visitaaponce.com

Cegah Stunting, Calon Ibu Perlu Dibekali Pemahaman Gizi yang Baik

Cegah Stunting, Calon Ibu Perlu Dibekali Pemahaman Gizi yang Baik
Kanwil Kemenag Garut menggelarbimbingan perkawinan pra-nikah kepada 110 pasangan calon termasuk soal pencegahan stunting.(Dok.Kominfo Garut)

MEMPERINGATI Hari Susu Sedunia 1 Juni 2022, ada baiknya kita berefleksi sejenak, mengenai permasalahan stunting di Indonesia. Bukan rahasia lagi, salah satu penyebab stunting yaitu kekurangan nutrisi, khususnya protein hewani.

“Penyebab stunting ada dua. Pertama karena malnutrisi berkelanjutan, dan kedua karena sakit kronis,” ungkap dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc. Sp.A, dalam keterangan pers, Selasa (31/5). 

Ia melanjutkan, protein hewani penting dalam mencegah stunting. Sayangnya, konsumsi protein hewani di Indonesia masih rendah.

“Berdasarkan Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2021, konsumsi protein hewani hanya 21,5 gr/kapita/hari,” ujar Dwi Listyawardani, penyuluh KB Ahli Utama BKKBN.

Hal ini berarti hanya sekitar 1/3 dari konsumsi protein keseluruhan yang mencapai 62,28 gram per kapita per hari.

Angka tersebut sesungguhnya melebihi standar kecukupan konsumsi protein nasional yaitu 57 gram per kapita per hari.

Namun bila dilihat per kuintil, kondisinya cukup timpang. Untuk kuintil ketiga hingga kelima, asupan protein sudah cukup.

Baca juga: Tangani Stunting, Cianjur akan Maksimalkan Potensi Buah Lokal

Namun pada kuintil kesatu, asupan protein harian masih sangat rendah, yaitu 45,37 gr/kapita. Adapun kuintil kedua, asupan protein masih kurang sedikit, yaitu 54,34 gr/kapita/hari.

Protein hewani tidak harus mahal. “Konsumsilah bahan pangan lokal seperti telur dan ikan. Apalagi, ini bisa diproduksi lokal. Misalnya dengan membuat kolam-kolam lele dan memelihara ayam petelur di desa setempat,” terang Dani, begitu ia disapa. 

Adapun susu, tentu saja merupakan salah satu sumber protein hewani yang penting. Susu dibutuhkan sepanjang usia.

Dalam pencegahan stunting, susu menjadi bagian penting dalam pencegahan stunting di hulu, yaitu dalam pemenuhan nutrisi remaja putri dan calon pengantin. 

Susu juga bisa dikonsumsi sebagai salah satu sumber protein hewani. Dari masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa, susu bisa menjadi bagian dari pemenuhan zat gizi.

“Susu sangat diperlukan oleh remaja (putri) dan ibu hamil. Kalau ibu mau sukses memberi ASI, harus minum susu,” imbuh Dani.

Protein Hewani untuk Tumbuh Kembang Anak

Rendahnya asupan protein hewani menjadi masalah besar bila terjadi pada masa kanak-kanak, khususnya 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan).

Baik protein hewani maupun nabati, sama-sama dibutuhkan oleh anak. Namun dalam hal tumbuh kembang, protein hewani lebih utama ketimbang protein nabati.

“Protein hewani mengandung asam amino esensial lengkap,” jelas Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH, Guru Besar Tetap FKM UI Bidang ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat.

Tubuh memerlukan sekitar 20 jenis asam amino. Dari jumlah tersebut, 9 di antaranya adalah asam amino esensial, yang hanya bisa didapatkan dari makanan.

Asam amino esensial inilah yang berperan penting dalam mendukung pertumbuhan anak, serta perkembangan sel-sel otaknya.

Protein nabati sebenarnya juga memiliki asam amino esensial, tapi tidak lengkap. Hanya protein hewani yang mengandung kesembilan asam amino lengkap. 

Bila anak terus menerus kekurangan asam amino, lambat laun pertumbuhannya terganggu, dan sel-sel otaknya kekurangan nutrisi sehingga perkembangannya pun terhambat.

Akhirnya, risiko stunting mengintai. Memang, penyebab stunting tidaklah tunggal.

Banyak sekali faktor yang berperan dalam munculnya stunting.

“Namun, kurangnya protein hewani merupakan salah satu penyebab stunting. Anak harus cukup mendapat protein hewani,” tegas Prof. Fika, begitu ia biasa disapa.

Stunting adalah kondisi kurang gizi kronis, bukan sekadar gangguan pertumbuhan.

Selain anak menjadi pendek, fungsi kognitif otaknya pun ikut terdampak, dan ini sulit dipulihkan lagi. 

Bayi baru lahir pun bisa stunting, bila sejak dalam kandungan tidak mendapat asupan gizi yang baik, lantaran ibu kurang gizi selama hamil.

Bila asupan gizi ibu selama hamil baik, tentu bayi akan terhindar dari stunting. Apalagi jika bayi mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan. 

Selepas masa ASI eksklusif 6 bulan, bayi perlu mendapat MPASI. “Nah, di tahap ini bisanya terjadi masa kritis, atau risiko kekurangan gizi,” ucap dr. Denta.

Sebabnya, kebutuhan nutrisi di usia 6 bulan selepas ASI ekslusif meningkat pesat. Ada celah yang lebar antara kebutuhan nutrisi dan kalori, yang tidak bisa dipenuhi dengan ASI saja.

“Kalau celah ini tidak terpenuhi, maka tentu akan terjadi gangguan pertumbuhan, gangguan status gizi, dan bila dibiarkan saja tanpa intervensi, terjadilah stunting,” imbuhnya.

Ia melanjutkan, MPASI adalah waktu yang tepat untuk memperkenalkan protein, baik hewani maupun nabati.

Tentunya, prinsip pemberian MPASI adalah makanan dengan gizi lengkap dan seimbang. Artinya, juga harus mengandung juga karbohidrat, lemak dan vitamin serta mineral. Yang pasti, “MPASI tidak bisa menu tunggal, misalnya hanya sayur atau buah saja.”

Edukasi untuk calon ibu 

Usaha pencegahan stunting harus dimulai dari hulu, jauh sejak sebelum masa konsepsi. Yaitu sejak masa calon pengantin, bahkan remaja. 

“Bila calon pengantin menikah dalam kondisi anemia dan kurang gizi lalu hamil, ini akan menjadi awal dari masalah kurang gizi pada bayi dan baduta kita,” tandas Dani.

Ia menjelaskan, 40% calon pengantin perempuan mengalami anemia. Ini sejalan dengan data Riskresdas 2018 yang menyatakan, angka anemia pada wanita usia subur (WUS) mencapai 48,9%.

Gawatnya lagi, 35% calon pengantin perempuan mengalami kurang energi kronis (KEK) alias sangat kurus.

Sementara itu, intervensi untuk mengatasi KEK membutuhkan waktu lebih lama.

“Kalau anemia, bisa membaik dalam beberapa bulan setelah diberi tablet penambah darah. Sedangkan untuk membuat tubuh lebih berisi, akan lebih lama,” imbuhnya.

Ia menyayangkan, banyak remaja putri yang mengikuti tren gaya hidup yang kurang sehat.

Misalnya diet sembarangan karena ingin bertubuh kurus seperti bintang film. BKKBN memiliki program Generasi Berencana, yang sasarannya adalah kalangan remaja.

“Kami mulai membangun opini bahwa tubuh terlalu kurus tidaklah sehat, dan menyampaikan opini seperti apa remaja yang sehat,” tutur Dani.

Kriteria sehat dan cukup gizi antara lain: indeks massa tubuh (IMT) >18,5 – 24,9; lingkar lengan atas >23,5 cm, dan Hb 12 – 13 g/dL. 

Dani melanjutkan, calon pengantin diharapkan untuk mendaftarkan pernikahan tiga bulan sebelumnya.

Sebabnya, calon pengantin perlu diukur IMT dan lingkar lengan atas, serta diperiksa kadar Hb-nya.

“Dengan demikian seandainya kurang masih ada waktu untuk perbaikan,” ujar Dani.

Bagaimana bila calon pengantin perempuan ternyata mengalami anemia dan KEK?

“Kita sarankan untuk menunda dulu kehamilan pertama. Tentunya dengan edukasi, sehingga ia paham bahwa kondisinya belum siap untuk hamil. Karena bila ibu hamil dalam kondisi tidak prima, tumbuh kembang janin tidak optimal, dan anak yang dilahirkan berisiko stunting,” papar Dani.

Belum lagi setelah bayi lahir. Ibu yang kekurangan gizi dan anemia, akan sulit memberikan ASI eksklusif, padahal ASI eksklusif adalah salah satu upaya utama pencegahan stunting setelah bayi lahir. 

Cukup menyesakkan, ada sekitar 30-40% bayi yang tidak bisa mendapat ASI. Ini adalah persoalan utama sehingga banyak anak stunting. Masalahnya tak berhenti di sana; MPASI pun banyak yang bermasalah.

“Anak yang mendapat ASI, setelah 6 bulan tidak mendapat MPASI yang baik. Akhirnya yang tadinya normal, bisa menjadi stunting,” ungkap Dani. (RO/OL-09)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat