visitaaponce.com

Pembangunan Karakter Anak Seharusnya Tidak Terhalangi Digitalisasi Pendidikan

Pembangunan Karakter Anak Seharusnya Tidak Terhalangi Digitalisasi Pendidikan
Digitaliasi bukan penghalang pembentukan karakter anak.(MI/Mesakh)

DIGITALISASI pendidikan, membuat interaksi antara guru dan siswa tidak lagi harus dilakukan secara langsung atau face-to-face. Kini, semakin banyak platform digital yang memungkinkan interaksi terjadi melalui gawai. 

Minimnya hubungan langsung antara pendidik dan anak didik, membuat pendidikan karakter, tidak dapat diajarkan. Hal ini diungkapkan para guru sekolah DKI Jakarta, dalam acara Acer EduTech 2023 di Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Senin (15/05).

Menanggapi hal ini, Presiden Majelis Internasional untuk Pendidikan Terbuka dan Berjarak Prof Tian Belawati mengungkapkan seharusnya pendidikan karakter tidak dihambat oleh digitalisasi pendidikan. 

Baca juga: Profesi Guru Tidak akan Tergantikan Teknologi

“Jadi, pertanyaan tentang pendidikan karakter merupakan yang paling umum, dan menjadi pertanyaan kunci pada era pendidikan digital. Paling gampang disalahkan, adalah digital dan manusia digital itu,” ungkap Tian.

“Padahal sebenarnya, di zaman pradigital itu ada juga anak tidak sopan. Makanya, pendidikan karakter itu ada jauh sebelum era digital,” sambungnya. 

Baca juga: EduTech 2023, Dorong Penerapan Literasi Digital Pendidikan

Pembentukan karakter anak, kata Tian, seharusnya dilakukan pada golden age. Di mana orangtua paling banyak berperan. Pada masa sekolah, pasca-golden age, adalah masa penguatan karakter. 

“Jadi, bagaimana anak anak tidak kehilangan ruh dari proses pendidikan. Proses pembentukan karakter. Yang harus kita perkuat, itu proses pembentukan karakter di golden age, mulai dari usia 5 sampai usia SMP. Setelah itu, adalah proses penguatan karakter. Kita perkuat karakter baik mereka. Jadi, itu peran orangtua,” tutur Tian. 

Selain itu, Tian membantah isu mengenai ruangan kelas, sekolah dan kampus tidak akan lagi digunakan kedepannya. Pasalnya tempat tersebut dapat menjadi wadah meningkatkan hasil pembelajaran yang diperoleh secara digital. Peningkatan tersebut, dapat diperoleh melalui kegiatan high order of thinking. 

“Saya percaya, kelas itu tidak akan hilang. Kelas itu akan terus ada dan selalu dibutuhkan. Karena menjadi tempat bertemu untuk meningkatkan hasil pembelajaran sebelumnya berdasarkan pada high order of thinking melalui diskusi, debat, dan belajar bersama. Jadi, kelas itu tetap ada,” kata Tian. 

Tian percaya dengan literasi digital semua orang akan mendapatkan hak yang sama pada pendidikan. Sebab, semua orang bisa mengakses pendidikan dari internet dengan terbuka, terintegrasi, dan beragam. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat