visitaaponce.com

Indonesia dan Malaysia Sama-Sama Rasakan Ketidaknyamanan Puncak Haji

Indonesia dan Malaysia Sama-Sama Rasakan Ketidaknyamanan Puncak Haji
Delegasi Malaysia dan Indonesia bertemu di Mekah membahas antara lain soal layanan puncak haji 2023.(MI/MCH 2023)

INDONESIA dan Malaysia berbagi pengalaman penyelenggaraan haji 1444 H/2023 yang puncaknya baru saja berlalu. Kedua pihak membuat catatan yang serupa di beberapa hal terkait layanan dalam prosesi puncak haji.

Hal itu terungkap dalam pertemuan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Hilman Latief dengan Direktur Eksekutif Tabung Haji Malaysia Dato' Sri Syed Saleh Syed Abdul Rahman Mufadhal, di Mekah, Jumat (7/7).

Hilman didampingi jajaran pimpinan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), sedangkan Syed Saleh didampingi delegasi yang berjumlah 20 orang.

Baca juga: Menag Minta Jemaah Lansia dan Risti Diprioritaskan Pulang di Gelombang Pertama

Syed Saleh mengatakan jemaah haji Malaysia juga mengalami keterlambatan transportasi dari Muzdalifah ke Mina seperti halnya jemaah Indonesia. 

Ada kekurangan di sana-sini dalam layanan syarikah atau perusahaan yang ditunjuk pemerintah Arab Saudi menyediakan transportasi, akomodasi, hingga katering saat prosesi ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina).

"Kita lihat di sini di antaranya dari segi ruang di dalam kemah terutama di Mina. Kedua, dari segi makan minum yang terlambat. Ketiga, kemudahan kemah, di antaranya pendingin lebih diperbaiki lagi. Itu yang harus diberi perhatian," ujar Syed Saleh.

Baca juga: Paspor Hilang, Jemaah Lansia Asal Aceh ini Sempat Tertunda Pulang

Menurut Syed Saleh, Indonesia dan Malaysia perlu satu suara dalam mendorong perbaikan oleh Masyariq, yakni syarikah yang melayani jemaah haji dari kawasan Asia Tenggara.

Pengalaman Malaysia, menurut Hilman, menggarisbawahi sejumlah catatan yang sama dengan Indonesia. Baik Indonesia maupun Malaysia memandang layanan Masyariq masih perlu ditingkatkan.

"Dari segi tenda kapasitasnya harus bisa lebih sesuai tahun depan. Boleh padat tapi tidak over gitu ya," tutur Hilman.

Hilman mengatakan sanitasi di Mina juga harus diperbaiki, termasuk ketersediaan air bersih. Hal itu mengingat saat di Mina jemaah haji Indonesia di beberapa maktab sempat tidak mendapat air bersih selama berjam-jam.

Indonesia dan Malaysia juga memberi catatan pada layanan katering yang kerap terlambat. Padahal, asupan makanan yang tepat waktu sangat penting bagi jemaah haji, khususnya yang tergolong lanjut usia (lansia).

"Apalagi (Malaysia) sama jumlah lansianya cukup tinggi. Kita sama di Indonesia cukup tinggi sehingga urusan makan itu sangat penting dan sensitif untuk jemaah yang sudah sepuh," papar Hilman.

Pihak Indonesia dan Malaysia  dengan mengajak negara-negara ASEAN lainnya sepakat membuat pola pembahasan dan model penyelenggaraan haji yang proposional dan profesional. Dalam hal ini, musassah dan syarikah Saudi didesak lebih profesional.

"Mudah-mudaham ke depan tidak terulang kesulitan-kesulitan yang dialami jemaah, seperti kasus di Muzdalifah penjemputan terlalu siang. Harus kita jaga komunikasinya dengan baik dengan pemerintah Saudi secara formal," tandas Hilman. (Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat