visitaaponce.com

Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Karhutla Dimulai Februari 2024

Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Karhutla Dimulai Februari 2024
Ilustrasi(MI)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah bersiaga mengantisipasi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Berbagai upaya telah dilakukan, satunya melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC).

“Dalam rangka pencegahan karhutla, rencana TMC akan dilaksanakan mulai Februari hingga Oktober 2024. Selain melalui TMC, pencegahan karhutla berupa patroli dan penyadartahuan sebagai antisipasi pengendalian karhutla pada bulan Ramadhan,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya melalui keterangan resmi, Minggu (18/2).

KLHK mencatat hingga Februari 2024, telah terjadi karhutla di sebagian wilayah Sumatera Utara dan Riau. Itu terjadi karena pada wilayah tersebut sudah mulai memasuki musim kering periode pertama.

Baca juga : Masuk Musim Kemarau, Sejumlah Wilayah Mulai Rawan Karhutla

“Ini menjadi penting untuk dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian karhutla di daerah rawan,” ucap Siti.

Ia mengingatkan potensi El Nino di 2024 ini masih berada pada level moderat, sehingga upaya pengendalian karhutla harus terus ditingkatkan. Kesiapsiagaan harus sudah dimulai serta perlunya langkah cepat di lapangan.

Adapun, pada 2023, angka karhutla yang terjadi hanya 29,59% dibandingkan 2019, dengan kondisi El Nino yang bahkan lebih kuat. Berdasarkan data yang dihimpun dari laman Sipongi.menlhk.go.id, karhutla pada 2023 terjadi di 1,1 juta hektare hutan dan lahan. Angka itu menurun signifikan dibanding 2019 yang mencapai 1,6 juta hektare.

Baca juga : Pengendalian Deforestasi dan Karhutla di Indonesia

“Berdasarkan dari pengalaman sejak tahun 2015, upaya pencegahan karhutla melalui solusi permanen yang terdiri dari tiga langkah yaitu analisis iklim dan langkah, pengendalian operasional, serta pengelolaan lanskap telah menunjukkan keberhasilan penurunan karhutla,” terangnya.

Direktur Jenderal Pengendalian perubahan Iklim, Laksmi Dhewanthi, memaparkan penurunan titik panas atau hotspot 2023 sebesar 59,92%. Jika dibandingan 2019 pada kondisi yang sama dengan disertai El Nino. Penurunan hotspot itu juga berbanding lurus dengan penurunan luas karhutla sebesar 29,59 persen dan penurunan emisi sebesar 69,74%. Penurunan angka ini sebagai bentuk keberhasilan upaya pengendalian karhutla bersama para pihak.

“Upaya-upaya pengendalian karhutla 2023 dilaksanakan melalui kegiatan patroli, operasi TMC, peningkatan kapasitas Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api (MPA), serta penetapan status siaga darurat,” lanjut Laksmi.

Baca juga : KLHK Segel Perusahaan Milik Singapura karena Lahan Terbakar

Laksmi menjelaskan rencana kegiatan pengendalian karhutla tahun 2024 melalui monitoring, penetapan peta rawan dan sasaran pencegahan, TMC, patroli dan pemadaman tepat waktu sebelum terjadi krisis karhutla. Pembelajaran dari tahun 2023, tentang pentingnya timing pengambilan keputusan dan pelaksanaan operasional lapangan seperti pelaksanaan TMC.

“Pelaksanaan TMC tahun 2024 direncanakan akan dilaksanakan di Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan pada Februari hingga Oktober. Pelaksanaan TMC ini dilakukan untuk tujuan pembasahan lahan dan fire suppression,” imbuhnya.

Ia menekankan pentingnya peningkatan upaya pengendalian karhutla dengan meningkatkan pengawasan, merevitalisasi sarana dan prasarana, meningkatkan kapasitas sumber daya, mengoptimalkan penggunaan anggaran Bantuan Tidak Terduga (BTT), serta meningkatkan penyadartahuan. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat