Istri dengan Gaji Lebih Besar Rentan Jadi Korban KDRT, Benarkah
![Istri dengan Gaji Lebih Besar Rentan Jadi Korban KDRT, Benarkah?](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/01/8710b21b241a76ba57c80f452f2693b3.jpg)
PSIKOLOG Klinis Forensik lulusan Universitas Indonesia A Kasandra Putranto mengatakan bahwa kesenjangan finansial dalam rumah tangga hanyalah salah satu faktor yang berperan dalam kekerasan yang terjadi di sebuah rumah tangga.
"Ketika perempuan mungkin punya penghasilan yang lebih tinggi, lalu suaminya punya penghasilan yang lebih rendah, yang paling umum terjadi biasanya suami ini mungkin merasa insecure sehingga akhirnya berusaha menampilkan reaksi yang sifatnya ingin menunjukkan kekuasaan," kata Kasandra, dikutip Rabu (24/1).
Untuk menghindari konflik yang memicu kekerasan, menurut Kasandra, dibutuhkan komunikasi dan toleransi masing-masing pihak.
Baca juga: Anak di Keluarga KDRT Rentan Menormalisasi Kekerasan
"Ketika toleransi (dari pihak salah satu pihak) itu rendah, lalu pihak lainnya penerimaannya juga rendah, maka otomatis maslaah ini akan bertambah," ujar Kasandra.
Konflik akibat kesenjangan finansial itu, kata Kasandra, akan semakin berkembang apabila sumber pendapatan hanya bergantung pada pendapatan istri.
"Apalagi kalau sandwich generation yang terjepit harus menanggung anak dan orang tua, belum lagi kalau ada adik-adik. Ini akhirnya berpotensi mengundang konflik," ujarnya.
Baca juga: Ini Jurus Anies Atasi KDRT dan Kekerasan Seksual
Namun, Kasandra menekankan kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya dipicu oleh faktor finansial, melainkan faktor psikologis, serta faktor sosial.
Tidak hanya tekanan dari lingkungan keluarga, Kasandra mengatakan tekanan dari masyarakat sekitar juga dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga.
"Netizen juga sering berperan ya ketika tahu, 'Oh suaminya di rumah, istrinya yang kerja kenapa istrinya yang kerja suaminya yang di rumah' itu bisa memberikan tekanan," kata Kasandra.
Komentar dari lingkungan sekitar, lanjut Kasandra, akan memberikan tekanan. Sehingga konflik akan timbul saat penghasilan istri lebih besar dari suami.
"Ketika konflik berkelanjutan, akhirnya bisa meningkat menjadi sebuah kekerasan," ungkapnya.
Untuk mengubah perilaku tindak kekerasan, menurut Kasandra, dibutuhkan tekad dan niat yang kuat dari pelaku kekerasan tersebut.
"Yang paling penting itu ada niat nomor satu, kemudian kedua ada semacam introspeksi diri, lalu kemudian melihat mau diubahnya ke arah mana. Kalau perlu tentu dengan bantuan psikolog agar lebih lebih termonitor," pungkas Kasandra. (Ant/Z-1)
Terkini Lainnya
Pemerintah Perlu Ambil Peran untuk Ciptakan Keluarga yang Positif
Komnas HAM Terima 259 Aduan Terkait Kekerasan dan Penyiksaan oleh Polri
Pentingnya Intervensi Dana Desa untuk Turunkan Kasus Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
BNPT: Teroris Sasar Generasi Muda, Perempuan, Anak, dan Remaja dalam Serangan Terbaru
Kasus Penyiksaan Warga Sipil oleh Aparat Alami Peningkatan
Menteri PPPA: Pelaku Kekerasan Seksual terhadap Perempuan Harus Diberikan Efek Jera
Banyak Suami Melapor Jadi Korban KDRT di Jawa Timur
Kekerasan Berbasis Gender Pemilu Terjadi di Ranah Domestik
Istri di Rejang Lebong Bengkulu Gorok Suami Sampai Tewas
Tingkatkan Kepedulian Masyarakat untuk Cegah Kekerasan pada Anak
Muhammadiyah Minta Pemerintah Serius Hadapi Masalah Judi Online
Buron Kasus KDRT di Jakarta Utara Dijebloskan ke LP Cipinang
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap