Sanad Keilmuan Anies dari Pabelan hingga Tebuireng
PADA Agustus ini, Anies Baswedan melakukan silaturahim ke beberapa pesantren di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Jawa Timur, Anies mengunjungi Pondok Pesantren Islam At-Tauhid Sidoresmo dan Pondok Pesantren Walisongo Situbondo. Sementara di Jawa Tengah, Anies mengunjungi Pondok Pesantren Pabelan di Magelang.
Kunjungan ke Ponpes Pabelan, Magelang, ini terasa istimewa bagi Anies Baswedan. Sebab, Anies pernah mondok di pesantren itu saat duduk di bangku SMP. Saat acara ngobrol bareng santri di Ponpes Pabelan, Anies bernostalgia dan menceritakan pengalamannya belajar di pesantren tersebut.
Selain itu, Anies juga menyampaikan materi dialog wawasan kebangsaan. Menjadi santri yang pintar agama sekaligus cinta Tanah Air merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Itulah salah satu ciri dari santri ahlussunnah wal Jamaah.
M Chozin Amirullah, sahabat Anies yang juga alumnus Ponpes Tebuireng Jombang, menilai ada beberapa alasan mengapa orangtua Anies memilih Ponpes Pabelan sebagai tempat belajar agama bagi putranya itu.
Pertama, kata dia, lokasi Ponpes Pabelan di Mungkid, Magelang, tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Anies di Yogyakarta. Dari rumah Anies Baswedan di Yogyakarta ke ponpes berjarak sekitar 30 kilometer yang bisa ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam.
Alasan berikutnya yang tak kalah penting ialah mengenai sanad atau jalur keilmuan Ponpes Pabelan yang bila dirunut akan sampai pada ponpes ahlussunnah wal jamaah (aswaja) ternama di Indonesia. "Agar memahami sanad atau lacak jalur keilmuan Ponpes Pabelan, maka kita harus memahami awal berdirinya ponpes ini," ujar Chozin dalam keterangannya, Rabu (16/8).
Chozin yang juga pernah menjabat Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan semasa dipimpin Anies Baswedan ini menjelaskan bahwa Ponpes Pabelan sebenarnya merupakan salah satu yang tertua di Jawa Tengah. Hanya saja, pesantren ini mengalami beberapa kali pasang surut. Cikal bakal Ponpes Pabelan dimulai pada 1800-an, ditandai dengan kegiatan mengaji yang dirintis oleh Kiai Raden Muhammad Ali.
Baca juga: Ukrida Dukung Deklarasi Pemilu 2024 Damai
Namun, ketika pecah Perang Diponegoro (1825-1830), ponpes ini berhenti dalam waktu panjang. Berhentinya ponpes waktu itu disebabkan Kiai Raden Muhammad Ali ikut berjuang bersama Pangeran Diponegoro. "Beliau memang salah satu pengikut Pangeran Diponegoro dan Ponpes Pabelan menjadi salah satu markas utama pendukung perjuangan Pangeran Diponegoro. Selesainya Perang Diponegoro membuat Ponpes Pabelan berhenti dalam waktu panjang," papar Chozin.
Ia melanjutkan pada 1900-an, Ponpes Pabelan sempat bangkit di bawah asuhan Kiai Anwar dan dilanjutkan oleh Kiai Anshor. Namun kemudian Ponpes Pabelan kembali mengalami kevakuman. Baru pada periode ketiga, yaitu pada 28 Agustus 1965 Ponpes Pabelan beroperasi lagi di bawah asuhan Kiai Hamam Dja'far.
Dikatakan, perjalanan Kiai Hamam Dja'far dalam menghidupkan lagi pondok tersebut terbilang menarik. Cerita menarik itu termasuk usaha Kiai Hamam dalam menuntut ilmu sebagai bekal untuk menghidupkan dan mengembangkan pesantren.
Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Islam di Muntilan pada 1952, Hamam Dja’far muda melanjutkan ke Ponpes Tebuireng yang didirikan oleh KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Setelah belajar di Ponpes Tebuireng, Hamam Dja’far lalu melanjutkan kuliah di Pondok Modern Darussalam. Hamam muda belajar langsung di bawah asuhan Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fananie, dan KH Imam Zarkasyi.
Setelah menimba ilmu di Ponpes Tebuireng dan Ponpes Darussalam Gontor, Kiai Hamam kembali ke Muntilan lalu mendirikan Ponpes Pabelan pada 1965.
Menurut Chozin yang juga Koordinator Gerakan Turun Tangan, dengan melihat sanad keilmuan Kiai Hamam Dja’far sebagai pendiri Ponpes Pabelan, tak salah bila sanad Anies Baswedan terhubung langsung dengan Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari, sang pendiri NU. Sebab, guru dari Anies Baswedan pernah belajar langsung kepada KH Hasyim Asy’ari.
Jadi, lanjut Chozin, tepat bila Anies masuk sebagai seorang dengan amaliyah ahlusunnah wal jamaah atau aswaja. "Anies adalah bagian tak terpisahkan dari Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyyah. Sebab, bila dirunut sanadnya, kakek gurunya adalah Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari," pungkas Chozin yang pernah bersama Anies menjadi aktivis HMI itu. (RO/I-2)
Terkini Lainnya
Klinik Pratama Ibnu Abbas Klaten Resmi Beroperasi, Layani Masyarakat dan Santri
Diduga Ada Tindakan Asusila pada Santriwati, Pesantren Mahdiy Sidoarjo Didemo Warga
Para Santri di Aceh Belajar Ilmu Pertanian hingga Industri Ekonomi Kreatif
UKP Beri Bantuan Santri di Serang untuk Wujudkan Ketahanan Pangan
Berdayakan Santri Kota Serang dengan Budidaya Ikan Lele
Pendiri Vanilla Hijab Intan Kusuma Rayakan Ulang Tahun dengan Donasi Pembangunan Masjid
Mengenal 20 Sifat Wajib Allah serta Arti, Dalil, dan Lagunya
Tafsir Thaha Ayat 5: Sifat Istawa Allah atas Arsy
Akidah Iman kepada Allah Ada tanpa Tempat
Tafsir Surat Al-Ma'idah Ayat 35 tentang Wasilah dan Tawasul
Tafsir Adz-Dzariyat Ayat 47: Allah tidak Punya Tangan
Ahlussunnah wal Jamaah, Dalil Keutamaan dan Maknanya
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap