visitaaponce.com

Tidak Semua Kasus Radang Amandel Harus Dioperasi

Tidak Semua Kasus Radang Amandel Harus Dioperasi
Ilustrasi(Freepik)

DOKTER Spesialis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan (THT), Bedah Kepala dan Leher Arie Cahyono menjelaskan tidak semua kasus radang amandel atau tonsilitis memerlukan tindakan operasi, kecuali jika sudah parah dan mengganggu keseharian mereka.

"Pada kasus tonsilitis menjadi mutlak dilakukan operasi ketika tonsil membesar, sehingga menyebabkan kesulitan menelan pada pasien, mengganggu saat tidur, atau tumor," kata dokter yang praktik di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo itu, dikutip Kamis (15/2).

Selain itu, kondisi radang amandel yang juga memerlukan tindakan operasi, antara lain berlangsung kronis (gejala terus muncul selama lebih dari 2 minggu), obat simptomatik dan antibiotik tidak efektif dalam mengatasi radang amandel akibat infeksi bakteri, kambuh terus menerus, hingga timbul komplikasi yang sulit ditangani.

Baca juga : Kapan Amandel Membesar Perlu Dioperasi?

Untuk anak-anak, ada sejumlah pertimbangan saat melakukan operasi tonsilitis atau radang amandel. Misalnya, pada pasien anak-anak di bawah 5 tahun daya tahan tubuhnya belum sebaik pasien anak-anak berusia 10 tahun ke atas, sehingga perlu dipastikan risiko kesehatan yang mungkin terjadi pada anak.

"Operasi ini hanya indikasi, tentu perlu dipertimbangkan risiko dan manfaatnya. Lihat juga kondisi umum pasien," kata Arie.

Setelah operasi radang amandel, dokter akan memantau kondisi pasien selama kurang lebih 6 jam di rumah sakit. Biasanya, pasien akan merasa nyeri saat menelan sesudah operasi dilakukan.

Baca juga : Kesaksian Penyintas Kanker Bau Kencur

Arie kemudian menyarankan agar pasien beristirahat penuh selama 3-7 hari pascaoperasi dan memakan makanan lunak untuk meminimalisir rasa nyeri. Hindari makanan panas, keras, dan pedas selama proses pemulihan diri pascaoperasi.

"Belum ada penelitiannya, tapi rata-rata pasien anak pemulihannya lebih cepat kalau kita ukur dari perkembangan kesehatannya. Namun, untuk laki-laki dewasa muda, recovery-nya relatif lebih lama," kata Arie.

Arie juga menjelaskan tindakan operasi radang amandel juga bisa terjadi terhadap pasien, sama seperti tindakan operasi penyakit lainnya. Namun, dokter akan membantu meminimalisir risiko tersebut dengan sejumlah persiapan agar operasi berjalan lancar.

Baca juga : Ini Beda Amandel Membesar karena Infeksi dan karena Tumor

Terkadang, radang amandel juga disertai dengan pembesaran adenoid, yakni peradangan dan pembengkakan pada kelenjar di bagian belakang hidung (area nasofaring).

Oleh sebab itu, dokter akan melakukan prosedur adenoidektomi untuk mengangkat kelenjar adenoid agar pembengkakan adenoid tidak kambuh kembali.

"Operasi pada anak di bawah tujuh tahun sering kali disertai dengan pembesaran adenoid. Jadi, biasanya dilakukan adenoidektomi agar kemungkinan adenoid membesar kembali berkurang," kata dia.

Baca juga : Anak dengan Mikrotia harus Diberi Penjelasan sebelum Jalani Operasi

Lebih lanjut Arie menjelaskan tonsil merupakan kelenjar yang terletak di rongga mulut untuk membentuk antibodi atau kekebalan. Karena letaknya ada di rongga mulut, maka (tonsil) rentan terkena infeksi.

Menurutnya, radang amandel dapat terjadi pada pasien semua umur, terlebih pada anak-anak. Radang amandel dapat terjadi akibat paparan virus, bakteri, atau daya tahan tubuh yang kurang baik.

Jika radang amandel disertai dengan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) karena virus, biasanya pengobatan akan dilakukan dengan pemberian obat simptomatik terlebih dulu. Obat simptomatik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi gejala umum pada suatu penyakit, seperti mual dan nyeri. (Ant/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat