visitaaponce.com

Kebiasaan Ngemil pada Anak Tingkatkan Risiko Diabetes

Kebiasaan Ngemil pada Anak Tingkatkan Risiko Diabetes
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat(Dok. Ist)

POLA konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula menjadikan prevalensi diabetes anak di Indonesia meningkat. Hal itu yang disoroti dalam forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (5/7).

"Pola hidup dengan konsumsi gula yang tinggi menjadi tidak terkontrol dan kita tidak boleh menutup mata, karena ini jadi kebiasaan anak," kata Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat.

Berdasarkan catatan Ikatan Dokter Indonesia, kasus diabetes melitus pada anak meningkat sebesar 70 kali lipat pada 2023 dibanding 2010. IDAI juga mencatat kejadian itu menyebar di berbagai kota, dan yang paling banyak di Jakarta dan Surabaya.

Baca juga: Status Covid-19 di Indonesia Jadi Endemi, Ini Tips dari IDI untuk Warga

Rerie menilai, banyaknya anak yang obesitas disebabkan karena mudahnya anak-anak mendapatkan makanan dan minuman tinggi gula, sehingga mereka tidak menggemari makanan bergizi tinggi.

"Pola makan anak yang tidak terkendali dan godaan-godaan iklan yang membuat anak tidak bisa lagi mengendalikan keinginan dan kurangnya literasi orang tua, khususnya dalam hal mengabulkan permintaan anak-anak. Itulah yang kita hadapi," beber dia.

Baca juga: Pemahaman Nilai Sejarah Penting bagi Generasi Penerus Bangsa

Hal senada diungkapkan oleh Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Piprim Basarah Yanuarso. Kebiasaan anak 'ngemil' makanan manis bahkan dinilai lebih berbahaya dibandingkan kurang olahraga. Karena, makanan manis dapat memicu diabetes hingga obesitas pada anak.

"Kita sering menyalahkan kurang olahraga. Padahal peran olahraga akan menurun saat anak obesitas. Dan obesitas akan sangat mudah terjadi karena pola snacking," kata dia.

"Saya kira ini wake up call untuk kita semua. Mau seperti apa negara ini ke depan kalau pasien diabetesnya terus bertambah di usia muda," imbuh dia.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Tim Kerja Diabetes Melitus Kementerian Kesehatan Esti Widiastuti mengungkapkan, di Asia Tenggara, Indonesia berada di urutan ke-6 tertinggi sebagai negara yang penduduk usia 20-79 tahunnya mengidap diabetes. Jumlah pasien diabetes di Indonesia diperkirakan ada sebanyak 90,2 juta atau 8,7% dari penduduk.

Berdasarkan data IDAI sendiri, pengidap diabetes melitus tipe 1 anak-anak pada 2017 sampai 2019 ada sebanyak 1.249 orang.

"Tapi estimasi prevalensi sebenarnya jauh lebih tinggi karena tidak terdiagnosis, salah diagnosis dan rendahnya kesadaran terhadap penyakit," tutur Esti.

Ia menyatakan, diabetes merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Akan tetapi dengan tata laksana dan pemantauan yang adekuat, anak dapat memiliki kualitas hidup yang baik.

Tujuan dari terapi pada diabetes melitus tipe 1 adalah mencapai kontrol metabolik yang optimal, mencegah komplikasi akut, mencegah komplikasi jangka panjang mikrovaskular dan makrovaskular serta membantu psikologis anak dan keluarga.

"Lima pilar tata laksana diabetes melitus tipe 1 pada anak adalah injeksi, insulin pemantauan gula darah, nutrisi, aktivitas fisik serta edukasi. Dalam menangani diabetes melitus tipe 1 dibutuhkan pendekatan holistik dari tim tenaga kesehatan terintegrasi yang terdiri atas dokter anak endokrinologi, ahli gizi, psikiater atau psikolog dan edukator diabetes melitus," pungkas dia. (Ata/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat