visitaaponce.com

ASI Eksklusif Tantangan dan Dukungan Bagi Ibu

ASI Eksklusif: Tantangan dan Dukungan Bagi Ibu
Seorang Ibu menyusui anaknya memanfaatkan ruang untuk menyusui yang disediakan di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA)(MI/RAMDANI)

MASIH dalam gaung Pekan Menyusui Sedunia di bulan Agustus ini, berbagai hal seputar ASI (air susu ibu) kembali menjadi topik diskusi yang hangat. Pentingnya pemberian ASI, khususnya secara eksklusif, juga ditekankan pemerintah dan makin banyak dikampanyekan oleh berbagai pihak. 

Terlepas dari hal tersebut, sejumlah tantangan yang dialami oleh para ibu sering kali nampak terlupakan dan kurang mendapat dukungan dalam penanggulangannya. 

Apa itu ASI Eksklusif?
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, ASI eksklusif adalah pemberian ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Komposisi nutrisinya yang lengkap, membuat ASI menjadi satu-satunya sumber makanan dan minuman bagi bayi hingga mencapai usia 6 bulan. 

Meskipun demikian, pemberian ASI dianjurkan untuk terus dilakukan hingga anak berusia 2 tahun, dengan didampingi pemberian makanan tambahan atau yang dikenal sebagai MPASI (makanan pendamping ASI). Hal ini dalam rangka memberikan nutrisi lain dalam bentuk makanan padat yang aman sejak bayi berusia di atas 6 bulan.

Baca Juga: Pemberian ASI Eksklusif Jadi Tanggung Jawab Bersama

Tantangan pemberian ASI
Di sisi lain, terlepas dari keinginan untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi, tidak sedikit ibu yang mengalami tantangan untuk mampu melakukannya. Widodo Suhartoyo, Senior Technical and Liaison Advisor Childhood Education and Development (ECED) Tanoto Foundation menyampaikan bahwa penyebabnya bisa banyak faktor. ''Misalnya karena ibu bekerja dan tidak adanya ruang laktasi di tempat kerja, kurangnya pengetahuan tentang menyusui; adanya persepsi bahwa susu formula sama atau bahkan lebih baik dari ASI;  kurangnya dukungan dari suami, keluarga dan lingkungan, terutama saat produksi ASI ibu setelah melahirkan masih terbatas; kurangnya dukungan dari tenaga kesehatan yang mendampingi ibu selama kelahiran;  masalah laktasi, dan lain sebagainya.”

Berbagai tantangan tersebut nyata dialami oleh para ibu, dan dalam beberapa hal justru bersumber dari pihak di luar diri ibu yang bersangkutan. Oleh karena itu, kesadaran, dukungan dan peran serta berbagai pihak juga diperlukan untuk memampukan ibu memberikan ASI di mana saja dan kapan saja. 

Dalam lingkup terdekat, peran suami dan keluarga sangat besar artinya. Meringankan pekerjaan rumah tangga, menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu, memberi semangat saat ibu merasa cemas akan menumbuhkan memotivasi ibu untuk mampu memberikan ASI secara eksklusif. 

Bantuan yang tersedia
Ada pula sejumlah bantuan yang dapat diakses oleh ibu yang mengalami tantangan dalam memberikan ASI, khususnya bila berkaitan dengan pengetahuan seputar menyusui dan masalah laktasi. Bidan dan tenaga kesehatan terdekat dengan lokasi tempat tinggal dapat dihubungi sebagai sumber informasi dan bantuan segera bagi ibu. Selain itu, sebagian rumah sakit memiliki konsultan laktasi sebagai bagian dari staf medis untuk membantu ibu menyusui. Konsultan laktasi juga dapat ditemukan di klinik bersalin, tempat praktik dokter, atau praktik mandiri. Konsultan laktasi pun dapat memberikan kelas menyusui kepada ibu hamil

Keberhasilan ibu memberikan ASI merupakan upaya bersama, membutuhkan pengetahuan dan informasi yang benar, serta dukungan yang besar dari berbagai pihak untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan ibu dapat menyusui secara optimal. (RO/OL-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat