visitaaponce.com

Operasi Mastektomi, Inilah yang Harus Dipersiapkan dan Prosedurnya

Operasi Mastektomi, Inilah yang Harus Dipersiapkan dan Prosedurnya
Salah satu prosedur yang dianjurkan dalam penanganan atau mencegah timbulnya kanker payudara adalah operasi mastektomi.(Ist/Kavacare)

SALAH satu prosedur yang mungkin dianjurkan dalam penanganan atau mencegah timbulnya kanker payudara adalah operasi mastektomi. Operasi mastektomi adalah nama lain dari pengangkatan jaringan payudara.

Lakukanlah konsultasi dengan dokter Anda terkait pertimbangan masektomi. Anda bisa melakukan konsultasi dengan dokter spesialis bedah umum atau bedah onkologi untuk mengetahui prosedur dan risiko dari masektomi.

Apabila membutuhkan rekomendasi dokter spesialis atau rumah sakit terbaik, Anda bisa menghubungi layanan medical assistance, misalnya layanan Kavalink dari Kavacare.

Apa Itu Operasi Mastektomi?

Operasi mastektomi adalah prosedur bedah untuk mengangkat sebagian atau seluruh jaringan payudara. Mastektomi dilakukan sebagai penanganan maupun pencegahan kanker payudara baik pada laki-laki maupun perempuan.

Baca juga: Mudahkan Lansia Dapatkan Layanan Kesehatan, Kavacare Luncurkan Layanan Homecare

Jika pasien mengidap kanker payudara, prosedur bedah selalu termasuk bagian langkah penanganan. Selain itu jika hasil pemeriksaan menunjukkan pasien memiliki risiko tinggi mengalami kanker payudara, dokter mungkin merekomendasikan dilakukan mastektomi untuk membantu mencegah tumbuhnya kanker payudara di masa depan*.

Ada berbagai jenis operasi mastektomi, selain itu ada pula berbagai prosedur untuk merekonstruksi payudara setelah prosedur mastektomi. Langkah-langkahnya tergantung diskusi antara pasien dengan dokter*.

Kapan Membutuhkan Operasi Mastektomi?

Operasi mastektomi mungkin direkomendasikan pada kondisi-kondisi seperti*:

* Kanker payudara ditemukan di area yang cukup luas
* Kanker telah menyebar dari payudara
* Payudara dipenuhi sel-sel prakanker

Beberapa pasien perempuan yang memiliki risiko tinggi mengalami kanker payudara pun bisa melakukan mastektomi walau tidak ditemukan gejala kanker. Mereka yang memiliki mutasi genetik tertentu memiliki risiko hingga 85% terserang kanker payudara. Operasi mastektomi bisa dilakukan untuk menekan risiko tersebut hingga 90%*.

Baca juga: Melalui Kavalink, Kavacare Perluas Jaringan Pengobatan ke India

Pada pasien kanker payudara, langkah dengan harapan terbesar adalah mengangkat sel kanker dari tubuh. Prosedur ini berarti mengangkat jaringan di mana terdapat sel kanker. Tergantung luasnya sel kanker menyebar, operasi mastektomi bisa berskala kecil atau besar*.

Persiapan Sebelum Operasi Mastektomi

Sebelum operasi mastektomi, pasien memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan dokter spesialis bedah. Pasien bisa berdiskusi bagaimana prosedur ini mempengaruhi sisi fisik dan emosional nantinya. Jika diperlukan, dokter akan memberikan anjuran dalam penggunaan bra atau penyokong lainnya.

Diskusi juga dilakukan untuk menentukan jenis operasi mastektomi yang akan dilakukan serta komplikasi yang mungkin terjadi. Pada pasien yang memilih melakukan rekonstruksi payudara akan didiskusikan pula pilihannya. Pasien mungkin membutuhkan kemoterapi atau terapi hormon sebelum operasi mastektomi untuk mengecilkan ukuran tumor*.

Bagaimana Prosedur Operasi Mastektomi?

Operasi mastektomi dilakukan dengan bius total, sehingga pasien akan tertidur selama prosedur operasi.

Saat operasi dilaksanakan, dokter akan menyayat secara horizontal atau diagonal di atas payudara. Dari sayatan itu, jaringan akan diangkat. Jaringan yang diangkat tergantung dari jenis operasi mastektomi yang dilakukan.

Baca juga: Kurangnya Dokter Spesialis Sebabkan Masyarakat Lebih Pilih Pengobatan Alternatif

Akan dipasang satu atau dua selang pembuangan untuk mencegah terjadinya penumpukan cairan pada ruang di payudara yang muncul setelah operasi dilakukan. Selang ini kemungkinan dipasang selama beberapa hari*.

Pasca Operasi Mastektomi

Setelah operasi, pasien kemungkinan diminta untuk menginap di rumah sakit selama beberapa waktu, tergantung seberapa besar skala operasi mastektomi yang dilakukan. Selama perawatan di rumah sakit, tim perawatan akan mengajarkan pasien untuk merawat luka dan penggunaan selang pembuangan cairan selama di rumah.

Pasien mungkin perlu menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk menentukan langkah perawatan berikutnya. Dokter dan perawat akan memeriksa jaringan payudara dan kelenjar getah bening yang diangkat untuk memastikan tidak ada sel kanker yang tertinggal. Hasil pemeriksaan akan diberikan setelah beberapa minggu.

Baca juga: Kemajuan dan Harapan Baru dalam Memerangi Berbagai Jenis Kanker

Umumnya setelah operasi mastektomi, pasien tidak membutuhkan prosedur bedah tambahan. Namun kadang karena adanya kondisi tertentu, dokter mungkin memutuskan pasien perlu dioperasi kembali untuk mengangkat kelenjar getah bening atau bagian lebih luas pada jaringan sebelumnya*.

Luka bekas operasi mastektomi umumnya akan sembuh setelah 2 - 3 minggu, tetapi mungkin butuh waktu beberapa bulan hingga area payudara dan lengan benar-benar sembuh. Selama masa pemulihan, area tersebut akan tampak memar, bengkak, dan terasa kaku.

Pasien mungkin akan mati rasa di area kelenjar getah bening yang diangkat. Sensasi mati rasa ini akan membaik seiring waktu*. Selama beberapa hari pasien juga mungkin mengeluhkan nyeri setelah operasi. Biasanya pasien akan diberikan obat pereda nyeri di rumah sakit*.

Pertanyaan Seputar Operasi Mastektomi

Apakah Ada Efek Samping dari Operasi Mastektomi?

Operasi mastektomi memiliki risiko efek samping atau komplikasi seperti:

Infeksi pada luka, kemungkinan terjadi infeksi pada luka setelah operasi mastektomi lebih kecil dari 1%.
Hematoma, yaitu komplikasi langka di mana terdapat penumpukan darah di bawah luka sayatan
Nekrosis, komplikasi ini terjadi ketika jaringan yang disayat kehilangan suplai aliran darah sehingga terjadi kematian jaringan. Jika terjadi nekrosis, maka jaringan yang mati ini perlu dipotong dan diangkat, kemudian dilakukan penggantian jaringan dengan skin graft. Risiko nekrosis pada area sayatan tergolong rendah.

Komplikasi pasca operasi mastektomi antara lain*:

* Seroma, penumpukan cairan di dalam luka, terjadi jika pembuangan cairan selama prosedur tidak memadai. Seroma dapat menyebabkan pembengkakan, area seroma pun terasa lebih sensitif

Sindrom nyeri pasca mastektomi (PMPS), sekitar 20% pasien yang melalui prosedur mastektomi mengalami gejala seperti nyeri atau iritasi di dekat area sayatan yang tidak kunjung hilang. Sensasi yang dideskripsikan seperti ditusuk, perih, panas, gatal, dan sakit yang menusuk.

Gejala ini bisa jadi muncul karena adanya kerusakan saraf dan risikonya lebih besar terjadi jika pada prosedur diambil jaringan dekat dengan bagian bawah lengan.

Baca juga: Kini Pengobatan Kanker Payudara Lebih Spesifik, Kesembuhan Pasien Capai 75%

* Limfedema, kondisi ini rawan terjadi jika banyak jaringan kelenjar getah bening yang diangkat. Pengangkatan kelenjar getah bening berisiko menimbulkan kerusakan pada sistem limfatik atau kelenjar getah bening. Cairan getah bening tidak bisa dibuang dengan normal, kemudian menumpuk pada jaringan-jaringan dan terjadi pembengkakan pada lengan dan kaki.

Berapa Biaya Mastektomi?

Biaya operasi mastektomi kisarannya berbeda-beda tergantung jenis dan perawatan yang diperlukan pasien. Di Indonesia, prosedur pengobatan kanker payudara bisa ditanggung oleh BPJS, termasuk mastektomi.

Seberapa Efektif Prosedur Mastektomi?

Studi menunjukkan jika operasi mastektomi efektif dalam mengurangi risiko kanker payudara. Setidaknya risiko bisa ditekan hingga 95% pada perempuan yang memiliki mutasi genetik dengan kemungkinan tinggi menimbulkan kanker. Pada pasien dengan riwayat kanker payudara di keluarga, risiko bisa ditekan hingga 90%*.

Apakah Ada Kemungkinan Tumor Tumbuh Kembali setelah Dilakukan Mastektomi?

Pada kasus kanker, selalu ada risiko tumor tumbuh kembali. Setelah pasien melalui prosedur mastektomi, ada kemungkinan tumor tumbuh kembali sekitar 6% dalam kurun waktu 5 tahun jika saat operasi mastektomi tidak ditemukan sel kanker pada kelenjar getah bening. Namun jika ditemukan sel kanker pada kelenjar getah bening, ada kemungkinan 1:4 tumor tumbuh kembali. Risiko ini bisa ditekan jika setelah mastektomi, pasien mendapat terapi radiasi*.

Anda bisa mengkonsultasikan terkait operasi mastektomi baik sebelum memutuskan melakukan prosedurnya atau perawatan pasca operasi. Hubungi konsultan medis KavaLink di nomor 0857 8000 8707 untuk mendapatkan informasi lebih lengkap seputar mastektomi dan rekomendasi rumah sakit terbaik.

Artikel ini telah direview oleh dr. Eddy Wiria, PhD

Tentang dr. Eddy Wiria, PhD (Co-Founder & CEO Kavacare)

Dr. Eddy Wiria, PhD adalah dokter dan peneliti lulusan dokter FKUI (2006), Jakarta dan Amsterdam Medical Center (2017), Amsterdam dan pernah menjadi staf pengajar di FKUI. Beliau menyelesaikan program doktoralnya tahun 2013 di Leiden University Medical Center, Universitas Leiden, Belanda.
 
Selain berpengalaman di klinik dokter keluarga di Jakarta, dr. Eddy juga pernah mengelola laboratorium lapangan FKUI-LUMC di Nangapanda, Flores. Sejak 2010 dr. Eddy menetap di Belanda, dan sejak 2015 berpraktik di berbagai rumah sakit dan menjadi dokter di layanan Elderly Care (Psikogeriatri, Somatik dan Rehabilitasi) di berbagai organisasi di Belanda.
 
Dari berbagai pengalamannya tersebut dan berkomunikasi dengan keluarga, sahabat, dan kolega di Belanda dan Indonesia, disadari adanya urgensi kebutuhan layanan homecare yang baik di Indonesia, dr. Eddy memutuskan kembali ke Indonesia untuk membangun layanan kesehatan di rumah yang komprehensif. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat