Usai Kemoterapi, Pasien Diizinkan Konsumsi Hidangan Dingin
![Usai Kemoterapi, Pasien Diizinkan Konsumsi Hidangan Dingin](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/08/73ef1ed8af2eb19ae650682266b30b72.jpg)
PAKAR bedah onkologi lulusan Universitas Indonesia Walta Gautama Said Tehuwayo mengatakan pasien kanker bisa mengonsumsi hidangan dingin usai kemoterapi demi mencegah efek yang tidak diinginkan seperti muntah.
"Sehabis kemoterapi makan yang dingin-dingin. Dia (pasien) muntah jangan dikasih air hangat," kata Walta, dikutip Minggu (27/8).
Walta berkisah kerabatnya yang terkena kanker kolon atau usus mengaku terus menerus muntah usai dikemoterapi. Dia lalu menyarankan kerabatnya itu menyantap hidangan dingin, misalnya yang dijajakan pedagang di dekat rumah semisal es cincau atau cendol.
Baca juga: Ada Pilihan Lain Bagi Pasien Kanker Paru Selain Kemoterapi
Sang kerabat lalu menuruti saran Walta dan setelahnya dia mengaku tidak lagi muntah setelah dikemoterapi.
"Orang yang mau dikemoterapi, mual dan muntah, yang penting kemoterapi pertama dan kedua (tidak muntah), tiga empat lima aman. Cara atasinya, selama dikemo banyak ngunyah supaya dia (organ pencernaan) kerja, saya suruh potongin buah kecil-kecil, es krim," jelas Walta.
Dia mengatakan kemoterapi biasanya diberikan setiap tiga minggu, karena rata-rata sel kanker mampu membelah kira-kira 20 sampai 100 hari. Oleh karena itu, dia mengingatkan pasien tidak terlambat melakukan kemoterapi alias sesuai jadwal.
Baca juga: Perempuan yang Jalani Kemoterapi Bisa Simpan Sel Telurnya
Kemoterapi merupakan pemberian zat kimia tertentu pada pasien kanker guna membunuh atau menghambat perkembangan sel kanker. Pengobatan ini dikatakan dapat menimbulkan efek samping dan bisa berbeda antara masing-masing pasien, seperti mual, muntah, diare, rambut rontok, kehilangan selera makan, kelelahan, demam, luka di mulut, nyeri, sembelit, dan mudah memar.
Pada beberapa kasus, kemoterapi bisa menimbulkan masalah yang lebih serius meskipun ini jarang terjadi, misalnya terjadi penurunan sel darah putih dengan cepat sehingga dapat menimbulkan risiko terjadi infeksi sehingga dapat mengalami sakit yang lebih parah.
Namun, tidak semua pasien kanker harus menjalani kemoterapi, tapi dengan melakukan terapi lainnya sesuai dengan sifat kanker.
"Orang dengan stadium yang sama, umur yang sama, belum tentu terapinya sama. Itulah yang disebut personalized medicine," pungkas Walta. (Ant/Z-1)
Terkini Lainnya
Jamie Foxx Membagikan Detail Tentang Penyakit Misterius yang Diidapnya
Penyakit Kawasaki, Kenali dan Waspadai Gejalanya
Ini Gejala Stroke di Usia Muda dan Cara Pencegahannya
Pakan Unggas Berbasis Maggot dan Ekstrak Daun Meniran Dikembangkan
Apakah Bawang Putih Efektif Redakan Flu? Simak Penjelasannya
Khitan Bisa Mengurangi Potensi Tertular Penyakit Seksual
Manfaat Bedah Robotik untuk Mengatasi Kista dan Miom
Bukan untuk Perang Dunia, Nuklir Aman untuk Terapi Pengobatan Tiroid
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Pakar Ingatkan Masyarakat Rutin Lakukan MCU Sebelum Timbul Gejala Kanker
Hamil dengan Tumor dan Kista, Amankah?
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap