visitaaponce.com

Fatwa Ulama tentang Hukum Peringatan Maulid Nabi

Fatwa Ulama tentang Hukum Peringatan Maulid Nabi
Ilustrasi.(Dok MI.)

SEJUMLAH pihak menyatakan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan bidah yang menyesatkan. Padahal, banyak ulama yang memuji perayaan Maulid Nabi sebagai suatu amal yang berpahala alias tidak berdosa sepanjang tanpa percampuran dengan perbuatan buruk. 

Lantas ulama mana sajakah yang membolehkan peringatan Maulid Nabi? Dalam tulisan ini, setidaknya ada lima ulama ahlussunnah waljamaah yaitu Imam Abu Zur'ah, Imam Suyuthi, Imam Ibnu Hajar, Imam As-Sakhawi, dan Imam Abu Syamah yang membolehkan peringatan Maulid Nabi. Berikut penjelasannya.

1. Imam Abu Zur'ah Al-'Iraqi.

Nama sebenarnya ialah Abdulah bi Abdul Karim. Ia seorang hafizh besar yang terkenal dalam bidang hadis. Ia wafat pada 264 Hijriyah sehingga masuk generasi salaf. Berikut pendapatnya tentang Maulid Nabi.

Baca juga: Nabi Muhammad Ibarat Cahaya, ini Dalil-Dalil Ulama Tafsir

الوليمة وإطعام الطعام مستحب في كل وقت، فكيف إذا انضم إلى ذلك السرور بظهور النبوة في هذا الشهر الشريف. ولا نعلم ذلك عن السلف، ولا يلزم من كونه بدعة كونه مكروها، فكم من بدعة مستحبة بل واجبة إذا لم ينضم إلى ذلك مفسدة، والله الموفق، انتهى.

Mengadakan walimah dan memberi jamuan makanan itu dianjurkan di setiap waktu, apalagi jika itu disertai rasa suka cita yang muncul karena Nabi dilahirkan pada bulan yang mulia ini. 

Memang tidak kami ketahui hal tersebut dari kalangan salaf, tetapi tidak serta merta jika bidah pastilah dibenci. 

Itu karena betapa banyak bidah yang justru dianjurkan bahkan bisa menjadi wajib selama tidak tercampur pada hal tersebut suatu keburukan. Wallahul muwaffiq. Sekian.

(An-Ni'matul Kubra 'Ala Al-Alam Bii-Maulidi Sayyidi Waladi Adam Halaman 24, Tarikh Al-Ikhtifal Bil Maulid An-Nabawi : Halaman 314, Al-I'lam Bi Fatawa A'immatil Islam : Halaman 138)

2. Imam Suyuthi.

Imam Suyuthi bermazhab Syafii yang menghafal sedikitnya 200.000 hadis sehingga digelari Al-Hafizh dan mengarang sekitar 600 kitab di berbagai bidang ilmu ini. Ia hidup antara 849-911 H.

Baca juga: Sekilas Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad SAW

«عندي أن أصل عمل المولد الذي هو اجتماع الناس وقراءة ما تيسر من القرآن ورواية الأخبار الواردة في مبدأ أمر النبي وما وقع في مولده من الآيات ثم يمد لهم سماط يأكلونه وينصرفون من غير زيادة على ذلك هو من البدع الحسنة التي يثاب عليها صاحبها لما فيه من تعظيم قدر النبي وإظهار الفرح والاستبشار بمولده الشريف».

Dalam pandanganku, dasar perayaan maulid Nabi yang berupa berkumpulnya manusia, membaca sebagian Al-Qur'an dan riwayat mengenai kabar tentang permulaan kenabian dan yang terjadi ketika kelahirannya berupa berbagai tanda-tanda kekuasan Allah kemudian disudahi dengan menyajikan hidangan untuk mereka makan lalu bubar, tanpa ada penambahan atas hal ini, ini bid'ah yang baik. Pelakunya diberi pahala karenanya sebab di dalamnya terdapat bentuk pengagungan kepada kemuliaan Nabi dan juga menampakkan kegembiraan dan kebahagiaan atas kelahiran Nabi SAW yang mulia (al Hawi lil Fatawi juz 1 hal 271-272).

3. Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Ia seorang ulama yang dikenal sebagai Amirul Mukminin (pemimpin umat Islam) dalam bidang hadis. Beliau menghasilkan sekitar 270 kitab. Salah satu kitabnya yang teragung ialah kitab Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari. Ia hidup antara 773-852 H. Berikut penuturan Imam Suyuthi.

Baca juga: Nasab Nabi Muhammad, Kehidupan sejak Lahir, dan Keluarga

«وقد سئل شيخ الإسلام حافظ العصر أبو الفضل ابن حجر عن عمل المولد فأجاب بما نصه: أصل عمل المولد بدعة لم تنقل عن السلف الصالح من القرون الثلاثة، ولكنها مع ذلك اشتملت على محاسن وضدها، فمن تحرى في عملها المحاسن وتجنب ضدها كانت بدعة حسنة، وقد ظهر لي تخريجها على أصل ثابت، وهو ما ثبت في الصحيحين من أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قدم المدينة فوجد اليهود يصومون يوم عاشوراء فسألهم، فقالوا: هو يوم أغرق الله فيه فرعون، ونجى موسى، فنحن نصومه شكرا لله، فيستفاد منه فعل الشكر لله على ما من به في يوم معين من إسداء نعمة، أو دفع نقمة… إلى أن قال: وأي نعمة أعظم من نعمة بروز هذا النبي… نبي الرحمة في ذلك اليوم، فهذا ما يتعلق بأصل عمله، وأما ما يعمل فيه: فينبغي أن يقتصر فيه على ما يفهم الشكر لله تعالى من نحو ما تقدم من التلاوة والإطعام والصدقة وإنشاد شيء من المدائح النبوية والزهدية المحركة للقلوب إلى فعل الخير والعمل للآخرة».

Al-Hafizh di masanya, Abul Fadhl Ibnu Hajar, pernah ditanyakan mengenai hukum melakukan maulid. Beliau menjawab yang teks jawabannya sebagai berikut.

Asal perayaan maulid ialah bid'ah (hal baru) yang tidak dinukilkan dari para salaf saleh di tiga kurun pertama. Akan tetapi perayaan ini mengandung kebaikan dan kebalikannya. Siapa yang memilih melakukan yang baik-baik saja dalam merayakannya dan menghindari kebalikannya, itu tergolong bidah hasanah.

Baca juga: Siapakah Pencetus Peringatan Maulid Nabi Muhammad?

Tampak bagiku pengambilan dalil perayaannya dari dalil yang sahih yaitu yang ditetapkan dalam Kitab Shahihain (Bukhari-Muslim) bahwa ketika Nabi SAW tiba di Madinah, beliau mendapati kaum Yahudi melakukan puasa Asyuro. Mereka mengatakan, "Ini hari saat Allah menenggelamkan Fir'aun dan menyelamatkan Musa. Kami berpuasa di hari ini untuk bersyukur kepada Allah."

Dari sini diambil kesimpulan mengenai kebolehan megungkapkan syukur kepada Allah pada hari tertentu atas anugrah yang diberikan oleh Allah di hari itu, baik berupa pemberian nikmat atau tercegah dari suatu bencana.

Sampai pada ucapannya, maka nikmat apa yang lebih agung dari nikmat munculnya Nabi ini? Nabi yang penuh rahmat pada hari itu. Ini mengenai dalil perbuatannya.

Adapun mengenai yang dilakukan di dalamnya, hendaknya yang dilakukan itu terbatas pada perbuatan yang mengungkapkan rasa syukur kepada Allah sebagaimana yang terdahulu disebutkan. Semisal pembacaan Al-Qur'an, memberi makan, bersedekah, dan membawakan sebagian pujian kepada Nabi, dan mengenai sifat zuhud yang dapat menggerakkan hati untuk berbuat baik dan beramal untuk akhirat (Al-Hawi Lil-Fatawi 1:188).

4. Imam As-Sakhawi.

Imam As-Sakhawi merupakan salah satu ulama ahlussunnah yang lahir pada pertengahan abad kedelapan Hijriah dan wafat pada awal abad kesembilan Hijriah. Tepatnya ia lahir pada 831 H di Kairo Mesir dan wafat pada 902 H di Mekah. Berikut fatwanya terkait Maulid Nabi.

: «لم يفعله أحد من السلف في القرون الثلاثة، وإنما حدث بعدُ، ثم ما زال أهل الإسلام من سائر الأقطار والمدن يعملون المولد ويتصدقون في لياليه بأنواع الصدقات ويعتنون بقراءة مولده الكريم، ويظهر عليهم من بركاته كل فضل عميم».

Perbuatan ini tidak dilakukan seorang pun dari para salaf di tiga kurun pertama. Perbuatan ini muncul setelahnya, kemudian terus dilakukan oleh umat Islam di berbagai pelosok dan kota. Mereka merayakan maulid dan bersedekah di malam-malam maulid dengan berbagai macam sedekah. Mereka juga memberikan perhatian untuk membaca Maulid Nabi SAW yang mulia. Dan tampak atas mereka keberkahannya dengan segala anugerah yang menyeluruh (Sirah Halabiyah juz 1 hal 83-84, Ianatuth Thalibin juz 1 hal 414).

Ada pula penjelasan Imam As-Sakhawi dalam kitab yang lain.

? سئلت عن أصل عمل المولد الشريف

فأجبت : لم ينقل عن أحد من السلف الصالح في القروْن الثلاثة الفاضلة، وإنما حدث بعد، ثم ما زال أھل الإسلام في سائر الأقطار والمدن العظام يحتفلون في شھر مولده صلى لله عليه وسلم وشرف وكرم يعملون الولائم البديعة المشتملة على الأمور البھجة الرفيعة، ويتصدقون في لياليه بأنواع الصدقات، ويظھرون السرور، ويزيدون في الم برات، بل يعتنون بقراءة موْلده الكريم، وتظھر عليھم من بركاته كل فضل عميم بحيث كان مما جرب قاله الإمام شمس الدين ابن الجزري : ومن خواصه أنه أمان في ذلك العام وبشرى عاجلة بنيل البغية والمرام وأكثرهم بذلك عناية أهل مصر والشام، ولسطلان مصر في تلك الليلة من العام أعظم عام.

Telah ditanyakan kepadaku tentang dasar amal Maulid (Nabi) yang mulia?

Maka aku jawab, hal ini tak dinukil dari satu pun salafusshalih pada kurun ketiga yang terbaik dan sungguh ini baru ada setelahnya. Kemudian umat Islam di seluruh penjuru daerah dan kota‐kota besar senantiasa memperingati Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di bulan kelahiran beliau. Mereka mengadakan jamuan yang luar biasa dan diisi dengan perkara‐perkara yang menggembirakan serta mulia, bersedekah pada malam harinya dengan berbagai macam sedekah, menampakkan kegembiraan, menambah kebaikan, bahkan diramaikan dengan pembacaan Maulid Nabi yang mulia serta menjadi teranglah keberkahan beserta keutamaannya yang merata. 

Dan semua itu telah terbukti sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Syamsuddin Ibnu Al-Jazari bahwa di antara keistimewaannya ialah nuansa tenteram di tahun tersebut dan selalu bahagia dengan tercapainya impian serta tujuan. Kebanyakan dari mereka yang mengadakan acara tersebut ialah masyarakat Mesir dan Syam. Sultan Mesir di malam tersebut mengadakan acara maulid yang tersebesar di tahun ini (Al-Ajwibah Al-Mardhiyah : Jilid 1, Halaman 1116, Fatwa No. 316)

5. Imam Abu Syamah.

Abu Syamah ialah guru dari Imam Nawawi. Ia juga bergelar Al-Hafizh. Ia hidup antara 599-665 H. 

Beliau ulama yang sangat peduli kepada sunah Nabi. Beliau mengarang kitab yang berisi tentang bidah-bidah yang harus dihindari. Meskipun demikian, beliau mengatakan mengenai maulid sebagai perbuatan baik.

: «ومن أحسن ما ابتدع في زماننا ما يُفعل كل عام في اليوم الموافق لمولده صلى الله عليه وآله وسلم من الصدقات، والمعروف، وإظهار الزينة والسرور، فإن ذلك مشعرٌ بمحبته صلى الله عليه وآله وسلم وتعظيمه في قلب فاعل ذلك وشكراً لله تعالى على ما منّ به من إيجاد رسوله الذي أرسله رحمة للعالمين».

Termasuk hal baru yang paling bagus di zaman kita ialah perbuatan yang dilakukan setiap tahun bertepatan dengan hari kelahiran Nabi SAW berupa sedekah, perbuatan baik, menampakkan hiasan serta kebahagiaan. Perbuatan demikian ini menyiratkan kecintaan kepada Nabi SAW dan pengagungan beliau di hati pelakunya sekaligus ungkapan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Allah berupa penciptaan Rasul-Nya dan pengutusan beliau sebagai rahmat bagi semesta alam (Baits 'ala Inkaril Bida' wal Hawadits hal 21). (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat