Ini Sebab Anak dan Remaja Lakukan Kekerasan dan Aksi Brutal
![Ini Sebab Anak dan Remaja Lakukan Kekerasan dan Aksi Brutal](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/03/66448811df907ca2acc1cbf592be207d.jpg)
PENGAMAT Sosial Devie Rahmawati mengatakan bahwa fenomena maraknya aksi brutal yang dilakukan oleh remaja dan anak dapat disebabkan oleh pengaruh konsumsi media, lingkungan sosial, dan dorongan teman.
"Karena berbagai kajian itu perkembangan kognisi otak baru sempurna di usia 20 tahun. Jadi sebelum itu mereka belum bisa mengelola emosi dan sebagainya. Ketika anak belum sempurna otaknya mereka akan mencari rujukan. Kalau biasanya rujukannya kekerasan, mereka tidak akan melihat ini sebagai hal yang luar biasa, tapi biasa-biasa saja," ungkapnya kepada Media Indonesia, Minggu (12/3).
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa saat ini, konsumsi media menjadi hal yang paling memengaruhi emosi anak dan remaja.
Baca juga: Berikan Anak Pendidikan Antikekerasan sejak Usia Balita
Berbeda dengan zaman dahulu, Devie menegaskan konsumsi media saat ini tidak mengalami filter. Tayangan media, gim, dan lainnya dinilai telah memengaruhi sikap anak terhadap kehidupannya.
"Mereka akan melihat kehidupan ini seperti digital. Ketika ada masalah, kita bisa turn off misalnya gim dan tayangan tersebut. Tapi mereka kan tidak tahu kalau kehidupan tidak bisa seperti itu. Ini yang dialami anak-anak kita," kata Devie.
Baca juga: Peran Perempuan Penting Bentuk Karakter Anak Toleran dan Antikekerasan
Menurutnya kondisi ini telah membuat keprihatinan terhadap anak dan remaja generasi sekarang. Terlebih, fenomena kekerasan pada anak berujung pada menyalahkan anak bukan orang tua.
"Padahal pembelajarannya yang perlu kita pelajari, berhenti menyalahkan anak. Ini biasanya bilang kasihan orang tuanya. Padahal yang kasihan kan anak karena perkembangan mereka yang belum sempurna telah dipengaruhi oleh konsumsi media yang diberikan oleh orang tua mereka," tegasnya.
Selain itu, menurutnya fenomena kekerasan ini juga bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga dunia. Bahkan di Amerika Serikat (AS) dikatakan lebih dari US$100 miliar per tahun kerugian dialami masyarakat akibat dari anak dan remaja yang mengalami cacat, kematian, dan terhenti produktivitasnya karena tidak bisa sekolah.
"Di AS lebih dari 1.000 anak muda harus masuk perawatan kesehatan karena serangan fisik dan lainnya, belum lagi pembunuhan jadi salah satu penyebab kematian utama anak muda di AS termasuk ras tertentu. Jadi ini bukan hal yang mengejutkan," tandas Devie. (Des/Z-7)
Terkini Lainnya
Pemprov Beberkan Alasan Penerima KJMU Dicabut, Disdik : Judi Online Salah Satunya
Polisi Sasar Pelajar SMA Berantas Judi Online di Bogor
Seorang Pedagang Tewas Korban Salah Sasaran Tawuran
Saksi Kasus Bocah Tewas Diduga Dianiaya Polisi Datangi LPSK
Kasus Tawuran, Polda Sumbar Yakin Afif Maulana Tewas bukan akibat Disiksa
Kementerian PPPA Dorong Penegak Hukum dan Usut Tuntus Kasus Kematian Anak yang Diduga Disiksa Polisi
10 Anak Di Bawah Umur Jadi Tersangka Tawuran Maut di Bogor
Tawuran Tewaskan Satu Orang, Lima Pelajar Ditangkap
Satu Pelajar Tewas Tawuran di Bogor, Tujuh Orang Ditangkap
Diduga akan Tawuran, 170 Pelajar Dipaksa Apel di Halaman Balai Kota
Polisi Amankan 31 Pelajar Yang Lakukan SOTR di Pancoran Jakarta Selatan
Pencabutan KJP Siswa Terlibat Tawuran Dinilai Melanggar Konvensi Hak Anak
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap