visitaaponce.com

85 Persen Kanker Kepala dan Leher Disebabkan Tembakau

85 Persen Kanker Kepala dan Leher Disebabkan Tembakau
Ilustrasi(Freepik)

DOKTER spesialis bedah onkologi (kanker) dan doktor Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Diani Kartini menyebut 75% hingga 85% kasus kanker kepala dan leher disebabkan dari penggunaan tembakau.

Penggunaan tembakau tersebut termasuk dalam bentuk merokok linting, cerutu, pipa, bahkan mengonsumsi tembakau kunyah secara rutin.

"Tembakau adalah faktor risiko paling besar untuk kanker kepala dan leher, termasuk kebersihan mulut," ujar Diani, dikutip Sabtu (9/9).

Baca juga: Kanker Melonjak pada Kalangan Usia di Bawah 50 Tahun

Diani mengatakan kanker kepala dan leher adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan kanker yang berkembang di mulut, tenggorokan, hidung, kelenjar ludah, atau area lain di kepala dan leher. 

Kanker ini biasanya muncul di sel skuamosa yang melapisi mulut, tenggorokan (faring), dan kotak suara (laring).

Karena lokasinya yang terletak di saluran pernapasan, kanker kepala dan leher serta efek samping pengobatannya dapat mengganggu kemampuan penderitanya untuk makan, menelan, dan bernapas.

Baca juga: Ini Cara Memeriksa Gejala Kanker Kepala dan Leher Secara Mandiri

Diani menyebut jenis kanker kepala dan leher yang paling sering dan banyak dialami di Indonesia adalah kanker nasofaring, tiroid, dan rongga mulut.

"Tiroid gejalanya adalah adanya benjolan di leher, kalau kanker rongga mulut jumlahnya lebih sedikit tapi ini serius, salah satu cirinya adalah sariawan yang tidak kunjung sembuh bisa lebih dari dua minggu," jelas Diani.

Selain tembakau, mengonsumsi alkohol secara rutin juga merupakan faktor risiko terbesar penyebab kanker kepala dan leher. 

Diani menganjurkan masyarakat untuk lebih peduli dengan kesehatan diri ketimbang mengedepankan kepuasan sementara, seperti menghindari produk tembakau dan minuman beralkohol. Pola hidup sehat dan olahraga rutin merupakan solusi terbaik dari segala penyakit.

Diketahui, Indonesia menempati posisi ke-3 setelah India dan Tiongkok dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. Statista Consumer Insights mencatat terdapat 112 juta perokok di Indonesia pada 2021, dan jumlah itu diproyeksikan akan bertambah menjadi 123 juta perokok pada 2030. 

Sementara Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2018 mencatat jumlah perokok laki-laki Indonesia usia di atas 15 tahun mencapai 62,9%. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat