visitaaponce.com

Ini Maksud Larangan Memuji Nabi Muhammad secara Berlebihan

Ini Maksud Larangan Memuji Nabi Muhammad secara Berlebihan
Ilustrasi.(Dok Instagram.)

ADA yang menganggap kebiasaan melantunkan puji-pujian kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam (SAW) dalam kitab Barzanji, Burdah, dan Maulid Habsyi merupakan berlebihan. Alasan mereka, Rasulullah SAW melarang memuji-mujinya secara berlebihan. Betulkah demikian?

Ada dalil hadis Nabi yang melarang umatnya memuji dirinya secara berlebihan. Namun apa maksudnya berlebihan? Larangan memuji berlebihan dapat dipahami dengan membaca hadis itu secara utuh tidak sepotong-sepotong.

Bagaimana lebih jelasnya larangan memuji Nabi Muhammad SAW secara berlebihan? Berikut penjelasannya seperti disampaikan Ustaz Ma'ruf Khozin dalam laduni.id.

Baca juga: Bahagia Nabi Muhammad Lahir, Abu Lahab Dapat Keringanan Siksa

Dalil larangan memuji Nabi berlebihan

Hadis tentang larangan memuji Nabi dengan berlebihan ada dalam riwayat Sahih Bukhari. Berikut jelasnya.

ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ، ﺳﻤﻊ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ، ﻳﻘﻮﻝ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻨﺒﺮ: ﺳﻤﻌﺖ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ: «ﻻ ﺗﻄﺮﻭﻧﻲ، ﻛﻤﺎ ﺃﻃﺮﺕ اﻟﻨﺼﺎﺭﻯ اﺑﻦ ﻣﺮﻳﻢ، ﻓﺈﻧﻤﺎ ﺃﻧﺎ ﻋﺒﺪﻩ، ﻓﻘﻮﻟﻮا ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ، ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ»

Baca juga: Apakah Nabi Muhammad SAW Memperingati Hari Kelahirannya?

Ibnu Abbas mendengar Umar berkhutbah di mimbar bahwa beliau mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Janganlah kalian memujiku seperti Nasrani memuji putra Maryam. Aku hanyalah hamba Allah. Katakan bahwa aku ialah seorang hamba Allah dan Rasul-Nya."

Para ulama menjelaskan maksud larangan memuji berlebihan itu.

(ﻛﻤﺎ ﺃﻃﺮﺕ اﻟﻨﺼﺎﺭﻯ اﺑﻦ ﻣﺮﻳﻢ) ﺃﻱ ﺑﺪﻋﻮاﻫﻢ ﻓﻴﻪ اﻷﻟﻮﻫﻴﺔ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ

Pujian Nasrani kepada putra Maryam dengan menjadikan sifat Tuhan kepadanya dan lainnya. (Hamisy Sahih al-Bukhari).

Baca juga: Fatwa Ulama tentang Hukum Peringatan Maulid Nabi

Berikut perkataan Imam Ibnu At-Tin.

معنى قوله "لا تطروني" لا تمدحوني كمدح النصارى، حتى غلا بعضهم في عيسى، فجعله إلها مع الله، وبعضهم ادعى أنه هو الله، وبعضهم ابن الله، ثم أردف النهي بقوله : "أنا عبد الله"

Makna kalimat, "janganlah memujiku," yakni jangan memujiku seperti kaum Nasrani, hingga mereka berlebihan pada Isa sampai menjadikannya sesembahan di sisi Allah. Sebagian mereka juga menganggap bahwa dia ialah Allah. Sebagian lagi mengaggapnya anak Allah. Nabi lalu menambahkan maksud dari larangan itu dengan berkata, "Aku hanyalah Hamba Allah." (Manhaj Salaf Fi Fahmi An-Nushus : Halaman 147).

Ini penjelasan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani.

قوله : "كما أطرت النصارى ابن مريم" أى في دعواهم فيه الإلهية وغير ذلك

Sabda Nabi, "Sebagaimana orang-orang Nasrani memuji Ibnu Maryam," dalam arti seperti mereka menganggap Nabi Isa sebagai Tuhan dan selain daripada itu. (Fathul Bari : Jilid 6, Halaman 490).

"Sementara pujian kita kepada Nabi Muhammad SAW tidak pernah sampai menuhankan Rasulullah. Puji-pujian dalam syair Arab masih sebatas keberadaan Nabi sebagai hamba Allah," papar Ma'ruf.

Jadi, yang dilarang memuji berlebihan kepada Nabi Muhammad SAW seperti umat Nasrani mengkultuskan Nabi Isa AS hingga menjadi Tuhan atau anak Tuhan. Dengan kata lain, jika umat Islam memuji Nabi Muhammad sampai menjadikannya seperti Tuhan atau yang memiliki sifat-sifat seperti Tuhan, ini baru dilarang. Namun, selama umat Islam memuji Nabi Muhammad tanpa menjadikan beliau sebagai Tuhan atau punya sifat-sifat seperti Tuhan, hal ini tidak masuk dalam larangan tersebut.

Baca juga: Tafsir Surat Asy-Syura Ayat 11 tidak Ada yang Menyerupai Allah

Pujian para sahabat

Terkait dalam beberapa syair Arab yang menyamakan Nabi Muhammad SAW dengan rembulan dan keindahan lain hanyalah sebagai majaz atau metafora dalam sastra. Berikut bahasa kiasan yang dijumpai dalam riwayat dari para sahabat Nabi.

1. Barra' bin Azib.

ﻗﺎﻝ: ﺳﺌﻞ اﻟﺒﺮاء ﺃﻛﺎﻥ ﻭﺟﻪ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻣﺜﻞ اﻟﺴﻴﻒ؟ ﻗﺎﻝ: ﻻ ﺑﻞ ﻣﺜﻞ اﻟﻘﻤﺮ "

Barra' bin Azib ditanya apakah wajah Nabi shallaallahu alaihi wasallam seperti pedang? Ia menjawab, "Tidak, tetapi wajahnya seperti rembulan." (HR Bukhari).

2. Jabir bin Samurah.

ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﺑﻦ ﺳﻤﺮﺓ، ﻗﺎﻝ: «ﺭﺃﻳﺖ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﻟﻴﻠﺔ ﺇﺿﺤﻴﺎﻥ، ﻓﺠﻌﻠﺖ ﺃﻧﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺇﻟﻰ اﻟﻘﻤﺮ ﻭﻋﻠﻴﻪ ﺣﻠﺔ ﺣﻤﺮاء، ﻓﺈﺫا ﻫﻮ ﻋﻨﺪﻱ ﺃﺣﺴﻦ ﻣﻦ اﻟﻘﻤﺮ»

Jabir bin Samurah berkata, "Aku melihat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam di malam yang terang. Sesekali kulihat wajah Rasulullah dan sesekali aku melihat rembulan. Nabi memakai kain merah. Ternyata bagiku, Nabi lebih rupawan dibanding rembulan." (HR Tirmidzi).

3. Amr bin Ash.

ﻭﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺃﺣﺪ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻲ ﻣﻦ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻭﻻ ﺃﺟﻞ ﻓﻲ ﻋﻴﻨﻲ ﻣﻨﻪ، ﻭﻣﺎ ﻛﻨﺖ ﺃﻃﻴﻖ ﺃﻥ ﺃﻣﻸ ﻋﻴﻨﻲ ﻣﻨﻪ ﺇﺟﻼﻻ ﻟﻪ، ﻭﻟﻮ ﺳﺌﻠﺖ ﺃﻥ ﺃﺻﻔﻪ ﻣﺎ ﺃﻃﻘﺖ

"Tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai dan aku agungkan dibandingkan dengan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Aku tidak mampu memenuhi kedua mataku dari Nabi karena keagungan beliau. Andaikan aku ditanya tentang sifat Nabi, aku tidak akan mampu" (HR Muslim). (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat