visitaaponce.com

Pengamat Kualifikasi Sarjana dan Lulusan SMK Tidak Sesuai dengan Kebutuhan Industri

Pengamat: Kualifikasi Sarjana dan Lulusan SMK Tidak Sesuai dengan Kebutuhan Industri
Job Expo(Dok. Antara/Asprilla)

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Nadia Fairuza Azzahra, mengatakan saat ini terdapat ketidaksesuaian antara kualifikasi lulusan perguruan tinggi dan pendidikan vokasi dengan kualifikasi yang diharapkan oleh industri.

Menurutnya, berdasarkan studi dari Rainie & Anderson, soft skills adalah kemampuan yang paling dibutuhkan di dunia kerja. Soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja seperti communication skills, problem solving, collaboration, digital literacy, leadership, dan kemampuan bahasa asing, kerap kali tidak dikembangkan di tingkat perguruan tinggi maupun pendidikan vokasi.

"Kurikulum pendidikan baik itu SMA/SMK dan perguruan tinggi sangat kesulitan untuk menyesuaikan dengan dinamika industri yang tumbuh dengan cepat, terutama dari sisi adopsi teknologi. Oleh karena itu, kecenderungan adanya mismatch ini akan selalu ada apabila tidak ada bridging yang baik antara dunia pendidikan dan industri," ungkapnya kepada Media Indonesia, Senin (6/3).

Lebih lanjut, Nadia menjelaskan bagi yang mengenyam pendidikan tinggi, gelar sarjana tentu saja menjadi nilai tersendiri mengingat banyaknya pekerjaan yang memberi syarat pendidikan minimal sarjana dan sederajat.

"Namun, kembali lagi jika seseorang tidak memiliki skill yang disyaratkan di dunia kerja, tetap akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai," kata Nadia.

Hal yang sama juga terjadi di jenjang vokasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jenjang vokasi merupakan penyumbang terbesar tingkat pengangguran terbuka di Indonesia berdasarkan tingkat pendidikan, mencapai 9,42% di tahun 2022.

Hal itu disebabkan adanya ketidaksesuaian antara kurikulum SMK dan tuntutan di dunia kerja, serta rendahnya soft skills lulusan SMK.

"Selain itu, rendahnya kemampuan bahasa asing serta kurikulum SMK yang lebih banyak teori daripada praktik juga menyebabkan mereka kesulitan terserap di dunia kerja," tuturnya.

Guna mengatasi ketidaksesuaian ini, Nadia meminta pemerintah untuk meningkatkan jembatan antara kurikulum pendidikan dan dunia kerja.

"Misalnya dengan optimalisasi program link and match antara SMK dan industri, meningkatkan upaya kolaborasi dan knowledge transfer antara akademisi dan industri, peningkatan pengembangan transferable dan fundamental skills, literasi, numerasi, komunikasi, leadership, dan lainnya sejak jenjang sekolah juga agar lulusan perguruan tinggi dan SMK dapat bersaing di dunia kerja," tutur Nadia.

 

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat