Mengenal Tradisi Baayun Maulid, Salah Satu Warisan Budaya tak Benda Kalsel
![Mengenal Tradisi Baayun Maulid, Salah Satu Warisan Budaya tak Benda Kalsel](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/10/9a18180aef10d5587a3d84f2d45c6a09.jpg)
BULAN Rabiul Awal dalam kalender Islam atau sering disebut bulan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kalimantan Selatan, dimeriahkan dengan berbagai kegiatan dan tradisi bernuansa religi.
Selain tabligh akbar yang digelar di semua kabupaten/kota sepanjang bulan kelahiran nabi 12 Rabiul Awal tersebut, juga digelar tradisi Baayun Maulid.
Untuk tahun ini, tradisi Baayun Maulid kembali digelar UPT Museum Lambung Mangkurat di Banjarbaru. "Ada 208 orang peserta baayun maulid. Peserta termuda bayi berumur 16 hari dan peserta tertua kakek berumur 76 tahun," kata Kepala UPT Museum Lambung Mangkurat Kalsel, Taufik Akbar.
Baca juga : Bahagia Nabi Muhammad Lahir, Abu Lahab Dapat Keringanan Siksa
Baayun Maulid adalah tradisi mengayun bayi atau anak sambil dibacakan syair Islami dan doa kepada anak agar kelak menjadi anak berbakti pada orang tua dan agama. Meski diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak, namun banyak pula orang dewasa yang menjadi peserta baayun maulid (mulud) ini.
Kepala Seksi Kesenian Bidang Kebudayaan Disdikbud Provinsi Kalsel, Sunjaya mengatakan tradisi Baayun Maulid masuk dalam salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Baca juga : Sejarah Bulan Rabiul Awal dan Amalan-amalannya
Tradisi baayun sudah ada sejak lama pada tahapan siklus kehidupan masyarakat Banjar dan Dayak. Dalam perkembangannya
tradisi ini dipengaruhi ajaran agama Islam yang dipadukan dengan budaya lokal masyarakat.
Ritual Baayun diawali dengan pembacaan syair Maulid (Al Habsy, Ad Diba atau Al Barzanji). Ditengah pembacaan syair anak-anak peserta baayun kemudian dimasukkan ke ayunan dan kemudian diayun pelan oleh orang tua.
Adapun perlengkapan wajib yang biasa digunakan pada kegiatan baayun antara lain ayunan dibuat tiga lapis, dengan kain sarigading/sasirangan, kain kuning pada lapisan kedua dan kain bahalai tanpa sambungan. Tali ayunan diberi hiasan tersebut dari janur berbagai berbentuk seperti burung, ular dan lainnya.
Sedangkan sajian panganan (wadai) berjumlah 41 macam seperti cucur, cincin, pisang, nyiur dan lainnya. Serta piduduk yaitu sasanggan yang diisi beras, gula merah, nyiur, telur ayam, benang, jarum, garam dan uang binggul (logam).
Even tahunan ini selain untuk menyemarakkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, juga bertujuan untuk melestarikan tradisi dan budaya lokal masyarakat Kalsel. (Z-4)
Terkini Lainnya
Syarat Hewan Kurban dari Kualitas, Kuantitas, dan Urutan Keutamaan
Kakbah Rumah Pertama yang Dibangun Manusia
Definisi Kurban dan Waktu Disyariatkan bagi Umat Islam
Doa dan Zikir dalam 10 Hari Pertama Zulhijah
Surat At-Takwir dalam Bahasa Arab, Latin, Terjemah, Kandungan, Keutamaannya
Doa Ziarah Kubur untuk Seluruh Keturunan Nabi Adam
Ibnu Katsir Sebutkan Maulid Nabi Pertama Kali Digelar Fathimiyah, Benarkah?
Habib Umar bin Hafidz Ungkap Betapa Terangnya Cahaya Wajah Nabi Muhammad
Ini Maksud Larangan Memuji Nabi Muhammad secara Berlebihan
Fatwa Ulama tentang Hukum Peringatan Maulid Nabi
Pidato tentang Maulid Nabi beserta Dalilnya
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap