visitaaponce.com

Ini Sebab Anak dan Remaja Lakukan Kekerasan dan Aksi Brutal

Ini Sebab Anak dan Remaja Lakukan Kekerasan dan Aksi Brutal
Ilustrasi(DOK MI.)

PENGAMAT Sosial Devie Rahmawati mengatakan bahwa fenomena maraknya aksi brutal yang dilakukan oleh remaja dan anak dapat disebabkan oleh pengaruh konsumsi media, lingkungan sosial, dan dorongan teman.

"Karena berbagai kajian itu perkembangan kognisi otak baru sempurna di usia 20 tahun. Jadi sebelum itu mereka belum bisa mengelola emosi dan sebagainya. Ketika anak belum sempurna otaknya mereka akan mencari rujukan. Kalau biasanya rujukannya kekerasan, mereka tidak akan melihat ini sebagai hal yang luar biasa, tapi biasa-biasa saja," ungkapnya kepada Media Indonesia, Minggu (12/3).

Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa saat ini, konsumsi media menjadi hal yang paling memengaruhi emosi anak dan remaja.

Baca juga: Berikan Anak Pendidikan Antikekerasan sejak Usia Balita

Berbeda dengan zaman dahulu, Devie menegaskan konsumsi media saat ini tidak mengalami filter. Tayangan media, gim, dan lainnya dinilai telah memengaruhi sikap anak terhadap kehidupannya.

"Mereka akan melihat kehidupan ini seperti digital. Ketika ada masalah, kita bisa turn off misalnya gim dan tayangan tersebut. Tapi mereka kan tidak tahu kalau kehidupan tidak bisa seperti itu. Ini yang dialami anak-anak kita," kata Devie.

Baca juga: Peran Perempuan Penting Bentuk Karakter Anak Toleran dan Antikekerasan

Menurutnya kondisi ini telah membuat keprihatinan terhadap anak dan remaja generasi sekarang. Terlebih, fenomena kekerasan pada anak berujung pada menyalahkan anak bukan orang tua.

"Padahal pembelajarannya yang perlu kita pelajari, berhenti menyalahkan anak. Ini biasanya bilang kasihan orang tuanya. Padahal yang kasihan kan anak karena perkembangan mereka yang belum sempurna telah dipengaruhi oleh konsumsi media yang diberikan oleh orang tua mereka," tegasnya.

Selain itu, menurutnya fenomena kekerasan ini juga bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga dunia. Bahkan di Amerika Serikat (AS) dikatakan lebih dari US$100 miliar per tahun kerugian dialami masyarakat akibat dari anak dan remaja yang mengalami cacat, kematian, dan terhenti produktivitasnya karena tidak bisa sekolah.

"Di AS lebih dari 1.000 anak muda harus masuk perawatan kesehatan karena serangan fisik dan lainnya, belum lagi pembunuhan jadi salah satu penyebab kematian utama anak muda di AS termasuk ras tertentu. Jadi ini bukan hal yang mengejutkan," tandas Devie. (Des/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat