visitaaponce.com

Pengertian Semiotika, Konsep Dasar, dan Tokoh-tokohnya

Pengertian Semiotika, Konsep Dasar, dan Tokoh-tokohnya
Ilustrasi.(Freepik.)

SEMIOTIKA--satu disiplin ilmu dan metode analisis yang mendalam--muncul sebagai alat yang penuh makna untuk menggali lebih dalam terhadap tanda-tanda yang melimpah pada suatu objek. Mengambil akar dari bahasa Yunani, kata semiotika memiliki makna semeion yang merujuk kepada tanda. Dalam konteks ini, ilmu ini berfokus pada kajian tanda (sign), seperti yang diungkapkan dalam pandangan Zoest, yang menjelaskan bahwa segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat dianggap sebagai tanda.

Dalam konteks bahasa Inggris, istilah semiotika dikenal sebagai semiotics atau dalam penggunaan lain disebut sebagai semiology. Meski istilah ini berbeda, keduanya memiliki makna yang serupa, yaitu sebagai ilmu tentang tanda. Tidak hanya mengambil akar dari bahasa Yunani semeion, semiotika atau semiology membentuk fondasi kajian ini.

Zoest (1993:18) lebih lanjut menyatakan bahwa tanda tidak hanya terbatas pada benda, melainkan mencakup segala sesuatu yang dapat diamati. Dengan perspektif terminologis, semiotika dapat diartikan sebagai ilmu yang mendalami tanda sebagai representasi objek, peristiwa, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi dalam suatu kebudayaan yang luas.

Baca juga: 10 Contoh Alat Komunikasi Modern, Keunggulan dan Kelemahannya

Semiotika tidak hanya menjadi alat analisis. Ia menjadi kajian utama yang bahkan membentuk tradisi dalam teori komunikasi. Dalam ranah ini, semiotika terdiri dari sejumlah teori yang membahas tanda-tanda mempresentasikan berbagai entitas seperti benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar dari tanda-tanda itu sendiri.

Melalui pandangan Littlejohn (2009:53), seperti yang tercatat dalam bukunya Teori Komunikasi: Theories of Human Communication edisi 9, semiotika memiliki tujuan yang sangat menarik. Kajian ini bertujuan mengungkap makna yang terkandung dalam suatu tanda atau menafsirkan makna tersebut, sehingga kita dapat memahami cara komunikator secara konstruktif membentuk pesan-pesan mereka.

Baca juga: 16 Contoh Alat Komunikasi Tradisional Zaman Dahulu dan Fungsinya

Sebagai landasan untuk pemahaman mendalam, semiotika menawarkan perjalanan kritis ke dalam dunia tanda-tanda. Ini membantu kita meresapi kompleksitas dan kekayaan makna yang tersembunyi di balik setiap elemen yang dapat diamati.

Konsep dasar dalam semiotika

Ferdinand de Saussure telah mencetuskan konsep-konsep dasar dalam semiotika, yang melibatkan berbagai unsur seperti tanda/simbol, kode, maka, mitos, dan metafora. Penelitian ini menyelidiki lebih lanjut mengenai konsep-konsep tersebut untuk memberikan wawasan mendalam tentang cara semiotika memberikan makna dalam kehidupan sehari-hari.

1. Tanda.

Menurut Saussure, tanda (sign) bukanlah entitas tunggal, melainkan terdiri dari tiga komponen esensial, yakni tanda itu sendiri, penanda, dan petanda. Tanda mencakup aspek material seperti suara, huruf, gambar, gerak, dan bentuk. Penanda berkaitan dengan aspek material bahasa, termasuk ucapan atau tulisan. Sedangkan petanda melibatkan aspek mental bahasa, seperti gambaran mental, pikiran, dan konsep.

Tiga komponen ini harus saling berinteraksi secara utuh. Jika salah satu komponennya hilang, tanda tersebut tidak dapat dibahas atau bahkan diimajinasikan oleh manusia. Sebagai contoh, kata 'gorden' menjadi tanda karena memiliki penanda berupa kata itu sendiri dan petanda berupa kain untuk menutup jendela.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia memproduksi berbagai tanda, mulai dari tanda gerak atau isyarat hingga tanda verbal berupa kata-kata. Bahkan, tanda nonverbal seperti bahasa tubuh juga menjadi bagian dari semiotika. Tanda-tanda ini menciptakan kesatuan antara kata-kata dan realitas, seperti lambaian tangan yang berarti memanggil atau anggukan kepala yang menunjukkan persetujuan.

Selain tiga jenis tanda yang telah disebutkan, ada pula tanda-tanda dalam bentuk gambar, seperti ikon, indeks, dan simbol. Ikon menunjukkan kemiripan dengan objek yang diwakilinya, indeks memiliki hubungan sebab-akibat dengan sesuatu yang diwakilinya, dan simbol didasarkan pada konvensi, peraturan, atau perjanjian bersama.

2. Kode.

Kode ialah cara pengombinasian tanda yang disepakati secara sosial untuk menyampaikan pesan kepada kelompok tertentu. Roland Barthes mengidentifikasi lima jenis kode dalam semiotika, termasuk kode hermeneutik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi, dan kode kebudayaan.

a. Kode hermeneutik terkait dengan penyodokan pertanyaan, teka-teki, enigma, dan penangguhan jawab yang pada akhirnya membawa pada jawaban pasti.

b. Kode semantik melibatkan konotasi dan nilai rasa pada tingkat penanda, seperti nilai feminin atau maskulin.

c. Kode simbolik berkaitan dengan konflik antara dua unsur dan melibatkan unsur-unsur psikoanalisis.

d. Kode narasi (proairetik) memuat unsur-unsur cerita, urutan, dan narasi, yang biasanya ditemui dalam karya fiksi.

e. Kode kebudayaan (kultural) bersifat anonim, bawah sadar, dan melibatkan mitos, sejarah, moral, dan legenda.

3. Makna.

Makna dalam semiotika dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif mencakup hal-hal yang secara eksplisit ditunjukkan oleh kata atau hubungan tanda dengan referensinya. Sebagai contoh, gambar manusia dapat diartikan sebagai makna denotatif yang terkait dengan manusia sebagai makhluk hidup.

Sementara itu, makna konotatif melibatkan perasaan, emosi, nilai-nilai kebudayaan, dan sudut pandang kelompok. Dalam pemahaman makna konotatif, Roland Barthes mengenalkan konsep mitos dan metafora.

Macam-macam semiotika

Dalam konteks jangkauan pembahasannya, semiotika dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama. Masing-masing memiliki fokus dan pendekatan yang berbeda.

1. Semiotik murni (pure).

Semiotik murni mengupas aspek filosofis yang mendasari semiotika, terutama berkaitan dengan konsep metabahasa. Pada tingkat ini, penelitian dan pembahasan lebih terfokus pada sifat dasar dari tanda-tanda dan cara tanda-tanda tersebut mengandung makna dalam suatu konteks linguistik atau semiotik secara umum.

2. Semiotik deskriptif (descriptive).

Semiotik deskriptif mencurahkan perhatiannya pada suatu semiotika khusus dengan menitikberatkan pada sistem tanda tertentu dan bahasa yang spesifik. Dalam hal ini, analisis semiotik dilakukan secara rinci dan deskriptif, memecah elemen-elemen kompleks dari suatu sistem tanda untuk memberikan gambaran yang lebih terinci dan komprehensif.

3. Semiotik terapan (applied).

Semiotik terapan, sesuai dengan namanya, mengarahkan fokus pembahasannya pada penerapan konsep semiotika dalam berbagai bidang atau konteks tertentu. Misalnya, pembahasan dapat melibatkan penerapan semiotika dalam analisis sistem tanda sosial, komunikasi, sastra, periklanan, film, dan ranah lainnya. Tujuannya menggali cara prinsip-prinsip semiotika dapat diaplikasikan untuk memahami makna di dalam kerangka situasional yang lebih luas.

Dengan demikian, melalui klasifikasi yang terinci ini, semiotika bukan hanya menjadi bidang kajian teoritis tetapi juga memberikan landasan untuk aplikasi praktis di berbagai konteks kehidupan dan budaya.

Tokoh-tokoh dalam semiotika

1. Ferdinand de Saussure.

Ferdinand de Saussure, sosok yang diakui sebagai Bapak Semiotika Modern, memberikan sumbangan penting dengan memecah relasi antara penanda (signifier) dan petanda (signified) melalui konsep signifikansi yang didasarkan pada konvensi. Menurut Saussure, semiotika adalah cabang ilmu yang memfokuskan studinya pada tanda dalam konteks kehidupan sosial serta peraturan hukum yang mengatur dinamika tanda tersebut. Sentral dalam pandangan Saussure ialah penekanan kuat pada peran bahasa sebagai penentu makna dalam satu tanda.

Saussure kemudian menyusun konsep-konsep semiotik menjadi empat, yakni Significant dan Signifie, Langue dan Parole, Synchronic dan Diachronic, serta Syntagmatic dan Paradigmatic. Dalam Significant dan Signifie, Saussure menggambarkan bahwa Significant atau penanda mencakup hal-hal yang dapat diterima oleh pikiran manusia, seperti gambaran visual asli dari objek. Sedangkan Signifie merujuk pada makna yang dipikirkan manusia setelah menerima suatu tanda.

Dalam konsep Langue dan Parole, Saussure membedakan antara Langue sebagai suatu sistem tanda yang merupakan pengetahuan kolektif masyarakat tentang suatu hal. Parole ialah tindakan individu yang dilakukan berdasarkan keinginan dan kecerdasan berpikir. 

Sementara itu, konsep Synchronic dan Diachronic membahas aspek bahasa dalam kurun waktu tertentu. Synchronic mengeksplorasi kondisi tertentu dalam satu masa dan Diachronic menelusuri perkembangan bahasa setelah perubahan tertentu.

Terakhir, Syntagmatic dan Paradigmatic membahas hubungan unsur dalam susunan kata dan bunyi. Syntagmatic merujuk pada unsur yang tidak dapat digantikan dalam susunan kalimat. Paradigmatic adalah unsur kalimat yang dapat digantikan dengan unsur lain dengan syarat harus memiliki makna yang sama.

2. Charles Sanders Pierce.

Menurut Charles Sanders Pierce, seorang tokoh semiotika lain, tanda dalam semiotika selalu terkait dengan logika manusia untuk merespons tanda-tanda di sekitarnya. Ia mengategorikan tanda menjadi tiga jenis utama: ikon, indeks, dan simbol. Analisis Pierce mengenai esensi tanda menunjukkan bahwa setiap tanda akan ditentukan oleh objeknya, menjadi ikon jika diikuti oleh sifat objeknya, indeks ketika berkaitan dengan objek secara individual, dan simbol ketika diinterpretasikan sebagai objek denotatif akibat kebiasaan yang berlaku.

Pierce juga membagi tanda menjadi sepuluh jenis berdasarkan model semiotika segitiga, termasuk Qualisign, Iconic Sinsign, Rhematic Indexical Sinsign, Dicent Sinsign, Iconic Legisign, Rhematic Indexical Legisign, Dicent Indexical Legisign, Rhematic Symbol, Dicent Symbol, dan Argument.

3. Roland Barthes.

Roland Barthes, salah satu tokoh utama dalam dunia semiotika, menyampaikan pandangannya bahwa semiotika ialah ilmu yang bertujuan memberikan makna pada tanda-tanda. Tanda-tanda tersebut melibatkan berbagai elemen seperti lagu, dialog, not musik, logo, gambar, mimik wajah, hingga gerak tubuh, semuanya membentuk suatu bahasa kompleks. Barthes juga mencetuskan model analisis tanda signifikansi menjadi dua tahap, yaitu denotasi dan konotasi.

Pada tahap denotasi, Barthes membahas hubungan antara petanda dan penanda yang mencakup makna asli yang dipahami oleh banyak orang. Sebagai contoh, kata 'ayam' memiliki makna denotatif sebagai unggas yang menghasilkan telur dan berkotek. 

Sementara itu, pada tahap konotasi, tanda bercampur dengan perasaan atau emosi, yang sering kali tidak disadari oleh banyak orang dan memerlukan analisis semiotika untuk menyelidikinya. Analisis Barthes membuka jalan untuk memahami lapisan kedalaman dalam pengertian makna tanda dan kompleksitas bahasa sebagai suatu sistem komunikasi. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat