Tanoto Foundation dan UNICEF Lanjutkan Kerja Sama Turunkan Stunting di Indonesia
![Tanoto Foundation dan UNICEF Lanjutkan Kerja Sama Turunkan Stunting di Indonesia](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/11/4ac7da346c45fc17ca28330314596da6.jpg)
TANOTO Foundation, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, berkomitmen membantu pemerintah dalam upaya menurunkan angka stunting di Indonesia.
Komitmen itu ditunjukkan melalui kerja sama dengan UNICEF Indonesia untuk melaksanakan program empat tahun bertema “Unlocking Future Potential with Nutrition: Towards Zero Stunting in Indonesia”.
Kerja sama yang telah terjalin sejak 2021 ini terbagi menjadi dua fase, dan diarahkan untuk mendukung target nasional penurunan prevalensi stunting pada anak dengan berfokus pada promosi perubahan perilaku terkait pemenuhan gizi yang positif.
Pada fase I di tahun 2021, kerja sama ini menghasilkan pedoman operasional untuk Pemerintah Provinsi dalam mendampingi, memantau, dan mengevaluasi Pemerintah Kabupaten/Kota menjalankan program Komunikasi Perubahan Perilaku Sosial (KPP) atau Social Behavior Change Communication (SBCC).
Baca juga: Tanoto Foundation Bantu Penguatan dan Peningkatan Kualitas Guru Baru
Menyusul hasil dari fase I, Tanoto Foundationdan UNICEF melanjutkan kerja sama ke fase II yaitu pendampingan KPP kepada Provinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan, yang kemudian diimplementasikan pada Kabupaten/Kota di kedua Provinsi tersebut.
Program ini direncanakan dilakukan pada tahun 2022 hingga 2025. Total komitmen Tanoto Foundationpadafase I dan II ini adalah sebesar 33,5 miliar rupiah.
Dr. J. SatrijoTanudjojo, CEO Global Tanoto Foundation optimis bahwa kerja sama antara Tanoto Foundation dengan UNICEF Indonesia dapat memberikan dampak yang signifikan untuk menekan prevalensi stunting di Indonesia.
“Kolaborasi ini merupakan salah satu bentuk komitmen Tanoto Foundation untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam upaya percepatan penurunan stunting. Dibutuhkan partisipasi lebih banyak pihak dan kerja keras bersama untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting ke angka 14 persen di tahun 2024,” ujar Satrijo.
Sasaran dari program di fase kedua ini adalah lebih dari 10.000 petugas kesehatan untuk diberikan pelatihan mengenai intervensi KPP untuk pencegahan stunting dan 4,5 juta orang termasuk pengasuh anak dan ibu hamil dan menyusui untuk menerima kampanye KPP itu sendiri, yang semuanya berada di Provinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan.
“Kami meyakini bahwa perubahan perilaku adalah kunci dalam upaya pencegahan stunting. Penyampaian informasi atau pesan yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi, serta pemilihan media dan metode yang tepat sesuai sasaran, diharapkan dapat mempercepat penanganan dan penurunan stunting,” tandas Satrijo.
Dengan semangat yang sama, Maniza Zaman, Perwakilan UNICEF Indonesia menyatakan pentingnya optimalisasi KPP sebagai bagian dari lima pilar strategis dalam Strategi Nasional Stunting
“1.000 hari pertama kehidupan adalah periode penting untuk membuka potensi penuh seorang anak," kata Maniza.
"Kemitraan antara UNICEF dan Tanoto Foundation bertujuan mendorong dan mendukung ibu hamil, pengasuh anak, dan keluarga dalam memahami dan mengadopsi perilaku kunci untuk mencegah stunting, serta mengoptimalkan tumbuh kembang anak selama periode emas tersebut,” jelasnya.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang stabil dalam 10 tahun terakhir.
Namun, Indonesia masih terus bergelut dengan salah satu beban permasalahan gizi yang amat serius, yaitu stunting.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, 24,4 persen atau lebih dari tujuh juta anak balita mengalami stunting, dan lebih dari dua juta balita tergolong sangat kurus(wasted).
Dampaknya, bila semakin banyak anak mengalamistuntingmakaakan membatasi kemajuan bangsa menuju Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), dan merupakan ancaman signifikan bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional.
Stunting sendiri adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita yang bersifat permanen jika tidak ditangani sedini mungkin.
Stunting diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan tidak mendapatkan stimulasi psikososial yang cukup terutama terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kehidupan). (RO/OL-09)
Terkini Lainnya
Perluas Pasar, Manufaktur Furnitur Metal Jalin Kerja Sama OEM 20 Brand Ternama
Kerja Sama Ketenagakerjaan antara Indonesia dan Albania Dimulai
Menaker Ida Fauziah dan Dubes Swis Membahas soal Peluang Kerja Sama Ketenagakerjaan
Bahas Ketenagakerjaan dan Kerja Sama, Sekjen Kemnaker Terima Kunjungan Deputi Dirjen ILO:
Kerja Sama Rusia-Korea Utara Berdasarkan Prinsip Kesetaraan dan Persahabatan Jangka Panjang
Putin dan Kim Jong Un Sepakat Ciptakan Dunia Multikutub Baru
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Seruan Perlindungan Anak Terabaikan
4 Juni, Hari Anak Korban Perang Internasional
UNICEF: 13.000 Anak Tewas di Gaza, Lainnya Alami Gizi Buruk
Fakta ASI Eksklusif, Satu-Satunya Sumber Nutrisi Selama 6 Bulan Pertama Kehidupan
16 Hari Ditarget Bom Israel, Anak-Anak Gaza Alami Trauma Parah
Dalam Sepekan Afghanistan Diguncang Tiga Gempa Besar
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap