visitaaponce.com

UTA45 Jakarta Kukuhkan Profesor Farmasi Klinis sebagai Guru Besar Termuda

UTA’45 Jakarta Kukuhkan Profesor Farmasi Klinis sebagai Guru Besar Termuda
Guru Besar Farmasi Klinis UTA45 Diana Laila Ramatilah(Dok. UTA45)

UNIVERSITAS 17 Agustus 1945 Jakarta (UTA’45 Jakarta) mengukuhkan Guru Besar baru Bidang Ilmu Farmasi klinis Prof Diana Laila Ramatillah, pada Kamis (21/9). Pengukuhan itu berdasarkan SK Mendikbudristek RI No. 29021/M/07/2023 tanggal 12 Juni 2023. Diana menjadi Guru Besar termuda di usianya yang ke-36 tahun. 

Rektor UTA’45 Jakarta J. Rajes Khana mengapresiasi capaian Diana tersebut. Dia mengatakan, UTA45 memiliki harapan besar pada pencapaian Diana. Dengan hadirnya Guru Besar baru, UTA'45 Jakarta bisa berkontribusi bagi pembangunan SDM Indonesia ke depan. 

"Semoga capaian ini dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi pada UTA’45 Jakarta dan juga untuk bangsa ini," ujarnya. 

Baca juga : Hadi Prabowo Resmi Dikukuhkan Sebagai Guru Besar IPDN 

Ketua Dewan Pembina Yayasan perguruan tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta Rudyono Darsono mengatakan, UTA'45 Jakarta mendukung peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Hal itu terwujud melalui pengukunan Guru Besar baru. 

"Pengukuhan ini bisa menjadi bagian dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, generasi muda, dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia," sebutnya. 

Baca juga :Perkuat Peran Etika dalam Pembuatan Kebijakan di Era Disrupsi

Ketua Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta Bambang Sulistomo mengharapkan, Diana dapat terus mengabdi pada almamater melalui Tridharma Perguruan Tinggi.

Taufan Setyo, perwakilan LLDIKTI Wilayah III juga mengucapkan apresiasi atas pencapaian jabatan akademik tertinggi untuk Prof Diana. Hal itu merupakan prestasi yang membanggakan institusi. 

"Hari ini merupakan momen yang penting untuk dirayakan kita semua bagi pencapaian kemajuan dunia akademik. Semoga capaian professor dapat menginspirasi dan mendorong generasi muda untuk mengembangkan potensi dalam pembangunan bangsa, memiliki peran dan tanggung jawab dalam pembangunan bangsa dan sebagai agent of change dalam dunia pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat," ucapnya. 

Dalam orasi ilmiahnya berjudul 'Peran Farmasi dalam Penelitian Farmasi Klinis dengan Topik Infeksi pada Pasien dengan Komorbid Penyakit Degeneratif di Era Pandemi Covid-19', Diana membeberkan bahwa 26% pasien Covid-19 di Jakarta meninggal karena memiliki comorbidities penyakit degenerative. Hubungan yang signifikan ditemukan antara durasi pengobatan dan penyakit penyerta. 

"Oleh karena itu, perhatian dan waktu yang besar harus diberikan kepada pasien Covid-19 dengan penyakit penyerta untuk menghindari hasil yang tidak diinginkan lebih lanjut. Beberapa jenis komorbid penyakit degenerative diantaranya adalah gagal ginjal, hypertensi, diabetes millitus, dan hypercholesterolemia," jelasnya. 

Pada penelitian ini, hampir semua regimen terapi untuk pasien menggunakan kombinasi dengan klorokuin. Namun yang memiliki survival analysis (ketahanan hidup) yang paling baik adalah kombinasi favipiravir dan klorokuin dengan 100 pasiennya sembuh. 

"Farmasi atau apoteker yang dulu hanya fokus pada pembuatan obat, sekarang merupakan bagian dari tim kesehatan yang membantu dan meningkatajn quality of life pasien melalui penggunaan obat yang tepat," kata Diana. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat