visitaaponce.com

Kolaborasi Kemendikbudristek dan MilleaLab Tingkatan Literasi Digital Tenaga Pendidik

Kolaborasi Kemendikbudristek dan MilleaLab Tingkatan Literasi Digital Tenaga Pendidik
Kerja sama ditjen GTK Kemendikbudristek dengan MileLab(Dok. MileaLab)

MENDUKUNG Implementasi Kurikulum Merdeka, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjalin kerja sama dengan SHINTA VR, melalui salah satu brand-produknya, MilleaLab.

Kerja sama ini menjadi bukti kepedulian pemerintah yang senantiasa mengedepankan praktik literasi teknologi dalam tataran pendidikan secara luas.

Dalam hal itu, teknologi imersif melalui metode pembelajaran Virtual Reality yang telah dikembangkan oleh MilleaLab sejak 2019 mampu mendukung program Kurikulum Merdeka dalam mengedepankan potensi setiap peserta didik.

Baca juga : Kemendikbudristek Siap Gelar Malam Puncak AKI 2023

Dengan adanya kerja sama lewat Program Peningkatan Kompetensi Literasi Digital bagi Guru dan Tenaga Kependidikan itu, kedua belah pihak sepakat untuk memajukan kualitas pendidik yang berwawasan teknologi untuk mengoptimalkan kegiatan belajar mandiri bersama peserta didik di dalam negeri.

Penandatanganan kerja sama itu memperlihatkan peran pemerintah dalam membuat terobosan yang solutif untuk menjawab tantangan literasi era digital saat ini.

Baca juga : 2.680 Mahasiswa Asing Terima Program Beasiswa KNB Kemendikbudristek

Pemerintah meninjau pendidik adalah subjek utama yang perlu didukung secara optimal agar implementasi Kurikulum Merdeka dapat maksimal. Tanpa kesadaran tersebut, wawasan pendidik terkait dunia digital dapat tertinggal dengan kecenderungan peserta didik yang mayoritas merupakan Gen Z dan Gen Alfa.

Dalam kerja sama itu MilleaLab, akan membantu pemerintah dalam meningkatkan kompetensi literasi digital yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila dalam kerangka acuannya, yaitu Kurikulum Merdeka.

MilleaLab akan membuat pengayaan praktis bagi para pendidik di Indonesia untuk terlibat dalam praktik bagi pendidikan yang menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran kontekstual sesuai perkembangan teknologi imersif terapan mutakhir. Harapannya, para pendidik dalam menciptakan pembaharuan bahan ajar sesuai dengan semangat kreativitas di Platform Merdeka Mengajar.

Direktur SHINTA VR Andes Rizky mengatakan, penandatanganan kerja sama memperlihatkan relevansi inovasi teknologi yang SHINTA VR kerjakan dengan ancangan literasi digital yang Kemendikbudristek persiapkan.

“Sekali lagi, MilleaLab membuktikan kontribusinya terhadap pendidikan teknologi di Indonesia. Dengan mengedepankan metode Virtual Reality, MilleaLab mendukung sepenuhnya agenda peningkatan literasi digital yang dicanangkan dalam Kurikulum Merdeka. Teknologi imersif adalah solusi nyata pendidikan hari ini,” ujar Andes.

MilleaLab berperan sentral dalam mengantisipasi tantangan yang dihadapi pendidikan.MilleaLab mencatat dua hal yang menjadi tantangan yang melatari kerja sama ini, yaitu kurangnya literasi digital bagi pendidik dan keterbatasan anggaran teknologi pendidikan.

Faktor pertama tersebut mengindikasikan bahwa kualitas pendidik di Indonesia perlu ditingkatkan secara masif. Hal inilah yang selama ini telah dikerjakan MilleaLab melalui Pendekar VR, suatu komunitas yang mewadahi guru-guru atau tenaga pendidik yang mempraktikkan pembelajaran

Virtual Reality di dalam kelas belajar masing-masing. Pendekar VR tersebar di seluruh wilayah strategis di pulau-pulau Indonesia.

“Dengan rekam jejak tersebut, MilleaLab ingin mengentaskan masalah pendidik di ranah pendidikan sesuai UNESCO ICT Competency Framework for Teacher; knowledge acquisition, knowledge deepening dan knowledge creation,” jelas Andes.

Melalui Pendekar VR, setidaknya rintisan tersebut dapat meningkatkan Indeks Literasi Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di kemudian hari. Dalam arti itulah, teknologi berfungsi menjadi pengakselerasi dalam menghadapi segala keterbatasan yang ada. Salah satunya adalah keterbatasan anggaran teknologi pendidikan di konteks Indonesia.

Faktor kedua tersebut menunjukkan bahwa teknologi imersif sangatlah mungkin menjangkau akses yang selama ini menjadi problem primer dalam pendidikan. Teknologi imersif yang SHINTA VR kontribusikan selama ini telah memperlihatkan bahwa Virtual Reality dapat mengatasi masalah pemborosan anggaran pengadaan sarana dan infrastruktur pendidikan sementara.

Sejumlah wilayah yang menjadi target sasaran dalam program kerja sama Kemendikbudristek dengan MilleaLab adalah daerah-daerah dengan Indeks Literasi Digital dan Numerasi di bawah rata-rata Indeks Nasional sesuai data Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo dan Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek.

Pembagian sasaran wilayah menjadi 3 bagian, yakni Wilayah Barat, Wilayah Tengah, dan Wilayah Timur dengan total cakupan wilayah yang terdiri dari 12 Provinsi dan 30 Kabupaten/Kota.

Sementara itu, persentase perbandingan serapan peserta dari wilayah Kota dan Kabupaten/Daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) sebesar 70% berasal dari Kota dan 30% berasal dari Kabupaten/Daerah 3T. Persentase ini memperlihatka peningkatan literasi digital memang merupakan urgensi yang riil bagi pendidikan kita dewasa ini.

Maka, fokus utamanya adalah membuat pengayaan kepada para pendidik di sejumlah wilayah 3T tersebut untuk terus diasah wawasan teknologi imersifnya. Tercatat sejumlah 3.000 pendidik yang dibagi menjadi 1.000 peserta per wilayah (barat, tengah, dan timur) yang terdiri dari seluruh pendidik jenjang dari jenjang PAUD, TK, SD, SMP hingga SMA/SMK.

Diharapkan para pendidik tersebut dapat menjadi kolaborator dalam program literasi digital yang dikerjakan MilleaLab. Dalam hal ini, MilleaLab ingin mengedepankan keterlibatan aktif para pendidik untuk saling berinovasi meningkatkan kompetensinya melalui platform pembelajaran Virtual Reality secara kolaboratif.

Terdapat empat turunan praktis program literasi digital yang dicanangkan, antara lain pengenalan teknologi imersif sebagai media pembelajaran dan penggunaannya dalam dunia pendidikan, perancangan konsep bahan ajar berbasis teknologi imersif, pengembangan bahan ajar berbasis teknologi imersif, dan praktik baik implementasi bahan ajar berbasis Virtual Reality.

Pada akhirnya, luaran program kerja sama Kemendikbudristek dengan MilleaLab ini meningkatkan kompetensi literasi digital tenaga pendidik, khususnya dalam penggunaan teknologi Imersif, di wilayah-wilayah 3T.

“Tiga luaran yang akan dicapai, antara lain peserta mampu mengembangkan bahan ajar berbasis teknologi imersif sesuai dengan kurikulum merdeka; peserta membagikan hasil karya bahan ajar ke dalam Platform Merdeka Mengajar; dan peserta mendiseminasikan pengetahuannya dan kemampuannya dalam mengembangkan bahan ajar berbasis teknologi imersif kepada pendidik lainnya di wilayah mereka agar dampak yang dirasakan lebih meluas, “ pungkas Andes.  (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat