visitaaponce.com

POI Tegaskan Penanganan Kanker Perlu Pendekatan Holistik Multidisplin

POI Tegaskan Penanganan Kanker Perlu Pendekatan Holistik Multidisplin
Konferensi pers Hari Kanker Sedunia dengan tema 'Close The Care Gap' di Jakarta.(Ist)

DATA Globocan tahun 2020 mengungkapkan total kasus baru kanker di Indonesia mencapai hampir 400 ribu kasus.

Dari semua kasus kanker baru, dengan kasus terbanyak adalah kanker payudara sebanyak 16,6%, kanker leher rahim atau kanker serviks sebanyak 9,2% dan kanker paru 8,8%.

"Ketiga jenis kanker ini memiliki angka kematian tinggi, yang umumnya dipengaruhi juga karena diagnosis penyakit yang terlambat atau tertundanya pengobatan oleh berbagai hal," kata Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) Dr dr Cosphiadi Irawan Sp.PD, KHOM dalam keterangan pers, Minggu (4/2/2024).

Baca juga : Cucu A.A. Baramuli Ingin Beri Dukungan Positif untuk Pasien Kanker

Perlu diketahui bahwa Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI), merupakan satu satunya organisasi perhimpunan seminat, multi disiplin yang diakui pemerintah, beranggotakan dokter (profesi) yang berminat dalam pengembangan bidang onkologi, serta berintikan dokter spesialis/subspesialis yang terlibat langsung pada pelayanan bidang onkologi, aktif melakukan kegiatan pelayanan diagnosis dan tatalaksana bagi pasien kanker

Ketua Umum POI menjelaskan bahwa deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan melalui metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) atau pap smear.

Sedangkan deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan metode Periksa Payudara Klinis (Sadanis) atau mammografi pada post menopause atau USG payudara pada premenopause.

Baca juga : Guru Besar Esa Unggul Bicara Tentang Hari Kanker Dunia 2023

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sepanjang 2019 sampai 2021 terdapat 2.827.177 perempuan usia 30-50 tahun yang telah menjalani dua jenis deteksi dini kanker tersebut.

"Jumlah ini baru mencapai 6,83% dari sasaran nasional. Rendahnya cakupan ini mungkin berhubungan dengan kurangnya kesadaran masyarakat terkait pentingnya deteksi dini sebelum penyakit berkembang," terang dr.Cosphiadi.

"Deteksi dini merupakan hal yang penting karena berkaitan dengan angka kesembuhan yang tinggi, pembiayaan yang lebih murah dan angka harapan hidup yang tinggi," tegasnya.

Baca juga : Akupuntur Bisa Digunakan untuk Terapi Paliatif Pasien Kanker

"Deteksi dini merupakan tanggung jawab semua pihak mulai dari dokter di pelayanan kesehatan lini pertama hingga dokter di pelayanan kesehatan rujukan," ucap dr.Cosphiadi.

Terlepas data beberapa kanker (payudara, kanker usus besar, myeloma multiple, kanker getah bening, dan lain-lain) di Indonesia yang terjadi pada rata rata usia lebih muda serta lebih agresif.

Angka kekambuhan, perburukan, dan kematian kanker di Indonesia memperlihatkan angka yang lebih tinggi dibanding data regional maupun global.

Baca juga : Kesaksian Penyintas Kanker Bau Kencur

Hal ini juga terkait dengan pelayanan kanker di Indonesia yang masih lebar “the care gap” antar wilayah di Indonesia, bahkan antar rumah sakit (RS) dalam satu kota.

Menurut dr.Cosphiadi, beberapa hal menunjukkan terkait “the care gap” dengan:

1. Pemahaman dan kesadaran masyarakat sendiri untuk menjalankan deteksi dini kanker

Baca juga : Perlu Kolaborasi untuk Tingkatkan Kualitas Penatalaksanaan Kanker di Indonesia

2. Ketimpangan jumlah fasilitas penanganan kanker di berbagai daerah dan RS

3. Terbatasnya jumlah tenaga medis khusus kanker dan penyebarannya yang tidak merata

4. Belum adanya tim multidisiplin kanker yang baik (MDT)

Baca juga : Bulan Kesadaran Kanker Payudara, Siloam Hospitals Jalankan Program SELANGKAH

5. Obat kanker terbaru banyak yang belum masuk ke dalam program JKN agar mudah dijangkau masyarakat luas.

6. Beberapa obat yang telah terdaftar dalam formularium nasional direstriksi hanya untuk kasus kanker tertentu saja.

Misal oksaliplatin hanya untuk kanker usus besar, padahal obat ini juga dapat digunakan untuk kanker lain (misalnya kanker pankreas, lambung, getah bening, dll)

Baca juga : Layani Anak Pengidap Kanker, YKAI Perkenalkan Program ‘Humanity in Harmony'

Berbagai hal diatas akan berujung pada “delay of diagnosis” yang secara langsung berdampak pada “terlambat” datangnya pasien ke pusat perawatan kanker, sehingga sekitar 60-65% pasien yang datang telah ada pada stadium lokal lanjut /lanjut (stadium III/IV).

"Pasien kanker yang sudah hadir di rumah sakitpun, kerap mengalami “delay of treatment” dikarenakan jumlah pasien yang melebihi kapasitas fasilitas ruang rawat, antrian diagnostik ataupun obat obatan yang terbatas peruntukkannya (restriksi)," papar dr.Cosphiadi.

Kanker ‘by nature’ adalah “the ultimate disease” yang kompleks, heterogen, dan bervariasi dalam perjalanan penyakitnya.

Baca juga : Good Doctor dan iziklaim Kolaborasi Maksimalkan Rawat Jalan Peserta Asuransi

"Salah satu prasyarat penanganan kanker yang optimal adalah kanker memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan tim multi disiplin (MDT)," tegas dr.Cophiadi.

Pendekatan  ]seperti halnya onkologi medik dan hematologi, bedah onkologi, THT, bedah digestif, onkologi kebidanan, radioterapi, radiodiagnostik, patologi klinik, patologi anatomi, dan spesialisasi lain yang terkait.

Tema WCD (world cancer day) 2024 adalah, “Close The Care Gap” dapat dijadikan momentum akslerasi perbaikan pelayanan kanker di Indonesia.

Baca juga : Pahami Kanker Prostat, Fungsi Seksual, Diagnosis, dan Efek Samping Pengobatan

 Close the Care Gap menekankan pentingnya menutup kesenjangan dalam penanganan kesehatan, khususnya kanker. Beberapa penyebab kesenjangan dalam layanan kanker diantaranya

“Apapun yang kami lakukan tujuannya untuk menyadari ada ketidakseimbangan atau ketidaksetaraan penanganan kanker di seluruh dunia," jelasnya.

"Sehingga diperlukan langkah-lagkah mulai dari pemerintahan atau masyarakat agar meningkatkan kesadaran tersebut," ucap dr.Cophiadi.

Baca juga : Graha YOAI Diresmikan untuk Dukung Pasien dan Penyintas Kanker Anak di Indonesia

Ketua Umum POI menjelaskan caranya dengan melalui ekspansi pengetahuan, riset dan pengembangan teknologi sehingga dapat menurunkan tingkat kematian pasien kanker dan meningkatkan kualitas hidup.

"Jadi memang kesadarannya ini yang harus ditingkatkan dan inilah bagian peran dari POI untuk melaksanakan peran hal tersebut,” jelas dr.Cosphiadi

Dengan dicanangkannya tema “Close the Care Gap” pada peringatan hari kanker sedunia kali ini, diharapkan kesenjangan yang terjadi terhadap pelayanan kanker dapat teratasi dan pasien pasien kanker di seluruh Indonesia dapat mendapatkan pelayanan yang terbaik. (S-4)

Baca juga : Operasi Mastektomi, Inilah yang Harus Dipersiapkan dan Prosedurnya

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat