visitaaponce.com

Pemberian ASI Eksklusif Jadi Tanggung Jawab Bersama

Pemberian ASI Eksklusif Jadi Tanggung Jawab Bersama
(MI/Adam Dwi)

INISIASI Menyusui Dini (IMD) dan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan bukan hanya tanggung jawab seorang ibu. Faktanya, mulai dari suami, orangtua, keluarga hingga pemerintah bertanggung jawab mendukung keberhasilan menyusui secara eksklusif.

Berdasarkan beberapa penelitian, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan bisa membantu anak-anak bertahan hidup dan membangun antibodi yang mereka butuhkan agar terlindung dari berbagai penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-kanak, seperti diare dan pneumonia.

Bukti-bukti juga menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan ASI saja selama 6 bulan memperlihatkan hasil yang lebih baik pada tes inteligensia, kemungkinan mengalami obesitas dan kelebihan berat badan lebih kecil, serta kerentanan mengalami diabetes semasa dewasa kelak lebih rendah.

Pada perayaan Pekan Menyusui Dunia yang jatuh pada 1-7  Agustus, United Nations Children's Fund (Unicef) dan World Health Organization (WHO) menyerukan pada pemerintah dan semua pemangku kepentingan untuk mempromosikan akses kepada layanan yang memungkinkan para ibu untuk tetap menyusui selama pandemi covid-19. Sebab, peningkatan angka ibu menyusui secara global berpotensi menyelamatkan nyawa lebih dari 820 ribu anak usia balita dan dapat mencegah penambahan 20 ribu kasus kanker payudara pada perempuan setiap tahunnya.

Pekan ASI Internasional atau World Breastfeeding Week (WBW) bermula dari forum World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) yang digelar di markas PBB di New York, Amerika Serikat, pada 1991. Agenda ini diperingati secara serentak di berbagai belahan bumi. 

Misi peringatan Pekan ASI Sedunia ialah memperjuangkan pemenuhan hak anak atau bayi akan kebutuhan ASI saja di 6 bulan pertama dan melanjutkan hingga berusia 24 bulan Tujuan globalnya, demi mengoptimalkan kesehatan gizi dan kesehatan ibu beserta anak. 

Berdasarkan data WHO yang diperoleh saat ini di Indonesia hanya 1 dari 2 bayi berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif, dan sedikit lebih dari 5% anak yang masih mendapatkan ASI hingga usia 23 bulan.

Artinya, hampir setengah dari seluruh anak Indonesia tidak menerima gizi yang mereka butuhkan selama dua tahun pertama kehidupan. Lebih dari 4% bayi diperkenalkan terlalu dini kepada makanan pendamping ASI, yaitu sebelum mereka mencapai usia 6 bulan, dan makanan yang diberikan sering kali tidak memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Apalagi, di tengah pandemi covid-19 akses kepada layanan esensial seperti konseling menyusui di rumah sakit, klinik kesehatan, dan melalui kunjungan ke rumah, serta pada Rumah Sakit Sayang Bayi telah terganggu. Informasi tidak tepat yang beredar tentang keamanan menyusui telah menurunkan angka ibu menyusui karena para ibu takut menularkan penyakit kepada bayi mereka.

Padahal, berdasarkan penelitian, ASI memiliki segudang manfaat baik untuk bayi maupun untuk ibu. ASI sendiri merupakan sumber asupan terlengkap bagi bayi baru lahir.

Dalam fase eksklusif harus diperhatikan dengan benar mengenai pemberian dan kualitas ASI, supaya tak mengganggu tahap perkembangan si kecil selama 6 bulan pertama semenjak hari pertama lahir (HPL). Dalam menyusui bayi, ibu sebenarnya bukan hanya berjuang sendiri. Dibutuhkan peran serta dari seluruh anggota keluarga yang lain, terutama suami. 

Ketika suami punya pengetahuan mengenai manfaat ASI untuk bayi, biasanya dia akan lebih mendukung ibu untuk menyusui. Peran para suami di sini di antaranya adalah menciptakan suasana positif serta memberikan dukungan dan semangat.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Unicef, di masa pandemi saat ini, ibu yang terkonfirmasi atau menjadi pasien suspek covid-19, Unicef dan WHO tetap mendorong kelanjutan menyusui tanpa memisahkan ibu dari bayinya. Tentunya sambil tetap memerhatikan langkah pengendalian penularan yang tepat. 

Saat ini, belum ada data yang cukup untuk menyimpulkan bahwa covid-19 ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak melalui menyusui. Di sisi lain, penghentian pemberian ASI dan pemisahan ibu dari bayinya bisa menimbulkan konsekuensi yang signifikan. Dengan demikian, manfaat pemberian ASI tampak melampaui potensi risiko penularan secara substansial.

Dengan memberikan dukungan pada ibu menyusui akan menciptakan lingkungan kondusif. Tentunya ini juga dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak di masa pandemi. Untuk mendukung praktik menyusui secara berkesinambungan dan optimal, Unicef dan WHO mengimbau pemerintah dan para pemangku kepentingan agar meningkatkan investasi yang dibutuhkan untuk melindungi dan mendukung pemberian ASI.

Cegah stunting
Pertumbuhan anak tidak hanya dilihat dari berat badan, tetapi juga tinggi badan. Pasalnya tinggi anak merupakan salah satu faktor yang menandai stunting dan menjadi penanda apakah nutrisi anak sudah tercukupi atau belum.

Mengutip dari Buletin Stunting yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, stunting adalah kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Mudahnya, stunting merupakan kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya.

Banyak yang tidak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah gizi kronis pada pertumbuhan tubuh si kecil. Terlebih lagi, jika kondisi ini dialami oleh anak yang masih di bawah usia 2 tahun dan harus segera ditangani dengan segera dan tepat.

Secara garis besar kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang dapat dikelompokkan ke dalam 3 bagian, yaitu kebutuhan fisis-biomedis (asuh), kebutuhan kasih sayang/emosi (asih), dan kebutuhan stimulasi/latihan/bermain (asah). Oleh karena itu, dalam membesarkan anak hendaknya dipakai falsafah asuh, asih, asah supaya anak mencapai tumbuh dan kembang optimal.

ASI merupakan cairan biologis kompleks yang mengandung semua nutrien yang diperlukan untuk pertumbuh fisik dan perkembangan seorang anak. Kandungan ASI secara otomatis telah disesuaikan dengan keperluan, laju pertumbuhan bayi, dan kebiasaannya menyusui.

Mengutip dari data yang dikeluarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bayi yang mendapat ASI umumnya tumbuh dengan cepat pada 2-3 bulan pertama kehidupannya, tetapi lebih lambat jika dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif.

Dalam pekan pertama kehidupan sering ditemukan penurunan berat badan sebesar 5% pada bayi yang mendapat susu formula dan 7% pada bayi yang mendapat ASI. Apabila terjadi masalah dalam pemberian ASI, penurunan berat badan sebesar 7% dapat terjadi pada 72 jam pertama kehidupan.

Pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal juga menjadi pesan yang secara konsisten didukung, dan bahkan menjadi bagian program dari Tanoto Foundation.

Dukungan Tanoto Foundation terkait pemberikan ASI eksklusif  dan IMD dilakukan tidak hanya dalam bentuk pembuatan modul dan pelatihan mengenai pencegahan stunting dan pola asuh yang menekankan berbagai hal penting terkait pemberian ASI eksklusif, tetapi juga dalam bentuk kerjasama dan mendukung kampanye IMD dan ASI ekslusif dengan komunitas-komunitas pendukung ASI Ekslusif (AIMI, Ayah ASI, dan lain-lain).

IMD sangat perlu dilakukan paling lambat dalam waktu satu jam setelah bayi dilahirkan, pemberian ASI eksklusif atau ASI saja selama 6 bulan, dan melanjutkan pemberian hingga 2 tahun ditambah MPASI (Makanan Pendamping ASI) dalam rangka memberikan nutrisi lain dalam bentuk makanan padat yang aman sejak bayi berusia daiatas 6 bulan. (Gan/S2-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat