa ditayangkan di beberapa festival seperti di Mesir atau Brasil. Ada juga pihak-pihak yang menawarkan film ini untuk diputar di bioskop-bioskop negara mereka. Bahkan, sudah ada pihak yang sempat menanyakan tentang pemegang hak distribusi di Eropa. Kami tentu bersyukur sekali," kata Wregas saat ditemui usai sesi jumpa media perhelatan Jakarta Film Week 2023 di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (26/9).

Wregas menjelaskan, sejauh ini, film Budi Pekerti, yang menggunakan judul internasional Andragogy, baru dipastikan akan hadir dalam gelaran festival budaya SXSW Sydney di Australia, yang akan berlangsung pada 15-22 Oktober 2023.

Baca juga: Wregas Sebut Film Budi Pekerti dapat Respon Positif di TIFF

"Baru SSXW Sydney yang diumumkan. Sementara ini, masih ada lima festival lain yang sudah memberikan kabar positif, namun, saat ini saya belum bisa menyebutkan nama festival tersebut. Itu akan saya sampaikan pada pertengahan Oktober nanti. Kalau untuk nonfestival, masih dalam tahap pendekatan," ungkap Wregas.

 

Sutradara yang meraih Piala Citra lewat debut film panjang Penyalin Cahaya pada 2021 itu juga mengatakan bahwa dia dan tim film Budi Pekerti  beroleh wawasan yang lebih luas usai berpartisipasi di TIFF 2023 pada awal September lalu. 

Salah satu ilmu yang dia dapatkan adalah mengenai genre dunia film yang mengalami perkembangan pesat.

Baca juga: JFW 2023 Dibuka dengan Film Budi Pekerti dan Ditutup Tiger Stripes

Selama ini, Wregas melanjutkan, dunia perfilman mengenal genre seperti western, sci-fi, horor, dan sebagainya. Tetapi, masyarakat film internasional seperti Hollywood, Eropa, dan Asia, saat ini sudah mulai menggunakan genre untuk menceritakan sesuatu hal yang filosofis dan penting.

"Saya merasa di Indonesia, genre film masih berdiri sendiri sebagai film komersial dan film estetika atau art yang filosofis, tidak menyatu. Padahal di luar sana, pembuat film sudah menggabungkan dua hal itu. Misalnya, kalau kita lihat film Parasite, kan, genre thriller komedi, namun, ada layer yang ngomongin soal perbedaan kelas, status, dan semua itu terangkum menjadi satu," jelas Wregas.

Wregas menambahkan dia menemukan banyak film yang menerapkan konsep penyatuan semacam itu di ajang TIFF 2023.

"Jadi, saya rasa sudah nggak saatnya lagi kita membedakan antara film komersial dengan film art. Semuanya bisa nge-blend (bercampur) saja, selama kita tekun dalam menulis dan kreatif dalam membuatnya," pungkas Wregas.

Film Budi Pekerti, produksi Rekata Studio dan Kaninga Pictures, akan membuka Jakarta Film Week yang digelar pada 25-29 Oktober 2023. 

Film tersebut bercerita lewat drama intens yang dialami perempuan paruh baya, seorang ibu, seorang pengajar yang mengalami tekanan masyarakat dan menghadirkan sejumlah nama di antaranya Sha Ine Febriyanti, Angga Yunanda, Dwi Sasono, dan Prily Latuconsina. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat